Perjuangan Tidak Akan Mati dengan Matinya Pejuangnya

Musuh-musuh Islam menyangka bahwa matinya pimpinan pergerakan Islam yang melawan kekafiran dan kezaliman berarti mati pula perjuangan gerakan tersebut. Mereka tidak tahu bahwa perjuangan Islam ini ditancapkan langsung oleh Allah ke setiap hati yang Dia kehendaki sebagai sebuah fadhilah atau keutamaan.

Para pahlawan dan pemimpin besar berlalu dan pergi, tapi gagasan mereka tetap abadi terpatri dalam hati. Tewasnya pemimpin bukan berarti akhir perjuangan, karena jihad adalah sebuah gagasan dan ideologi, akidah yang ditetapkan sebagai satu ajaran pakem dalam agama Islam. Sehingga dia tidak akan mati dengan matinya para pejuang.

Sejarah jihad era modern penuh dengan model-model berharga dan contoh-contoh luar biasa. Setiap gerakan perlawanan terhadap penjajah dan para pendukungnya tidak mati dengan kepergian para pemimpin dan para pejuang, justru makin mempertegas prinsip-prinsip mereka dan perjuangan melawan kekafiran dan derivasinya.

Kita mulai dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia sendiri. Harus diakui hampir semua perlawanan melawan penjajah berakhir dengan diberangusnya pejuang. Pimpinan jihad kemerdekaan banyak yang ditangkap atau terbunuh dalam perang. Tapi semua itu tidak mematikan jihad itu sendiri karena dia adalah ideologi agama yang akan Allah tumbuhkan generasinya sesuai kebijaksanaan-Nya. Kalau menggunakan kacamata dunia seakan perjuangan para pahlawan seperti Imam Bonjol, Pangeran Dipenogoro, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien semua itu salah karena mereka akhirnya berhasil ditumpas Belanda. Itu kalau ukurannya hanya menang kalah dunia. Padahal, tugas kita hanya berjuang menjalankan perintah Allah dan benar salahnya jihad tidak diukur dengan hasilnya tapi dari proses pelaksanaannya apakah sudah sesuai standar fikih Islam. Apakah karena perjuangan mereka berhasil ditumpas lalu kita mau katakan jihad mereka tidak sah seperti tuduhan keji kaum madakhilah pendaku salafy saat ini yang merupakan penggembos jihad dan pembenci para mujahidin yang berjuang membebaskan negerinya dari penjajahan?

Bila kita lihat perjuangan rakyat Palestina sendiri dimulai sejak meletusnya pemberontakan Syekh Izzuddin Al-Qassam di Haifa yang mengobarkan jihad melawan Inggris dan imigran Yahudi yang benar-benar mulai menjajah tanah Palestina. Akhirnya beliau berhasil dibunuh dari pengikutnya ditangkap serta gerakannya dibubarkan. Tapi sekarang nama beliau abadi sebagai pahlawan, dan hatta gembong penggembos jihad mengatasnamakan salaf saat ini pun belum ada yang berani menyalahkan perjuangan Al-Qassam saat itu.

Saudara-saudara kita di Afghanista bisa mendatangkan contoh lebih nyata dan Allah karuniakan kemenangan dunia kepada mereka saat ini. Amirul Mukminin, Mullah Muhammad Omar Mujahid, semoga Allah merahmatinya, pemimpin mujahidin Taliban melawan penjajah Amerika dan sekutunya berhasil dibunuh. Tapi apakah matinya beliau mati pula perjuangan? Tidak! Gerakan Taliban yang memang gerakan yang mata secara konsep tidak bergantung kepada individu. Bila ada pemimpin yang tewas maka dengan cepat dan mudah mereka mengangkat pemimpin yang lain. Setelah syahidnya Mulla Muhammad Umar, ditunjuklah Mulla Akhtar Manshur, tapi tak lama beliau pun syahid. Ternyata kesyahidan beliau malah makin membuat para pejuang Taliban bersemangat karena benar-benar membawa kabar gembira dari Allah sebagaimana yang disebutkan dalam surah Ali Imran:

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ فَرِحِيْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۙ وَيَسْتَبْشِرُوْنَ بِالَّذِيْنَ لَمْ يَلْحَقُوْا بِهِمْ مِّنْ خَلْفِهِمْ ۙ اَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۘ

  1. Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya.
  2. Mereka bergembira dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya dan bergirang hati atas (keadaan) orang-orang yang berada di belakang yang belum menyusul mereka, yaitu bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (Qs. Ali Imran : 169-170).

Segera mereka mengangkat pemimpin baru Mulla Hibatullah Akhun Zadah dan Allah memberikan kemenangan kepada mereka dalam era kepemimpinan beliau hingga sekarang.

Baca Juga:  Berperang Di Jalan Allah Adalah Salah Satu Ciri Tha'Ifah Manshurah

Kembali ke medan jihad Palestina, musuh berusaha mengincar para pimpinan. Sejak syahidnya Syekh Ahmad Yasin disusul tak berapa lama oleh Dr Abdul Aziz Ar-Rantisi tidaklah membuat gerakan jihad surut, yang ada malah makin membara. Sampai saat ini beberapa pimpinan terbunuh kita lihat pejuang di lapangan tidak terlalu terpengaruh, karena mereka sudah mengikat janji setia, “tunggu kami di surga”.

Yahya As-Sinwar, baginya syahid di medan pertempuran memang cita-citanya sejak lama. Bahkan dia merasa rugi kalau akhirnya tidak jadi syahid, bisa jadi dia menyesali hidupnya bila gagal memperoleh kemuliaan ini. Maka kalau pihak musuh merasa ini adalah keberhasilan, justru mereka salah besar. HAMAS sebagai sebuah gerakan yang sudah terkonsep rapi sama seperti Taliban tidak tergantung kepada sosok. Jiwa-jiwa mereka tertanam perjuangan. Biasanya kelompok seperti ini yang bisa mengalahkannya hanyalah kesenangan dunia. Makanya justru mengkhawatirkan kalau mereka mendapat kemenangan instan dan memperoleh dunia dengan mudah. Inilah yang ditakutkan oleh Umar bin Khaththab ketika negara khilafah sudah berhasil menaklukkan Romawi dan Persia, maka tatkala melihat cincin rampasan perang dari Irak Umar malah menangis. Ketika para sahabat bertanya, “Kenapa anda menangis wahai Amirul Mukminin padahal musuh-musuhmu sudah dikalahkan?”

Umar menjawab, “Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah seseorang dibukakan dunia untuknya melainkan Allah akan melemparkan kepada mereka permusuhan dan persaingan sampai hari kiamat.” Itu yang aku takutkan.” (HR. Ahmad, no. 93 dalam sanadnya ada Ibnu Lahi’ah yang dhaif).

Meski sanad riwayat Umar ini dhaif tapi yang shahih dari Rasulullah adalah riwayat Muslim, dari ‘Amr bin Auf RA:

فَوَاللهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنِّي أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ، كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

“Demi Allah bukan kefakiran yang aku takutkan atas diri kalian melainkan dunia yang dibuka lebar buat kalian sebagaimana menimpa kaum sebelum ini lalu kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba meraihnya, lalu itu mencelakakan kalian sebagaimana itu mencelakakan mereka.”

Ini semua bukan berarti kita anti kemenangan, tapi peringatan bukan penderitaan yang akan membuat mujahid itu lemah dan kalah, tapi justru kemenangan yang harus diwaspadai karena dunia membuat terlena. Apalagi bila telah diraih oleh orang yang telah terbiasa hidup susah dalam perjuangan.

Baca Juga:  Perjuangan Politik Itu Ibadah

Maka betapa beruntungnya Sinwar ketika dia terhindar dari fitnah dunia dan menemui Allah dalam keadaan termulia, saat berada di puncak tertinggi ajaran agama yaitu jihad sebagai syahid.

Sejarah para pemimpin yang mengorbankan dirinya demi perlawanan, agama, kehormatan dan kesucian akan tetap abadi. Setiap darah yang tertumpah demi kebebasan menghidupkan kembali harapan dalam jiwa, apalagi jika itu adalah darah seorang pemimpin yang menghabiskan hidupnya di jalan ini. Yahya As-Sinwar melukiskan ini. Lihat betapa indahnya heroic kematiannya. Dia teguh di garis pertempuran mempertahankan tanah dan kehormatan bangsa, dan melawan penjajah dengan senjata bahkan meski tinggal sebilah tongkat. Dia mengikat tangannya yang terluka dan melawan penjajah dengan yang lain. Amunisi senjatanya habis, jadi dia melawan penjajah yang merebut dengan tongkat, pantang menyerah. Zionis mengira dengan memperlihatkan video kematiannya orang akan goyah, yang terjadi malah makin semangat bahkan mantan tentara zionis pun tak mampu menahan keharuannya akan semangat heroic tersebut. Ya karena, Sinwar tidak pengecut seperti mereka yang hanya berani menyerang dengan bantuan tank dan pesawat tempur.

Jalan menuju kemenangan membutuhkan pengorbanan darah dan jiwa, dan kita semua harus mengingat tugas kita untuk mendukung saudara-saudara kita di Palestina, membantu mereka dalam kesulitan mereka. Tanggung jawab kita adalah mempertahankan jalan ini dengan kesatuan, solidaritas, dan ketabahan. Pantang kita pesimis, tabu untuk menyerah, haram pula tunduk. Umat Islam harus bangkit atas kewajiban mereka terhadap saudara-saudara mereka yang tertindas di Gaza dan Palestina tercinta, istiqamah berdiri bersama mereka dalam tahap-tahap sulit seperti sekarang.

Kami katakan kepada musuh-musuh kaum muslimin, Jangan bergembira karena berhasil membunuh pimpinan gerakan jihad, justru kalian mengantarkan mereka kepada apa yang mereka cita-citakan. Nama para pahlawan akan melekat pada generasi berikutnya. Izzuddin Al-Qassam, Umar Mukhtar, Mullah Omar, Ahmad Yassin, Ismail Haniyah, dan Yahya As-Sinwar, semua mereka memang tidak merasakan kemenangan dari perjuangan mereka di dunia, tapi ketika di akhirat mereka sudah tak mengharap kesenangan itu lagi karena telah terganti dengan surga. Akan selalu dibangkitkan oleh Allah generasi yang akan membawa panji jihad dan membela agama, kehormatan, demi menegakkan kalimat Allah.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَنْ يَّرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَسَوْفَ يَأْتِى اللّٰهُ بِقَوْمٍ يُّحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهٗٓ ۙاَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ اَعِزَّةٍ عَلَى الْكٰفِرِيْنَۖ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَاۤىِٕمٍ ۗذٰلِكَ فَضْلُ اللّٰهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

  1. Wahai orang-orang yang beriman, siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin dan bersikap tegas terhadap orang-orang kafir. Mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut pada celaan orang yang mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Qs. Al-Maidah : 54).

Ustadz Anshari Taslim, Lc.
Mudir Pesantren Bina Insan Kamil – DK Jakarta

Bagikan Artikel:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *