Maka dari itu sebagai orang beriman yang hanya bertawakkal kepada Allah artinya menyerahkan nasib kepada Allah, dan meyakini bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pelindung buat diri kita dan yang bersama kita, maka hendaknya melakukan usaha imani atau usaha yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad ﷺ ketika kita melakukan perjalanan.
Banyak doa yang diajarkan ketika kita menempuh perjalanan jauh. Di sini kita akan memilih doa yang lengkap berdasarkan hadits riwayat Abdullah bin Umar RA, yang ada dalam Shahih Muslim.
Imam Muslim meriwayatkan,
حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ، قَالَ: قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ: أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ، أَنَّ عَلِيًّا الْأَزْدِيَّ، أَخْبَرَهُ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ عَلَّمَهُمْ؛ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اسْتَوَى عَلَى بَعِيرِهِ خَارِجًا إِلَى سَفَرٍ، كَبَّرَ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ:
“Harun bin Abdullah menceritakan kepadaku, Hajjaj bin Muhammad menceritakan kepadaku, dia berkata, Ibnu Juraij berkata, Abu Zubair mengabarkan kepadaku, bahwa Ali Al-Azdi mengabarkan kepadanya bahwa Ibnu Umar mengajarkan kepada mereka bahwa Rasulullah ﷺ bila telah duduk di atas kendaraannya maka beliau bertakbir 3 kali, lalu mengucapkan doa ini:
«سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا، وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ، اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ، وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ»
“Maha suci Allah yang telah menguasakan (kendaraan) ini bagi kami padahal sebelumnya kami tak mampu menguasainya. (QS. Az-Zukhruf: 13-14). Ya Allah, sungguh kami mohon kepada-Mu kebaikan dan ketakwaan dalam perjalanan kami ini, juga mohon perbuatan yang Engkau ridhai, Ya Allah peringankanlah perjalanan kami ini dan buat dia terasa dekat bila jauh, Ya Allah Engkaulah teman dalam perjanalan serta pengganti dalam menjaga keluarga, Ya Allah aku berlindung kepadamu dari beratnya perjalanan, pemandangan yang mengerikan selama perjalanan dan keadaan buruk yang menimpa harta dan keluarga ketika kembali.”
Kemudian bila beliau pulang dari perjalanan beliau mengucapkan yang sama ditambah mengucapkan,
آيِبُونَ تَائِبُونَ عَابِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ
“Pulang kembali, dalam keadaan taubat, menjadi hamba Tuhan Kami dan hanya kepada-Nya memberikan pujian.” — Shahih Muslim, no. 1342, Kitab Haji, bab Ma yaquulu idza rakiba ilaa safaril hajji
Dalam doa safar ini terkandung makna ubudiyyah atau penghambaan yang dalam sekali. Doa yang menggambarkan ketawakkalan dan ketergantungan hanya pada pertolongan Allah semata. Inilah pertanda keimanan yang bila diucapkan seorang muslim dalam safarnya maka doa ini sudah cukup menenangkan karena dia telah mewakilkan semua penjagaan diri maupun keluarga dan harta kepada Allah. Kalau Allah sudah menjaga siapa yang bisa mengganggu?
Dalam bacaan pertama ketika kita telah naik ke kendaraan baik kendaraan darat laut maupun udara maka yang pertama terucap di lisan kita adalah takbir 3 kali. Membesarkan Allah dan hanya Allah yang maha besar, sehingga semua akan kecil bagi orang yang hanya berserah kepada-Nya. Berikutnya membaca ayat 13-14 surah Az-Zukhruf yang sejak awal surah Allah mengingatkan bahwa Diri-Nyalah yang menciptakan alam ini untuk manusia semua, juga menciptakan kapal laut dan hewan-hewan yang bisa dikendarai manusia. Maka dengan itu kita berpikir bahwa kendaraan yang sedang kita naiki ini tidaklah kita mampu mengendarainya kalau bukan karena pertolongan Allah. Bila itu kita sadari maka tiap kali dia bergerak mengantarkan kita ke tempat tujuan akan selalu ada pertolongan Allah di sana, karena pertolongan Allah selalu menyertai orang-orang yang ingat kepada-Nya.
Kemudian, paragraf pertama dari doa safar ini memuat tiga permintaan,
Pertama, minta kebaikan, artinya minta agar selalu berbuat baik, karena kata Al-Birr artinya adalah perbuatan baik. Jadi seakan kita ingin sepanjang safar kita hanya diisi dengan perbuatan baik, baik kepada makhluq dan juga ibadah kepada sang khaliq.
Kedua, minta ketakwaan. Ini bermakna minta diberikan sifat takut kepada Allah dalam perjalanan ini. Karena biasanya peluang bermaksiat jadi makin terbuka dalam safar lantaran tidak ada yang tahu siapa kita, di negeri orang kita seperti asing dan lepas dari tanggung jawab sosial. Itu berpotensi merasa aman dari pengawasan sehingga mudah tergoda melakukan maksiat jenis apapun. Di sinilah peran takwa, karena hanya orang yang takut dan merasa diawasi oleh Alla-lah yang akan mampu menahan diri dari peluang-peluang maksiat tersebut. Apalah jadinya safar yang seharusnya mendatangkan pahala malah menjadi awal perbuatan dosa?
Ketiga, minta petunjuk agar melakukan perbuatan yang diridhai Allah. Dalam safar tentu kita melakukan kegiatan tujuan safar itu sendiri. Ada yang safar karena berwisata, ada yang ingin ketemu keluarga, ada yang safar karena menyalurkan bantuan dan lain sebagainya. Maka dari itu kita minta bimbingan dari Allah Ta’ala agar semua amal yang kita lakukan nanti adalah amal yang diridhai Allah, tidak ada perbuatan atau kegiatan yang mengundang murka-Nya.
Di paragraph berikutnya adalah doa (اللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ) mengandung permohonan dimudahkan urusan dalam safar, dimudahkan pula menempuh medan jalur yang sulit, tempat singgah juga diberi keluasan misalnya dalam mencari penginapan dan lain-lain, jauh dari tempat yang bisa membahayakan diri dan iman.
Selanjutnya ada permintaan untuk mendekatkan perjalana. Perjalanan yang jauh tentu melelahkan, maka kita mohon kepada Allah agar yang jauh ini terasa dekat, sehingga bisa berkomentar, “Kok sudah sampai ya, sebentar amat?” Padahal yang namanya jarak pastinya sama, hanya bagaimana kita menikmati perjalanan yang membuat kita merasa begitu sebentar jarak tempuhnya. Itu akan kita dapatkan bila kita minta kepada penguasa jalan yaitu Allah Azza wa Jalla, karena Dia maha pemurah memberikan itu semua kepada hamba-Nya.
Berikutnya kalimat (اللهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ) (Ya Allah Engkaulah teman dalam perjanalan serta pengganti dalam menjaga keluarga) mengandung permintaan agar Allah menjaga kita selama dalam perjalanan dan menjaga keluarga yang ditinggalkan. Sehingga keluarga yang ditinggalkan merasa tenang dan hilang rasa khawatir terhadap kita yang sedang safar, sebaliknya kita juga merasa tenteram dan hilang was-was terhadap keluarga yang kita tinggalkan karena sudah dijaga oleh Allah dari hal-hal yang tidak kita inginkan dan tidak diridhai-Nya.
Terakhir, doa yang amat banyak kita butuhkan, kita berlindung kepada Allah dari (وَعْثَاءِ السَّفَرِ) yang berarti rintangan dalam perjalanan. Ini bisa banyak hal, bisa terkena wabah akibat cuaca di negeri yang dituju, bisa karena banyaknya urusan perjalanan yang berbelit dan membuat kita menunggu, serta berbagai rintangan lainnya yang sering muncul dalam perjalanan.
Kemudian, (وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ) yang berarti buruknya pemandangan. Ini contohnya dalam perjalanan kita melihat kecelakaan yang mengerikan, melihat tawuran dan perkalihian orang yang bisa membuat trauma, atau bisa pula pemandangan maksiat yang membuat iman kita luntur. Semua pemandangan yang menyedihkan dan tidak mengenakkan kita minta dihindarkan dari kita dan kita hanya melihat segala hal yang menyenangkan.
Terakhir adalah (وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ) berarti hal buruk setelah kita pulang ke rumah mendapati keluarga atau harta kita berada dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Ini semua tentu tidak diharapkan semua orang. Makanya kita minta lagi pertolongan kepada Allah agar tidak melihat sekecil apapun hal yang tidak menyenangkan pada keluarga dan harta yang ditinggalkan sepulang safar nanti.
Kemudian ketika perjalanan pulang kembali mengulang doa di atas saat sudah di kendaraan ditambah kalimat akhir yang merupakan sugesti pada diri kita bahwa kita orang yang Kembali dalam keadaan bertaubat kepada Allah dan hanya memuji sebagai rasa syukur atas karunia Allah selama perjalanan dan saat kembali.
Doa safar ini bagus dihafalkan, dan bagi yang susah menghafalnya hendaknya mencatatnya di selembar kertas dan disimpan di tas atau dompet sehingga kapan mau dibaca tinggal dibuka. Atau ditempel di jok atau dasbor dan dibaca sebelum perjalanan lengkap dengan artinya sehingga kita paham dengan apa yang kita minta.