Epistemologi Islam & Filsafat Ilmu Non-Islam

Epistemologi Islam & Filsafat Ilmu Non-Islam

Penulis: KH. Idrus Abidin, Lc., M.A.

Mengetahui lewat objek spesifik lebih jelas dibanding pengetahuan teoritis. Yg pertama adalah ajaran Islam sedang yang kedua merupakan ajaran filsafat.

Makanya, Islam tidak butuh Filsafat, Kalam dan Tasawuf. Karena Islam adalah hubungan harmonis antara indera batin dan indera lahir melalui rasa (hati), argumentasi (rasio) dan materi (indera). Islam berinteraksi dengan manusia sepenuhnya melalui akal, indera, telinga, mata dan hatinya. Bahkan, begitu akuratnya, Islam menyodorkan fakta rasional dengan penuh kejiwaan. Dan, fakta jiwa dengan nilai rasional yg tinggi. Hanya Wahyu yang bisa melakukan hal demikian dengan akurasi maksimal. Manusia, jika dikuasai nuansa kejiwaan dalam bersastra, dipastikan akan kehilangan rasionalitasnya. Itulah syair dan prosa. Dan, pada saat menyampaikan fakta rasional, pasti kehilangan nuansa kejiwaan. Itulah filsafat.

Bahkan, objek pengetahuan pun termasuk hal-hal gaib….maka, Islam punya Wahyu via telinga yang tidak dimiliki oleh peradaban lain. Sehingga tradisi seleksi, akurasi dan validasi berita yang disebut Mustalah Hadits; tidak ada yang menandinginya dari peradaban manapun. Sama halnya dalam metodologi penemuan hukum, tidak ada yang semisal Ushul Fiqih. Bahkan, epistemologi ilmu yang dibanggakan semua peradaban, tidak ada yang bisa menandingi epistemologi ilmu yang dikandung Wahyu….

Demikian pula standar ilmiah, kategori hak asasi manusia, pengetahuan empiris, moderat, manusiawi, berprikehewanan dst, Islam punya pandangan unik yang serba istimewa, yang berbeda dari pandangan empiris sekular (sains modern) dan filsafat materialisme.

Kesalahan intelektual muslim dalam bidang filsafat (zandaqah), Kalam (hawa & bid’ah) dan Tasawuf (syatahat) hanya disebabkan oleh pengaruh filsafat luar yang menginfeksi filosof, teolog dan sufi yang beragama Islam.

Kesalahan seperti demikian menjadi biang perpecahan dalam Islam. Apalagi dibumbui dengan istilah Ijtihad, Takwil, pembaharuan. Sehingga matahari pun mau ditakwil, Hendak diijtihadkan dan kepengen diperbaharui.

Baca Juga:  Perjuangan Politik Itu Ibadah

Intinya, semua metode yg menyalahi manhaj Qur’an, Sunnah, Ijma dan Qiyas aulawi dipastikan itu merupakan Takwil batin dan Takwil isyari terhadap teks-teks primer dan sekunder Islam yang problematik.

Maka bisa dipastikan bahwa tidak ada penyimpangan tanpa melalui mekanisme Takwil. Dengan Takwil, hawa nafsu dan syubhat, penyimpangan bisa dilegalkan oleh para pecinta hawa nafsu dan penikmat syubhat. Naudzubillah dari kesesatan metodologis.

Depok, 4 Maret 2024
23 Sya’ban 1445 H.

Bagikan Artikel:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *