Oleh: Muhaimin Abu Kayyis (Ketua Pemuda Dewan Da’wah DKI Jakarta)
Manajemen waktu adalah salah satu kunci kesuksesan para ulama dalam memberikan kontribusi besar bagi umat. Pemuda masa kini harus meneladani bagaimana para ulama memanfaatkan waktu dengan bijak untuk menuntut ilmu, beribadah, dan berdakwah. Dengan meniru kebiasaan mereka, pemuda dapat menjadi generasi yang produktif dan berkontribusi positif bagi masyarakat.
Para ulama dikenal memiliki jadwal harian yang terstruktur. Mereka membagi waktu dengan jelas antara belajar, mengajar, menulis, dan ibadah. Imam An-Nawawi, misalnya, mampu menyusun banyak kitab meskipun hidup hanya selama 45 tahun, karena ketelitiannya dalam mengatur waktu. Hal ini menunjukkan pentingnya pemanfaatan waktu secara optimal. Pemuda harus belajar untuk tidak menyia-nyiakan waktu dengan hal yang tidak bermanfaat.
Para ulama memprioritaskan waktu untuk hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengajarkan pentingnya membagi waktu antara ibadah, bekerja, dan istirahat. Kebiasaan ini tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga menjaga keseimbangan hidup. Pemuda masa kini dapat meniru teladan ini dengan mengutamakan ibadah dan kegiatan yang bernilai jangka panjang dibandingkan kesenangan sementara.
Para ulama memanfaatkan waktu luang untuk terus belajar dan menambah ilmu. Ibnu Sina, sebagai contoh, membaca buku hingga larut malam dan menyelesaikan karya-karyanya yang monumental di sela-sela tugasnya sebagai dokter. Hal ini mengajarkan bahwa konsistensi dalam belajar sangat penting bagi pemuda untuk mencapai potensi terbaik mereka.
Para ulama memiliki kebiasaan evaluasi diri setiap hari. Umar bin Khattab pernah berkata, “Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.” Evaluasi ini membantu mereka memperbaiki diri dan memanfaatkan waktu lebih baik di hari berikutnya. Pemuda dapat mencontoh kebiasaan ini dengan membuat target harian dan merefleksikan pencapaiannya setiap malam.
Manajemen waktu yang diterapkan para ulama adalah warisan berharga yang relevan sepanjang masa. Dengan meneladani mereka, pemuda dapat membangun kebiasaan yang produktif, bermanfaat, dan bernilai ibadah. Waktu adalah amanah yang harus dijaga, dan pemuda sebagai generasi penerus umat harus memanfaatkan setiap detik dengan sebaik-baiknya, sebagaimana yang diajarkan oleh para ulama terdahulu.