Ada yang mengatakan bahwa solusi permasalahan di Timur Tengah itu adalah “2 States 1 Country”.
Pertanyaannya, benarkah bisa begitu?
Maka kita katakan bahwa solusi “2 States 1 Country” itu hanyalah dikemukakan oleh orang yang BUTA SEJARAH…!
Iya buta sejarah meremehkan fakta bahwa Yahūdi Banī Isrōīl itu telah terusir dari tanah Ṡām (Levant) sejak lebih 2.700 tahun lalu, dan buta sejarah tentang Jews Diasporas…!
Silakan baca sejarah apa yang terjadi di tahun 722 BCE di mana Sargon II dari Assyria berhasil menaklukkan kerajaan Samaria-nya Yahūdi Banī Isrōīl. Sekira 27.290 lebih Yahūdi Banī Isrōīl diangkut ke Assyria dan dijadikan budak. Itulah yang disebut “Diaspora Yahūdi Pertama”.
Kemudian di tahun 587 BCE, Nebuchadnezzar II dari kerajaan Babylonia Baru mengepung Jerusalem dan menghancurkan Kenisah Sulaimān (Penghancuran Pertama). Puluhan ribu Yahūdi Banī Isrōīl ditangkap lalu dibawa ke Babylonia untuk dijadikan budak. Ribuan lainnya mengungsi ke Mesir.
Kemudian di tahun 70 CE, Jerusalem dikepung dan dihancurkan oleh Kekaisaran Romawi yang dipimpin panglimanya Titus Julius Alexander. Pada saat itu Kenisah Sulaimān dibakar lagi (Penghancuran Kedua), tetapi ini karena orang Yahūdi sendiri yang mulai bakar-bakar untuk menghambat pasukan Romawi. Akibatnya, lagi-lagi Yahūdi Banī Isrōīl diusir dari Ṡām dan mereka pun tersebar ke mana-mana dan tentunya tersebar ke Eropa karena tanah Ṡām dijajah oleh Romawi.
Ada yang menarik pada episode kisah penjajahan Yahūdi oleh Romawi (sejak tahun 64 BCE) ini, yaitu pertama ketika Yahūdi Banī Isrōīl menunggu-nunggu Allōh mengutus “Nabī Perang” kepada mereka. Ternyata ketika Allōh mengutus Nabī Ìsā bin Maryam عليه الصلاة والسلام mereka pun kecewa, sebab ketika itu Ìsā ibn Maryam belum diperintahkan oleh Allōh untuk berjihād tempur. Nabī Ìsā baru berjihād ketika Beliau kelak diturunkan menjelang Akhir Zaman untuk melawan ad-Dajjāl.
Kedua, pasca penghancuran Jerusalem di tahun 70 CE, dan kekalahan telak ekstrimis Yahūdi di Masala, maka Yahūdi Banī Isrōīl banyak yang beremigrasi ke daerah Yaṫrib (Madīnah) di al-Ḥijāz.
Kenapa Yahūdi Banī Isrōīl pindah ke Yaṫrib, padahal di sana bukan wilayah mereka biasa berada? Karena mereka mendapati dari ḥadīṫ-ḥadīṫ Nabiyullōh yang diutus kepada mereka bahwa Allōh akan membangkitkan Nabī Akhir Zaman di wilayah Yaṫrib, dan ia adalah “Nabi Berpedang”. Makanya ketika Baginda Nabī ﷺ hijroh ke Madīnah, Beliau ﷺ mendapati banyak betul kabilah Yahūdi Banī Isrōīl di Yaṫrib.
Tetapi dasar Yahūdi, mereka tak terima kalau Allōh mengutus nabī yang bukan dari bangsa mereka, dan mereka kāfir kepada Baginda Nabī Muḥammad ﷺ. Itulah kenapa mereka masih menunggu “Messiah” mereka, dan itu adalah al-Masiḥ ad-Dajjāl.
Jadi memang Allōh telah mentaqdirkan Yahūdi Banī Isrōīl itu untuk tidak punya tanah karena mereka itu tahu agama, tahu kebenaran, akan tetapi kāfir dan membangkang kepada Allōh & Rosul-Nya.
Yahūdi itu kerjanya di mana-mana bikin kerusakan. Lihat saja kerjanya Yahūdi itu apa coba kalau bukan jadi rentenir dan menyebarkan ideologi dan ajaran sesat? Siapa yang tak kenal dengan nama rentenir kelas Dunia, yaitu: Rothschild dan Seligman? Siapa yang tak kenal dengan Karl Marx, Benjamin Disraeli, Charles Darwin, dan bahkan ideolog-nya Hitler yang bernama Alfred Rosenberg pun Yahūdi juga.
Jadi tak heran jauh sebelum Nazi di Eropa membantai Yahūdi, para Yahūdi ini sudah terbukti bikin masalah karena orang Inggris pernah mengusir Yahūdi di tahun 1290, dan orang Spanyol pernah mengusir Yahūdi pada tahun 1492. Jadi tak usah deh orang Barat itu pada sok-sok sayang sama Yahūdi, karena mereka juga gak suka Yahūdi menguasai negeri mereka.
Adapun Yahūdi balik ke Filistin, itu kan kerjaannya si Arthur Balfour (seorang Naṣrōnī Zionist) di 1917 yang memberikan sesuatu yang bukan miliknya karena ia terpengaruh ajaran “Der Judenstatd”nya Theodor Herzl.
Kemudian pasca Perang Dunia II, jendral-jendral Sekutu yang rata-rata Naṣrōnī Zionist lah yang mendukung pembentukan negara Yahūdi Zionist bernama Isra-Hell sebagai proxy mereka di Timur Tengah untuk menghambat pengaruh Uni Soviet.
Jadi intinya, TIDAK ADA yang namanya “2 States 1 Country Solution” itu, karena: penjajahan di atas muka Bumi harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Demikian, semoga dapat dipahami.