Salah Satu Petinggi di Organisasi Taliban Bermazhab Syi'ah

Ketika Syiah Gabung Taliban, Apa yang Terjadi?

Pemuda ini namanya Mahdi, satu-satunya Syi’ah Hazara yang menjadi pejabat tertinggi di tubuh organisasi Taliban.

Gak main-main, sejak 2020 ia ditujuk sebagai gubernur di daerah operasi Sar-e Pol dan kepala intelijen di Bamyan. Usia Mahdi saat itu baru 31 tahun.

Mahdi lahir di desa Hosh, provinsi Sar-e Pol, Afghanistan utara daerah asal bagi sebagian etnis Hazara.

Tahun 1996 ketika Taliban pertama kali mengambil alih Afghanistan, militan Hazara memberikan perlawanan sengit, bahkan membuat ratusan warga Sunni tewas.

Akibatnya, serangan Taliban ke jantung Hazara sangat hebat, membuat mereka kocar-kacir. Militan Syi’ah dihancurkan, panglima perang kabur. Patung-patung pahlawan Hazara dihancurkan. Bahkan banyak orang Syi’ah mengungsi ke Iran karena takut Taliban. Padahal ya warga sipil ga diapa-apakan.

Praktis, sejak 1999 Taliban telah meredam Hazara sampai ke akar-akarnya.

Saat itu keluarga Mahdi juga mengungsi. Mereka ke Iran dan menetap sementara waktu. Di Iran pun gak enak-enak amat, Syi’ah Hazara dianggap sebagai sumber masalah, saingan pekerjaan dan pelaku kriminal.

Tahun 2001, ketika Amerika menginvasi Afghanistan, kekuasaan jatuh ke tangan koalisi NATO (North Atlantic Treaty Organization) dan Aliansi Utara. Pemerintahan baru yang dibentuk Washington melibatkan suku Hazara, bahkan diberi posisi sangat tinggi sebagai Wakil Presiden.

Melihat masa depan cerah bagi kaumnya di Afghanistan daripada di Iran, Mahdi dan keluarga seperti orang Syi’ah Hazara lainnya memilih balik kampung.

Keluarga Mahdi memiliki cukup luas tanah pertanian untuk mencukupi kebutuhan mereka. Bertani adalah mata pencaharian utama bagi kebanyakan Hazara.

Mahdi remaja sangat menikmati bertani. Ia bersekolah dengan sangat serius demi cita-citanya memperluas bisnis pertanian keluarga.

Namun segala mimpinya buyar gak lama kemudian. Seorang mafia panglima perang Hazara yang bekuasa di kampung itu datang dan merampas satu-satunya harta keluarganya.

Baca Juga:  Lawrence of Arabia Menjadikan Saudiyy Antek Inggris Melawan Ottoman?

Tanah pertanian diambil, dibalik nama. Gak di Iran, gak di Afghan, udah biasa Syi’ah makan Syi’ah.

Karena panglima perang adalah antek pemerintah yang korup, mudah saja baginya melegalkan perampasan dengan bukti kepemilikan yang direkayasa. Keluarga Mahdi hanya bisa gigit jari.

Mahdi marah, demi kehormatan keluarga ia bertindak nekat. Bersama sejumlah teman dan saudara, mereka menculik anak panglima perang tersebut.

Tuntutannya cuma satu, kembalikan tanahku agar anakmu dibebaskan.

Melalui perantara tokoh Syi’ah setempat pertukaran bisa dilakukan. Tanah dikembalikan dan anak panglima perang dibebaskan.

Namun malamnya sang panglima perang yang kesal dipermalukan, mengirim pasukan premannya mengepung rumah Mahdi. Baku tembak tak terhindarkan. Mahdi berhasil dilumpuhkan saat berusaha kabur.

Ia dijebloskan ke penjara selama 7 tahun atas kasus yang dibuat-buat.

Di tempat inilah ia bertemu para Mullah yang juga ditahan oleh pemerintah boneka Amerika.

Mahdi mulai tertarik dengan Taliban dan nilai perjuangannya.

Sehingga saat keluar dari penjara, Mahdi langsung bergabung dengan Taliban, namanya terkenal dengan gelar Maulawi Mahdi Mujahid.

Mahdi bertugas meyakinkan kelompok Hazara agar bersekutu dengan Taliban, lalu menentang para mafia antek pemerintah.

Keberadaannya sangat unik. Ia anggota Taliban, tapi juga bermazhab Syi’ah. Mahdi tak dipaksa menjadi Muslim Sunni.

Terkait ini, di internal Taliban muncul polemik. Jaringan Haqqani tidak setuju adanya orang Syi’ah di dalam organisasi apalagi memegang jabatan penting.

Mengingat secara teologi kaum Hazara dipandang sebagai Syi’ah ghulat karena menyembah kuburan dan orang mati. Syi’ah juga memiliki ajaran taqiyah atau berdusta agar memperoleh keuntungan.

Dikhawatirkan suatu saat Mahdi berbalik menjadi pemberontak yang memprovokasi kaum Syi’ah.

Polemik ini tak membuat pemimpin tertinggi Taliban mengeluarkan Mahdi dari organisasi.

Baca Juga:  Siapa Yang "Menjual" Tanah Palestina?

Ketika Taliban menguasai Afghanistan pada Agustus 2021, Mahdi dibuat sibuk. Ia tiap hari berkeliling di kantong-kantong suku Hazara meyakinkan bahwa Imarah Islam akan melindungi semua orang termasuk orang Syi’ah.

Seperti anggota Taliban pada umumnya, Mahdi dikenal sebagai sosok yang sederhana, jujur dan adil. Kasus-kasus yang diadukan warga diselesaikan dengan sangat memuaskan. Mahdi merangkul ulama Syi’ah Hazara untuk membantunya menyelesaikan urusan warga.

Akan tetapi cerita manis itu lenyap kurang dari setahun. Mahdi dipecat dari Taliban karena terus-terusan menentang pemerintahan pusat. Kekhawatiran Jaringan Haqqani terbukti.

Kaum Hazara tidak suka kebijakan Taliban karena menempatkan Syi’ah sebagai sekte sesat dan melarang praktek pemujaan terhadap kuburan keramat, tambah lagi gak masuk firqah Islam yang diakui. Mereka juga protes aturan perempuan.

Mahdi segera membentuk milisi pemberontak beranggotakan 200-an Hazara, dibantu sisa-sisa pendukung rezim lama.

Dengan cepat pasukan Mahdi menguasai distrik Balkhab. Mengusir seluruh elemen pemerintahan daerah Taliban di sana.

Pemberontakan ini mendapat respon serius agar tak terus meluas di kalangan Syi’ah. Serangan balik Taliban sukses melumpuhkan pasukan Mahdi. Taliban mengusir mereka keluar dari area pemukiman penduduk.

Mahdi yang terdesak kabur ke pegunungan dan berencana lari ke Iran.

Namun posisinya terdeteksi. Dengan cepat pasukan Taliban melakukan penyergapan.

Mahdi tak berkutik. Ia didakwa telah melakukan makar kepada Imarah Islam.

Pada 17 Agustus 2022, Mahdi dihukum mati. Seluruh jenggotnya dicukur habis sebelum dieksekusi.

Dengan begitu selesai pula kisah satu-satu tokoh komandan tinggi Taliban yang menganut Syi’ah.

Fathi Nasrullah
Relawan Kemanusiaan Pendiri Little Project
Facebook: https://www.facebook.com/FathiYazidAttamimi

Bagikan Artikel:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *