Konon akan terjadi gerhana bertepatan dgn waktu Subuh.
Maka dalam hal ini boleh saja shalat gerhana dulu atau Subuh dulu selama waktunya masih sempat.
Imam Asy-Syafi’i memberikan tipsnya dalam kitab Al Umm:
( قَالَ ) : وَإِنْ كَسَفَتْ الشَّمْسُ فِي وَقْتِ صَلاَةٍ بَدَأَ بِالصَّلاَةِ لِكُسُوفِ الشَّمْسِ , وَقَدَرَ الْمُصَلِّي أَنْ يَخْرُجَ مِنْ صَلاَةِ كُسُوفِ الشَّمْسِ , وَيُصَلِّيَ الْمَكْتُوبَةَ ثُمَّ يَخْطُبَ لِكُسُوفِ الشَّمْسِ بَعْدَ الْمَكْتُوبَةِ .
قَالَ الشَّافِعِيُّ : وَإِنْ كَسَفَتْ الشَّمْسُ فِي وَقْتِ الْجُمُعَةِ بَدَأَ بِصَلاَةِ كُسُوفِ الشَّمْسِ , وَخَفَّفَ فِيهَا فَقَرَأَ فِي كُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ اللَّتَيْنِ فِي الرَّكْعَةِ بِأُمِّ الْقُرْآنِ , وَسُورَةِ { قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ } , وَمَا أَشْبَهَهَا ثُمَّ خَطَبَ فِي الْجُمُعَةِ , وَذَكَرَ الْكُسُوفَ فِي خُطْبَةِ الْجُمُعَةِ , وَجَمَعَ فِيهَا الْكَلاَمَ فِي الْخُطْبَةِ فِي الْكُسُوفِ وَالْجُمُعَةِ , وَنَوَى بِهَا الْجُمُعَةَ ثُمَّ صَلَّى الْجُمُعَةَ .
“Kalau terjadi gerhana matahari pada waktu shalat, maka shalat gerhana matahari dulu dan yg shalat harus bisa memastikan dia selesai shalat gerhana dan sempat shalat wajib, lalu kemudian berkhutbah setelah shalat wajib tersebut.
Kalau gerhananya pas shalat Jum’at maka boleh mulai dgn shalat gerhana dulu dan diringkas dgn hanya membaca Al Fatihah dan Al Ikhls di tiap rakaat, kemudian berdiri khutbah Jum’at dgn menyebutkan pula moment gerhana di dalamnya tapi niatnya harus niat khutbah Jum’at.”
==============================
Kemudian Asy-Syafi’i membuat dhabith:
وَهَكَذَا يَصْنَعُ فِي كُلِّ مَكْتُوبَةٍ اجْتَمَعَتْ وَالْكُسُوفُ فَخِيفَ فَوْتُهَا يَبْدَأُ بِالْمَكْتُوبَةِ وَإِنْ لَمْ يَخَفْ الْفَوْتَ بَدَأَ بِصَلاَةِ الْكُسُوفِ ثُمَّ الْمَكْتُوبَةِ لِأَنَّهُ لاَ وَقْتَ فِي الْخُطْبَةِ
“Begitulah yg harus dilakukan bila bertepatan gerhana dgn waktu shalat wajib. JIKA KUATIR LUPUT WAKTU SHALAT WAJIB MAKA HENDAKLAH SHALAT WAJIB DULUAN. Tapi jika tidak kuatir luput maka shalat gerhana duluan lalu shalat wajib, karena khutbah tidak dibatasi oleh waktu (maksudnya biarpun gerhana dah selesai maka tak masalah khutbahnya, karena waktu khutbah boleh setelah gerhana -penerj).”
==============================
Bila kuatir luput shalat wajib maka tentulah shalat wajib yg didahulukan, karena dia wajib, sementara shalat gerhana adalah sunnah.
Imam Syafi’i juga menyebutkan masih dalam Al Umm di halaman berikutnya:
وَإِنْ صَلَّوْا الصُّبْحَ , وَقَدْ غَابَ الْقَمَرُ خَاسِفًا صَلَّوْا لِخُسُوفِ الْقَمَرِ بَعْدَ الصُّبْحِ مَا لَمْ تَطْلُعْ الشَّمْسُ , وَيُخَفِّفُونَ الصَّلاَةَ لِخُسُوفِ الْقَمَرِ فِي هَذِهِ الْحَالِ حَتَّى يَخْرُجُوا مِنْهَا قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ فَإِنْ افْتَتَحُوا الصَّلاَةَ بَعْدَ الصُّبْحِ وَقَبْلَ الشَّمْسِ فَلَمْ يَفْرُغُوا مِنْهَا حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ أَتَمُّوهَا
“Kalau mereka shalat Subuh duluan dan bulan telah gerhana maka mereka bisa shalat gerhana setelah shalat Subuh asalkan matahari belum terbit. Mereka memperpenedek shalat gerhana itu supaya bisa selesai sebelum matahari terbit. Kalaupun mereka memulai shalat setelah subuh sebelum matahari terbit dan ketika terbit mereka belum selesai shalt maka tetap shalatnya diteruskan sampai selesai.”
(Al Umm terbitan Dar Al wafa jilid 2 hal. 528, 529, 530).