Oleh: Idrus Abidin.
Salafiyah merupakan kata dan istilah Arab yang sudah dikenal sejak lama dan banyak menuai kontroversi dalam sejarah pemikiran Islam, minimal karena dua pertimbangan :
Standar pengertian yang diberikan oleh banyak pemikir berdasarkan sikap kritis terhadap kelompok ini. Akhirnya, pengertian yang diberikan seringkali lebih banyak menghakimi dan menjastifikasi dibanding memberikan informasi seputar prinsip-prinsip utama Salafiyah. Sikap kritis ini misalnya akibat dukungan terhadap rasionalitas Islam masa lalu yang banyak dipelopori oleh Muktazilah, atau karena pengaruh modernitas rasional atau karena pengaruh sekularisme modern.
Persfektif sejarah yang digunakan oleh pemikir ketika menjelaskan tentang Salafiyah yang berprinsip bahwa segala sesuatu berubah, baik prinsip maupun prakteknya. Sehingga Salafiyah hanya dilihat dari sisi respon terhadap segala jenis tantangan pemikiran yang terus berkembang. Cara ini juga dianggap kurang tepat untuk meneropong Salafiyah, karena Salafiyah memiliki prinsip-prinsip berpikir bukan dari hasil pemikiran manusia dan tantangan zaman, tetapi murni hasil petunjuk wahyu yang telah dipatenkan sejak Islam lahir. Sehingga jika kita mau melihat Salafiyah lebih objektif, perlu dilakukan penelitian seputar prinsip-prinsip utama Salafiyah. Setelah itu, sepakat atau tidak dengan prinsip mereka tentu tidak bermasalah.
Berdasarkan pada kesadaran penuh terhadap dua sisi pandang di atas terhadap Salafiyah, maka pembahasan ini mengikuti alur berikut :
- Pengertian Salafiyah secara bahasa.
- Istilah Salafiyah dalam pemikiran kaum muslimin.
- Salafiyah dalam pandangan pemikir modern.
- Salafiyah berdasarkan tinjauan kalangan modernis.
1. Pengertian Salafiyah Secara Bahasa.
Secara bahasa, huruf sin, lam dan fa adalah kata yang menunjukkan makna terdahulu dan pionir. Sedang dalam kamus Lisan al-Arab, Salaf adalah kelompok orang-orang terdahulu dalam hal perjalanan atau dalam sisi umur atau dalam hal keutamaan atau terkait dengan waktu kematian. Kata ini juga mengandung arti amalan manusia terdahulu.
Salafi adalah orang-orang yang berafiliasi atau dinisbatkan kepada kaum Salaf dengan alasan-alasan terntentu berupa pioniritas kalangan terdahulu, baik dari sisi umur yang mengungguli orang-orang belakangan atau pun dalam hal keutamaan yang mereka miliki.
Dalam bahasa Arab, kata hanif bisa disepadangkan dengan Salaf. Yang mana, kata hanif berarti condong. Nabiyullah Ibrahim disebut hanif, karena beliau condong kepada kebaikan (tauhid) dan menjauh dari kesyirikan yang sangat massif pada zamannya. Lalu belakangan, semua orang yang mengesakan Allah disebut hanif, yang berarti orang-orang bertauhid.
2. Istilah Salafiyah Dalam Pemikiran Kaum Muslimin
Jika kita menelaah istilah Salaf ini pada warisan masa lalu Islam (turats) sebagai kelompok pionir dalam hal tertentu atau dalam hal kepeloporannya, maka penelitian ini akan bermuara pada kata sabaq atau sabiqun terhadap ummat Islam secara keseluruhan sepanjang sejarahnya sesuai dengan idealisme yang dikembangkan. Di sini, Salaf diartikan sebagai generasi awal kaum muslimin, yang mana kalangan sahabat menjadi referentasi utama. Sehingga Salafiyah dalam kategori ini adalah nilai-nilai Islam yang mereka pahami dalam jiwa mereka dan yang mereka praktekkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Inilah makna Salafiyah secara konten, sebagai perwujudan secara langsung terhadap konsep Islam. Sehingga dipandang bahwa istilah Salafiyah ini muncul sejak era Rasulullah mengajarkan Islam kepada para sahabat. Bahkan, istilah ini masih terus relevan dengan sabada Rasulullah Shallalahu alaihi wasallam yang berbunyi, “Sungguh Bani Israel terpecah hingga 72 golongan. Sedang umatku akan terpecah hingga 73 golongan. Semuanya di nereka kecuali satu.” Sahabat bertanya, siapa mereka ya Rasulullah? Beliau menjawab, “Siapa pun yang mengikuti Islam yang aku praktekkan bersama para sahabat-sahabatku.”
Ibnu Mas’ud radiyallahu Anhu termasuk tokoh sahabat yang menganjurkan komitmen dengan makna Salafiyah secara konten ini. Beliau berkata, “Jika kalian mencari panutan, maka contohlah orang-orang yang telah meninggal. Karena orang-orang yang masih hidup belum tentu aman dari penyimpangan (fitnah). Mereka itulah para sahabat Rasulullah. Mereka adalah orang yang paling suci hatinya, paling dalam ilmunya dan sangat sedikit sikapnya yang dipaksakan (takalluf).”
Adapun munculnya istilah pengikut Salaf atau padanannya seperti Ahlu Sunnah wal Jama’ah pada zaman Abbasiah ketika munculnya fitnah akidah dalam lingkup politik, kemunculan ini merupakan bentuk dari upaya sterilisasi metode yang tepat di saat munculnya pula metode berbeda yang tampaknya menguasai opini publik. Dan, metode tersebutlah yang sebelumnya diyakini dan dijadikan standar beraktivitas secara umum di tengah masyarakat kaum muslimin. Adapun pemikiran yang berbeda pada era sebelumnya hanyalah semacam kegalauan berpikir yang hanya bersifat pribadi semata.
Bersambung…..
Jakarta, Jum’at, 13 Desember 2019.