Ada sebiji sumber hoax yang kelewatan dalam rentetan pembahasan kita kemarin, yaitu hoax buatan ibu Dinsul. Aktivis medsos pro Syi’ah internasional dan Basyar al-Assad
Track record dissinformasi dari beliau jangan ditanya lagi. 3 tahun lalu beliau membuat hoax memalukan pasca kudeta gagal di Turki.
Ketika itu seorang artis Turki dan seorang pria berjenggot yang sedang berbuat baik menolong para korban bentrok, malah dia bikin cerita hoax bahwa mereka adalah anggota Ikhwanul Muslimin yang berafiliasi pada AKP Erdogan dan sedang beramaliah ala ngisis gorok orang.
Sumber berita: https://www.cnnturk.com/yasam/ali-nuri-turkoglu-askerlere-yardim-etti
Baru-baru ini, si ibu kembali membuat framing jahat yang menyudutkan lembaga kemanusiaan ACT.
Framing tersebut dibalut hoax tentang siapa saja kelompok teroris dan asal-usulnya. Menggiring pembacanya seolah siapapun yang membantu para korban dari penjahat perang Assad, maka dia otomatis adalah pendukung “teroris”
Berikut sedikit tamparan buat para bahlul itu:
Tulisan Dinsul:
“1. Poin utama kasus ini adalah: BL (dan sangat banyak lembaga lainnya) bekerjasama dengan ACT. Nah, masalahnya, untuk isu Suriah, ACT selama ini secara jelas menunjukkan keberpihakan kepada pemberontak Suriah (yang oleh fansnya disebut “mujahidin”).
Lihat di foto, bendera pemberontak Suriah-lah yang dipakai saat penggalangan dana ACT (hijau-putih-hitam dengan bintang 3), bukan bendera resmi Suriah (merah-putih-hitam dengan bintang 2).”
Jawaban:
Lah, kalo gitu siapapun yang membantu di Gaza sambil berfoto dan membawa simbol Ham@s nanti bakal dituduh membantu pemberontak?!
Secara Ham@s bukan pemerintah resmi Palestina bahkan dulu mereka memukul Fatah yang merupakan pemerintah sah Palestina yang diakui negara lain termasuk Indonesia.
Perebutan paksa Gaza dari tangan Fatah: http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/6748811.stm
ACT atau lembaga lain mau mengangkat simbol bendera hijau-putih-hitam bintang 3 ya terserah mereka. Lagipula itu adalah bendera awal negara Suriah saat berhasil merdeka dari Perancis, bukan sesuatu yang asing di sana selama puluhan tahun.
Soal bendera, ini ada satu bendera antek AS yang tidak pernah disindir pro Assad Indonesia.
Bendera SDF Kurdi di Suriah: https://www.bbc.com/indonesia/dunia-47678403
Banyak sekali lembaga kemanusiaan Eropa dan Amerika utara, serta sejumlah negara lain, bekerja di wilayah SDF ini. Mereka juga tidak ada yang peduli dengan izin dari rezim Assad karena memang tidak dibutuhkan.
Bonus :
Lembaga kemanusiaan Syrian Arab Red Crescent (SARC) yang merupakan lembaga resmi diakui rezim Assad ternyata membuka cabang di Idlib dan bekerja bersama “teroris” White Helmet: https://www.bbc.com/news/world-middle-east-36416265
Jadi logika bu Dinsul adalah konyol. Kalau semua lembaga yang bekerja dan terikat emosionalnya di wilayah “pemberontak” harus dicap buruk serta ditinggalkan, maka habis semuanya termasuk OCHA PBB pun ga boleh disumbang.
Repot punya logika begitu. Nanti kalau membantu di Afghanistan akan dituduh membantu Taliban
Membantu di Somalia akan dituduh membantu asy-Syabab
Membantu di Libya akan dituduh membantu IM
Membantu di Sudan akan dituduh membantu SLA
Membantu di Kashmir akan dituduh membantu pemberontak
Membantu di Rohingya akan dituduh membantu ARSA
Cuma membantu di Yaman aja yang aman dari mulut2 nyinyir bani Mut’ah. Karena cuma di Yaman pemberontaknya Syi’ah Houthi ?
Dan rupanya ACT memang menampar wajah para Syi’ah karena berhasil tembus ke Sana’a yang dikuasai pemberontak Houthi di Yaman.
Beruntung pemerintah sah Yaman ga bahlul macam Assad dan penjilatnya. Lembaga kemanusiaan yang masuk ke wilayah pemberontak Houthi dibebaskan saja dan tidak dituduh macam-macam.
Sumber berita: https://khazanah.republika.co.id/berita/puvtyh423/redam-krisis-pangan-act-berikan-bantuan-ke-yaman
Lagipula para relawan kemanusiaan masa bodoh aja mau dibilang dukung pemberontak kek, radikal kek. Yang terpenting adalah bantuan sampai ke penerima dan bermanfaat!
Oleh: Fathi Nasrullah