Perjuangan Politik Itu Ibadah

Oleh: Aunur Rafiq Saleh

قَالَ رَبِّ ٱغْفِرْ لِى وَهَبْ لِى مُلْكًا لَّا يَنۢبَغِى لِأَحَدٍ مِّنۢ بَعْدِىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

“Dia berkata, Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi.” — QS. Shad:35

  • Ayat ini memberikan banyak pelajaran dan inspirasi kepada orang-orang beriman melalui kehidupan Nabi Sulaiman as.
  • Pertama, diantara adab doa kepada Allah harus mencerminkan keinginan yang kuat, cita-cita yang mulia, dan harapan yang besar. Nabi Sulaiman as tidak hanya meminta ampunan kepada Allah, tetapi karena jiwanya yang sangat besar, semangatnya yang tinggi dan mengetahui karunia Allah yang sangat luas, maka ia meminta kekuasaan yang tidak dimilki oleh siapa pun sesudahnya. Doa ini dikabulkan Allah, dengan memberinya kerajaan yang besar, dan menjadikan angin dan jin berada di bawah perintah dan kekuasaannya.
  • Kedua, kekuasaan atau pemerintahan bukan sesuatu yang tabu untuk dimintakan kepada Allah dalam doa seorang Muslim dan diperjuangkan dalam kehidupan melalui cara-cara yang halal dan konstitusional.
  • Kekuasaan atau pemerintahan ini di zaman sekarang harus diperjuangkan melalui jalur politik. Karena itu, perjuangan politik yang bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan atau pemerintahan merupakan bagian dari sarana dakwah dan ibadah kepada Allah. Karena itu, semua aktivitas politik, selama niatnya tetap dijaga, merupakan bagian dari ibadah kepada Allah yang mendapat nilai ibadah di sisi-Nya.
  • Selama satu abad lebih umat Islam diracuni oleh penjajah bahwa politik itu kotor dan siapa yang berjuang untuk meraih kekuasaan berarti dia orang yang haus kekuasaan dan tidak ikhlas berjuang. Dengan racun pikiran seperti ini, sebagian kaum Muslimin bahkan mungkin sebagian kaum terpelajarnya alergi dengan politik dan tidak mau berbicara politik atau kekuasaan. Orang yang berjuang untuk mendapatkan kekuasaan melalui jalur yang halal dan konstitusional pun diberinya cap pembangkang atau pemberontak atau “khawarij”. Bahkan berpolitik dan berpartai dianggap bid’ah.
  • Al-Quran mengisahkan beberapa Nabi termasuk Nabi Muhammad saw dan tokoh saleh yang menjadi penguasa, diantaranya untuk mengingatkan betapa penting dan efektifnya kekuasaan bila berada di tangan orang-orang saleh. Juga betapa buruk dan berbahayanya bila kekuasaan berada di tangan orang-orang yang rusak dan tidak bermoral.
  • Bacalah di dalam al-Quran kisah Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf, Nabi Dawud, Nabi Muhammad saw, dan Dzulqarnain. Semuanya adalah penguasa-penguasa saleh yang kisah perjuangan mereka diabadikan di dalam al-Quran untuk dicontoh dan diteladani dalam kehidupan, bukan hanya dijadikan bahan cerita semata.
Baca Juga:  Mendoakan Keburukan Kepada Orang Yang Menzalimi Kita

“Baldatun thoyyibatun wa Rabbun Ghafuur”Amin

Bagikan Artikel:

==========================================

Yuks!, perbanyak amal jariyah dengan ikut berpartisipasi dalam upaya meningkatkan kualitas dakwah islamiyah bersama Pesantren Bina Insan Kamil, salurkan donasi terbaik Antum melalui rekening:

Bank Syariah Indonesia
7000 7555 00
a/n Bina Insan Kamil Pramuka

Kode Bank: 451

Konfirmasi Transfer:
https://wa.me/6282298441075 (Gita)

Ikuti juga konten lainnya di sosial media Pesantren Bina Insan Kamil:
Instagram: https://www.instagram.com/pesantrenbik
Fanspage: https://www.facebook.com/pesantrenbik
YouTube: https://www.youtube.com/c/PesantrenBIK

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *