Air Ibadah Dan Kedzaliman

Air, Ibadah dan Kedzaliman

Oleh M. Zainal Muttaqin

Suatu siang di sebuah masjid perkantoran di ibukota Jakarta. Suara muadzin terdengar lembut namun lantang  memanggil manusia bersujud kepada Allah dan meraih kemenangan. Saat yang sama puluhan orang berjejer memenuhi tempat wudlu untuk bersuci sebelum menghadap Ilahi Robbi. Fenomena seperti itu lazim kita saksikan di gedung-gedung pencakar langit ibukota setiap kali waktu shalat tiba. Mereka yang kesibukan kerjanya demikian padat seolah berkejaran dengan waktu, masih tetap meluangkan waktu untuk bersujud kepada Allah. Sungguh suatu pemandangan yang amat menyejukkan dan membahagiakan.

Tapi jangan berhenti sampai disitu. Bersama fenomena yang begitu religius dan sejuk itu merebak juga fenomena lain. Di salah satu kran, seorang laki-laki membuka kran air lebar-lebar sehingga air mengucur amat deras, sementara ia masih belum tuntas membuka jam tangannya. Dua jajar disebelahnya, seorang pria lain melakukan hal yang sama sembari menggulung tangan panjangnya dan memasukkan dasinya ke dalam baju. Begitu juga sebagian besar yang lain berwudlu dengan membuka kran air yang mengalir kencang. Hanya satu dua jamaah yang berwudlu dengan kran air yang dibuka kecil sehingga air pun keluar  tak deras tapi lebih dari cukup untuk berwudlu dengan sempurna.

Boleh jadi  fenomena itu  bukan monopoli jamaah di masjid perkantoran, tapi  terjadi juga dimana-mana. Entah berapa liter air yang dihabiskan oleh setiap orang  yang berwudlu dengan cara seperti itu. Apalagi umumnya mereka membasuh muka, kedua tangan dan kaki, tiga kali tiga kali. Jarang sekali yang melakukannya sekali. Jika satu orang menghabiskan 10 liter tinggal kalikan saja. Masya Allah amat sangat banyak sekali. Padahal berwudlu sempurna cukup dengan hanya seliter air, bahkan kurang dari itu. Bukankah dalam fiqh islam, membasuh muka, kedua tangan dan kaki sekali,dua kali atau tiga kali sama benarnya.

Baca Juga:  Kelembutan Rasulullah dalam Peperangan dan Perbedaannya dengan Manhaj Khawarij Modern

Agaknya banyak diantara kita yang salah kaprah. Atas nama agama atau dengan dalih untuk beribadah seakan kita boleh menggunakan air semaunya. Padahal air,udara, tanah dan semua yang ada di langit dan bumi adalah milik Allah. Kita hanya punya hak pakai. Itupun diberi batasan sesederhana dan secukupnya. Lebih dari itu disebut boros (tabdzir). Sedangkan boros itu termasuk perbuatan syetan.

Mengapa? Karena milyaran manusia di bumi ini, juga hewan dan tumbuhan membutuhkan air. Dan air yang mereka butuhkan sama dengan air yang kita gunakan karena dunia itu bulatan yang satu, bukan serpihan yang terpisah satu dengan lainnya. Setiap penggunaan yang berlebihan di suatu sudut berarti merampas hak makhluk Allah di sudut lainnya. Apalagi di tengah situasi saat ini yang rentan defisit air. Hutan-hutan yang makin gundul berganti dengan hutan beton, sungai-sungai yang makin sempit dan dangkal karena sampah dan limbah, dan tanah-tanah yang semakin keras karena dilapisi semen membuat sumber air  bersih semakin jauh berkurang. Padahal air adalah suatu yang niscaya dalam kehidupan manusia, siapapun, dimanapun dan kapanpun. Tidak peduli  kaya atau miskin, tua atau muda, berkulit putih,hitam atau coklat. Semuanya membutuhkan air bersih. Bukan cuma manusia, tapi air juga dibutuhkan oleh hewan dan tumbuhan.

Tidak ada satu dalilpun yang membolehkan kita memakai air semaunya dengan dalih ibadah. Justru lantaran untuk beribadah kepada Allah sesuai ajaran Nabi, seharusnya kita juga menggunakan air-dan semua anugerah yang diberikanNya- sesuai dengan tuntunan Allah dan sunnah Nabi.  Allah dan RosulNya tidak pernah membolehkan kita bersikap boros. Bahkan mengecam pelakunya sebagai teman-temannya syetan. Bagaimana mungkin hamba yang bersujud kepada Allah berteman dengan syetan?

Baca Juga:  Bolehkah Paket Sembako Dari Uang Zakat?

Sebagai muslim, sudah seharusnya kita berdiri digaris terdepan dalam mengunakan air, tanah dan udara serta semua anugerah Allah buat kita secara bertanggung jawab. Tidak boleh mentang-mentang dan semaunya. Mentang-mentang punya jetpump atau pompa air dalam yang bisa mengeduk air sebesar-besarnya atau mampu membayar meteran air PAM berapapun mahalnya, lantas kita berpikir sah-sah saja mencuci mobil dan motor dengan selang air yang mengucur deras. Bahkan berlama-lama pula. Mentang-mentang  kita orang kaya,  tidak merasa salah menggenangi  kolam renang di rumah dengan puluhan ribu liter air, padahal hanya untuk kepentingan dua –tiga orang saja. Itupun dipakainya palking banter seminggu sekali dua kali.

Padahal kita tahu, setiap tetes air sangat dibutuhkan oleh saudara-saudara kita yang lain untuk minum, mandi, mencuci dan lain-lain. Perilaku mentang-mentang dan semaunya seperti itu bukan lagi sekadar boros, tapi sudah jatuh pada perbuatan tamak dan zalim. Sadar atau tidak, kita telah merampas hak-hak orang lain. Semakin banyak orang yang terampas haknya, semakin banyak dan berlipat kezaliman kita.  Allah sangat membenci kezaliman dan orang-orang zalim, karena menyebabkan timbulnya bencana dan datangnya azab Allah.

Coba simak peringatan Allah :” Dan betapa banyaknya penduduk negeri-negeri yang hidup penuh  kesenangan yang telah Kami binasakan. Maka itulah tempat kembali mereka yang tidak didiami lagi sesudah mereka kecuali sedikit…Dan Kami (Allah) tidak pernah menghancurkan suatu negeri, kecuali penduduknya berbuat zalim” (QS Al Qashash/28: 58-59).

Bagikan Artikel:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *