Kalau Memang Ditolong Kenapa Malah Terbunuh? Tadabbur Surah Ash-Shaafaat ayat 171-172

Kalau Memang Ditolong Kenapa Malah Terbunuh? Tadabbur Surah Ash-Shaafaat ayat 171-172

Katanya Allah pasti memenangkan kebenaran tapi kenapa para Nabi saja ada yg terbunuh?

Berikut jawaban dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sebagaimana yang dinukil oleh muridnya Al-Hafizh Ibnu Abdil Hadi dari kitab Ikhtiyaraat Ibnu Taimiyah yang dikumpulkan oleh Ibnu Abdil Hadi, hal. 70-71.

Saya akan terjemahkan saja utuhnya kemudian kita ambil Pelajaran:

Ibnu Abdil Hadi berkata, Syekh kami berkata setelah menyebutkan firman Allah Ta’ala:

﴿ وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِيْنَ ۖ اِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُوْرُوْنَۖ ﴾

  1. Sungguh, janji Kami benar-benar telah tetap bagi hamba-hamba Kami yang menjadi rasul.
  2. Sesungguhnya merekalah yang pasti akan mendapat pertolongan,
    (Qs. Ash-Shaafaat ; 171-172).

Ada sebagian orang merasa terganjal, sebagian rasul Allah itu ada yang mati terbunuh, bagaimana mereka bisa dianggap ditolong?

Jawabnya, mati terbunuh bila memang dengan sebab yang meninggikan agama dan pemeluknya maka ini termasuk kesempurnaan pertolongan. Mati itu pasti, maka kalau matinya menghasilkan kebahagiaan di akhirat tentulah itu kemenangan tertinggi sebagaimana keadaan Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian sahabat mati syahid maka mereka berada dalam kemuliaan yang agung, sementara yang tersisa berada dalam kehidupan yang penuh wibawa dan ditolong Allah. Makanya para sahabat ini berkata kepada orang-orang kafir: “Nabi kami mengabarkan kepada kami bahwa yang terbunuh di kalangan kami akan masuk surga sementara yang tetap hidup akan menguasai leher kalian.”

Yang terbunuh bila dia memang terbunuh karena ini berarti dia mendapatkan kemenangan yang sempurna. Ini juga hikmah dari kisah pemuda di kisah Ash-hab Ukhdud yang ada dalam Shahih Muslim ketika dia mengikuti agama sang rahib dan meninggalkan agama sang penyihir, lalu mereka ingin membunuhnya beberapa kali tapi tidak berhasil sampai akhirnya dia memberi tahu kalau ingin membunuhnya maka raja harus mengucapkan “Dengan nama Allah Tuhan pemuda ini” baru memanahnya. Ketika pemuda ini malah terbunuh maka semua rakyat jelata masuk Islam dan mereka terbunuh semuanya. Justru inilah kemenangan yang sejati untuk agamanya.

Baca Juga:  Membangun Legacy Sebelum Pergi

Maka dari itulah ketika Umar bin Khaththab terbunuh syahid di tengah kaum muslimin maka dibunuh pula lah pembunuhnya. Ketika Utsman terbunuh syahid maka para pembunuhnya juga terbunuh sehingga menanglah kelompoknya.

Begitu pula kaum Khawarij yang sudah boleh diperangi di mana Allah dan Rasul-Nya memerintahkan untuk memerangi mereka, mereka berhasil dikalahkan melawan ahlus sunnah wal jama’ah.

Maka itu semua bukan hal mustahil terjadi pada Islam dan pemeluknya, apalagi kepada para Nabi yang terbunuh. Allah akan membalas kematian mereka, bahkan konon ada 70 ribu orang yang terbunuh karena pembalasan nyawa Nabi Yahya bin Zakariya.”

Selesai dari kitab Ikhtiyaraat Kumpulan Ibnu Abdil Hadi.

===================================

Di sini Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa kadang bentuk kemenangan yang Allah berikan itu justru dengan menjadikan pengusung kebenaran atau pejuang dakwah itu syahid. Bahkan bisa jadi malah orang kafir yang akhirnya tersisa. Itu yang terjadi atas diri Nabi Zakariya dan Yahya. Itu pula yang digambarkan Allah tentang pemuda pendakwah dan ashhab ukhdud yang diabadikan dalam surah Al-Buruj.

Kebahagiaan di akhirat sebagai syahid itulah bentuk kemenangan yang paling tinggi.

Ini sekaligus menjawab keraguan sebagian orang kenapa sampai kini para pejuang di berbagai negeri belum diberi kemanangan. Padahal sejatinya kemenangan itu adalah ketika mereka istiqamah di jalan kebenaran meski di dunia mereka terbunuh semua.

Tugas kita hanyalah berjiha dan berjuang semampu yang kita punya. Hasil itu urusan Allah. Kemerdekaan, kemenangan, ghanimah semua itu hanyalah bonus dunia dan bukan syarat kemenangan atau pertanda bahwa jihad syar’iy ataukah tidak.

Sangat mudah bagi Allah untuk menghancurkan musuh-musuhnya tanpa harus ada peran kita sebagai kaum muslimin. Tapi Allah ingin melihat siapa saja yang berjihad dan siapa saja yang sabar di jalan itu, lalu dengan itulah kita diberikan pahala.

Baca Juga:  Aqiqah Setelah Dewasa

Maka, yang harus dilakukan adalah mengamalkan syariat yang telah terkodifikasi dalam buku-buku fikih jihad. Misalnya ketika suatu negeri sudah dijajah orang kafir maka fardhu ‘ain bagi penduduk negeri itu untuk berjihad sesuai kemampuan dan fardhu ‘ain pula bagi seluruh kaum muslimin di seluruh dunia untuk memberikan dukungan dan nasehat kebaikan, serta haram hukumnya menghina para mujahid, melecehkan mereka, melemahkan semangat mereka, dan membuat ummat menjauh dari mereka, karena itu adalah pekerjaan kaum munafik.

Ustadz Anshari Taslim, Lc.
Mudir Pesantren Bina Insan Kamil – DK Jakarta

Bagikan Artikel:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *