Waktu saya SMA dulu, seorang ustadz saya menceritakan bahwa beliau punya seorang guru yang merupakan ulama besar di daerah Mempawah Kalimantan Barat pada masa penjajahan Belanda. Dia mempunyai seorang anak laki-laki kesayangan bernama Abdul Malik.
Suatu ketika Abdul Malik kecil jatuh sakit. Berbagai upaya pengobatan mulai yang tradisional sampai yang paling modern pada zaman itu sudah diupayakan. Bahkan, berbagai doapun sudah dipanjatkan tapi sang anak tak jua kunjung sembuh.
Suatu hari ketika keputusasaan mulai menghantui datanglah seorang tua berjenggot kepadanya menyampaikan, ”Anak kamu itu sebenarnya bisa sembuh dengan syarat kamu harus merawat keris pusaka yang ada di atas parak (semacam plafon dari kayu khas rumah melayu atau bugis di Kalimantan). Dulu leluhur kamu selalu merawatnya dengan memandikannya setiap malam Jum’at, tapi kamu sekarang melupakannya, makanya dia marah dan anak kamu menanggung akibatnya.”
Mendengar itu sang ulama ini lalu mencari keris dimaksud dan ternyata benar, keris itu tersimpan rapi di dalam peti di atas parak rumahnya. Tanpa pikir panjang diambilnya keris tersebut dan dibawanya ke pinggir sungai Mempawah lalu dilemparkannya ke sungai. Kemudian keluarlah sebuah pernyataan tauhid mengejutkan yang membuat bala tentara Iblis lari tunggang langgang, ”Kalau memang tak ada jalan lain untuk menyembuhkan si Malik kecuali dengan merawat keris ini, maka BIARLAH SI MALIK ITU MATI SAJA!! Aku tak sudi menjadi musyrik karenanya, hasbiyallah wa ni’mal wakiil (cukuplah bagiku Allah saja dan Dia adalah sebaik-baik pelindung).”
Tak berapa lama si Malik kecil sembuh, bahkan sampai kisah itu diceritakan kepada saya beliau masih hidup dan terakhir menjabat di KANWIL DEPAG Kalimantan Selatan (kalau ngak salah).
Hikmah yang dapat dipetik dari cerita ini adalah terkadang memang ada penyakit yang disebabkan oleh gangguan jin. Biasanya menimpa anak kecil atau juga orang dewasa yang mana leluhut atau kerabat orang tersebut dulunya suka memelihara jin sebagai khadam. Atau mempunyai ilmu kesaktian dan berbagai jimat.
Bisa saja orangtua berjenggot yang menemui ayah Pak Malik tadi adalah jelmaan jin pula, sebagaimana jin pernah menjelma jadi manusia untuk mencuri barang zakat fitrah seperti dalam hadits riwayat Al-Bukhari dalam shahihnya dari Abu Hurairah. Tujuannya menguji iman hamba Allah yang bersangkutan, sehingga kalau imannya goyah dan menyerah pada kemauan jin setan maka tauhidnya rusak.
Sebaliknya, bila seorang muslim tidak goyah dan menyerahkan semuanya kepada Allah, insya Allah pertolongan Allah akan datang. Kekuatan tauhid yang mukhlis akan membuat Iblis dan bala tentaranya gentar, sehingga mundur dan tak berani lagi berhadapan.
Maka hindari penggunaan benda-benda keramat, jimat, amalan kesaktian dan sejenisnya, karena pasti di belakangnya ada jin jahat, meskipun yang mengamalkan tidak mengakui.
Dan orangtua hendaknya selalu meningkatkan sikap tawakkal kepada Allah, serta memperbanyak dzikir dan beramal hanya yang sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW. Dengan begitu, tauhid akan bersih dan berbagai gangguan dari makhluk Allah baik jin, manusia, binatang maupun bencana alam akan dapat diatasi dengan pertolongan-Nya.
Salah satu dzikir yang hendaknya dibacakan kepada anak terutama yang masih kecil baik dalam keadaannya sehat maupun sedang sakit adalah:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ
”Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari segala setan dan bahaya yang berbisa serta dari pandangan mata dengki yang tercela.” (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah, ini adalah redaksi Ibnu Majah).
Saat membaca bisa dengan memandang si anak yang sedang tidur ataupun terjaga sambil memegang anggota tubunya, misalnya kepala, atau tangan atau badan.
Semoga bermanfaat bagi saya pribadi dan semua yang membaca. Amin.
Mengenang guruku Abdul Mu’in Ahmad (1921 – 1999) semoga Allah menerima amal ibadah beliau dan mengampuninya dan kita semua.
Bekasi, 24 April 2009
Anshari Taslim.