Penulis: Ustadz H. Budi Marta Saudin Lc. (Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Malik Sa’ud)
Di antara jutaan kitab yang berjejer di Perpustakaan King Salman, di dalam komplek King Saud University (KSU), ada sebuah karya ulama Indonesia, yaitu Prof. Dr. KH. Amal Fathullah Zarkasyi.
Buku hasil torehan pengasuh Pesantren Darussalam Gontor ini berada di lantai 5, pada bagian tentang pemikiran Islam.
Judul karya beliau adalah “Al Ittijah As Salafi fil Fikril Islami al Hadits wal Mu’ashir Indunisiya Anmudzajan”. Buku ini diterbitkan oleh IIUM Malaysia kerja sama dengan UNIDA Gontor. Cetakan ke-1 tahun 2020.
Di King Saud University (KSU) ada 6 eksemplar buku ini. 3 di Perpustakaan King Salman dan 3 lagi di perpustakaan Princes Sarah.
Awalnya buku ini adalah tesis beliau di Universitas Cairo pada 1987 silam.
Fokus pembahasan pada buku ini tentang pemikiran Salafi di Indonesia, terkait dengan orang, lembaga, serta pendapat-pendapatnya.
Karya beliau ini sangat menarik sekali dikaji. Dimana, menurut isi pada buku ini, Salafisme di Indonesia masuk sejak lama. Bahkan pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol pun disebut sebagai penyebar dakwah Salafiyah pada masanya.
Berikut ini beberapa ringkasan kecil dari isi buku tersebut:
- Ada 2 Madrasah Salafiyah
Kyai Amal menyebut bahwa ada 2 madrasah Salafiyah yang sangat besar, yaitu madrasah yang digagas oleh Imam Ahmad bin Hambal dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Ketika mensifati Imam Ahmad, beliau menulis: “Imam Ahmad bin Hambal mengikuti Salaf Shalih, berjalan di atas Manhaj salaf dalam penetapan akidah. Dalam bab sifat ilahiyah, beliau mensifati Allah seperti yang Allah dan Rasul-Nya sifatkan bagi diri-Nya, tanpa tasybih, ta’thil, mengurangi, atau menambahkan” (Hal. 37).
- Menyebut Ibnu Taimiyah dengan Syaikhul Islam
Pada bagian madrasah Salafiyah yang digagas oleh Ibnu Taimiyah, beliau menulisnya dengan imbuhan kata di depan namanya dengan penyebutan Syaikhul Islam (Hal.45).
Beliau sebutkan bahwa Ibnu Taimiyah adalah sosok ulama yang berpegang kepada Al Kitab dan Sunnah, bersandar pada akal sesuai tempatnya, dan menolak ta’wil kalam.
Usai membahas tentang Ibnu Taimiyah dan pemikirannya tentang Asma wa sifat Allah, beliau menjelaskan:
“Ibnu Taimiyah menetapkan sifat Allah dengan jelas. Beliau mengikuti ulama salaf. Beliau tidak menyerupakan dzat Allah dengan makhluk. Beliau juga tidak menafikan apa yang disifati Allah dan Rasul-Nya pada diri-Nya, tidak juga menolak nama Allah yang Maha Indah dan Tinggi, tidak menyimpangkan makna-Nya, serta tidak mengingkari nama dan ayat Allah” (Hal.54)
- Pembelaan kepada Muhammad bin Abdul Wahab
Salah satu tokoh penting dalam dakwah Salafiyah adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.
Pemikirannya yang paling populer adalah tentang pemurnian tauhid dan anti terhadap bid’ah (Hal. 61-66).
Terkait dengan pendapatnya yang menolak ilmu kalam, Kyai Amal menyebut bahwa apa yang dilakukan oleh Ibnu Abdil Wahab bukanlah hal baru, tapi mengikuti para ulama terdahulu.
“Ketidaksukaan dan penolakan Ibnu Abdil Wahab terhadap ilmu kalam bukanlah hal baru. Hal tersebut telah dilakukan oleh ulama salaf sebelum beliau” (Hal.61).
- Ormas dan Tokoh Salafi di Indonesia
Pada bagian judul “As Salafiyun wal Jum’iyyat As Salafiyyah”, Guru Besar Filsafat Islam di UNIDA Gontor ini mencatat nama-nama tokoh dan ormas besar di Indonesia sebagai bagian dari dakwah Salafiyah.
Beliau mancatat bahwa Syaikh Ahmad As Surkati dan Al Irsyad adalah Salafi (Hal.183).
Kyai Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah, organisasi yang didirikannya, juga membawa ajaran Salafiyah.
Bahkan Kyai Amal menyebutkan bahwa: “Muhammadiyah adalah adalah ormas Islam terbesar di Indonesia yang menegakkan dakwah Salafiyah” (Hal. 210).
Sosok lain yang disebut sebagai pembawa dan penyebar dakwah Salafiyah adalah A Hassan, Kyai Haji Isa Anshori, dan Ormas Persis (Hal. 216-230).
Tokoh lainnya yang disebut oleh Kayai Amal sebagai pembawa ajaran Salafi adalah M. Natsir, Hamka, dan M. Rasjidi (Hal. 256-283).
- Pengaruh Salafiyah pada UNIDA Gontor
Kyai Amal Fathullah Zarkasyi mencatat Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor bagian dari Salafiyah, karena punya andil besar dalam melawan pemikiran Marxisme, Sekulerisme, dan Liberalisme.
Catatan:
Setelah membaca karya agung ulama asli Indonesia ini, dapat dipahami bahwa kriteria Salafiyah yang dimaksud adalah:
- Tokoh atau lembaga yang berpegang pada Al Quran dan Sunnah, kokoh mengajarkan tauhid, memerangi kesyirikan, bid’ah, khurafat, dan takhayul.
- Ciri khas dakwah salafiyah adalah al ishlah wa tajdid. Maka yang melakukan perbaikan dan pembaruan, layak disebut sebagai pembawa ajaran Salafiyah.
- Buku tersebut awalnya ditulis sebagai tesis S2 penulis pada tahun 1987 (ada sedikit revisi sebelum diterbitkan tahun 2020). Maka nama dan lembaga Salafi yang saat ini dikenal dengan “Kelompok Salafi” tidak tercatat, karena masih belum muncul di Indonesia.
—
Riyadh, 10 Januari 2025