Surat Nasehat Syekh Abdul Aziz bin Baaz Kepada Para Pemimpin Negeri Muslim

Surat Nasehat Syekh Abdul Aziz bin Baaz Kepada Para Pemimpin Negeri Muslim

Yang Mulia, Para Pemimpin Negara-negara Arab, semoga Allah memberi petunjuk kepada Anda untuk melakukan hal yang diridhai-Nya dan untuk kebaikan hamba-hamba-Nya, amin. Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah Allah dilimpahkan kepada Anda.

Selanjutnya, sehubungan dengan pertemuan besar ini, di mana bangsa Arab dan umat Islam menggantungkan harapan besar untuk menghapus jejak-jejak agresi Yahudi, melenyapkan kelompok Zionis, dan merebut kembali tanah yang dicuri dari tangan mereka, saya merasa berkewajiban untuk memberikan nasihat demi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya ﷺ, dan untuk Anda para pemimpin. Ini juga merupakan kontribusi saya dalam perbaikan umum dan upaya untuk membersihkan diri di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, dari Universitas Islam di kota Nabi ﷺ, saya mengirimkan kepada Anda beberapa rekomendasi berikut:

Pertama: Bertakwa kepada Allah dalam Semua Urusan

Bertakwalah kepada Allah SWT dalam segala hal. Saling menasihati untuk tetap teguh pada agama-Nya, menerapkan syariat-Nya, menjadikannya sebagai sumber hukum, dan memerangi prinsip serta perbuatan yang bertentangan dengannya. Hal ini penting karena Anda adalah para pemimpin bangsa Arab dan Muslim. Dengan kebaikan Anda dan persatuan Anda di atas petunjuk, insya Allah, Allah akan memperbaiki rakyat Anda dan seluruh umat Islam.

Anda semua tahu bahwa tidak ada kemuliaan, perlindungan, kehormatan, atau kemenangan yang pasti dan terjamin atas musuh kecuali dengan berpegang teguh pada Islam, menerapkannya, dan menjadikan syariatnya sebagai rujukan hukum, sebagaimana yang dilakukan oleh para pendahulu Anda yang saleh. Allah menolong dan memenangkan mereka, sebagaimana yang Dia janjikan dalam firman-Nya: “Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Surah Muhammad: 7). Dalam Islam terdapat solusi untuk semua masalah, perbaikan untuk semua urusan, dan terwujudnya keadilan bagi semua dalam makna yang paling sempurna, jika niatnya lurus, usaha dikerahkan, dan urusan diserahkan kepada ahlinya.

Baca Juga:  Fatwa Kongres Ulama Palestina Tahun 1935: Haram Menyerahkan Tanah Palestina Kepada Israel

Kedua: Toleransi, Kesucian Hati, dan Persatuan

Toleransi, hati yang bersih, bersatunya barisan, dan kesepakatan dalam satu tujuan, yaitu mengikuti syariat dan meninggalkan apa yang menyelisihinya. Bekerja sama untuk menghilangkan dampak agresi Yahudi dan melenyapkan apa yang disebut sebagai negara Israel secara permanen. Semua upaya dan kekuatan harus bersatu untuk tujuan mulia ini, sambil meminta pertolongan dan kemenangan kepada Allah, sesuai dengan firman-Nya: “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi.” (QS. Al-Anfal: 60) dan firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu (di medan pertempuran).” (QS. An-Nisa: 71), serta ayat-ayat dan hadis lain yang serupa maknanya.

Ketiga: Pembentukan Pasukan Bersama yang Kuat

Membentuk pasukan bersama yang kuat dan terpadu, dilengkapi dengan persenjataan terlengkap yang memungkinkan, di bawah satu komando yang amanah dan disepakati oleh semua pihak. Komando ini harus didasarkan pada Dewan Syura yang terdiri dari Menteri Pertahanan dan Kepala Staf Angkatan Darat dari semua negara Arab, serta negara-negara Islam yang ingin bergabung. Dewan ini akan mengelola semua urusannya berdasarkan aturan yang stabil dan prinsip yang telah dipelajari oleh semua pihak, dengan harapan tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Tidak diragukan lagi, kebaikan besar dalam dewan ini sangat jelas bagi Anda, yaitu kehati-hatian, berpegang pada petunjuk syariat dan ajarannya yang bijaksana. Ini juga merupakan implementasi dari firman Allah kepada Nabi-Nya ﷺ: “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS. Ali Imran: 159) dan firman-Nya dalam menggambarkan orang-orang beriman: “Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka.” (QS. Asy-Syura: 38).

Keempat: Netralitas total dan tidak memihak kepada blok Timur maupun Barat, serta berupaya agar kalian menjadi blok yang mandiri yang memanfaatkan pengalaman dan senjata dari pihak lain tanpa memihak atau campur tangan pihak luar dalam urusan dalam maupun luar negeri kalian. Tidak diragukan lagi bahwa netralitas ini adalah yang paling dekat dengan keselamatan dalam agama dan dunia, paling sempurna dalam kehormatan, martabat, dan kewibawaan, serta paling aman dari campur tangan musuh dalam urusan kalian dan pengungkapan rahasia kalian.

Baca Juga:  Gaza Tidak Akan Kalah

Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berkata kepada seorang lelaki yang ingin ikut berperang bersamanya pada Perang Badar:

“Apakah engkau sudah masuk Islam?”

Dia menjawab: “Belum.”

Beliau berkata: “Kembalilah; kita tidak akan meminta bantuan orang musyrik” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

Meskipun demikian, Rasulullah SAW pernah menyewa seorang pemandu musyrik dalam perjalanan hijrah, dan meminjam perisai dari beberapa musyrik pada Perang Hunain. Hal ini menunjukkan bahwa memanfaatkan senjata musuh dan pengalaman mereka tidaklah dilarang, dan bukan termasuk jenis bantuan yang dilarang oleh Nabi SAW dalam hadis sebelumnya, selama mereka tidak terlibat dalam urusan kita maupun berpartisipasi dalam tentara kita.

Itulah yang tampak perlu saya sampaikan kepada hadirin sekalian sebagai isyarat dan ringkasan. Allah-lah yang bertanggung jawab memperbaiki hati dan amal kalian, menuntun langkah kalian, dan menyatukan kata-kata kalian dalam hal yang membawa kebahagiaan untuk kalian dan seluruh umat Islam, serta kemenangan atas musuh kalian. Sesungguhnya Dialah Pemilik kekuasaan dan mampu melakukannya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Wakil Rektor Universitas Islam Madinah
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Surat ini dikirimkan oleh Yang Mulia pada bulan Jumadil Awal tahun 1387 H (1967 M), saat beliau menjabat sebagai Wakil Rektor Universitas Islam Madinah.

Sumber: Kitab Majmu’ Fatawa wa Maqalaat Mutanawwi’ah Ibnu Baz, terbitan Dar Al-Qasim 1420 H, jilid 6 hal. 62-65.

Bagikan Artikel:

==========================================

Yuks!, perbanyak amal jariyah dengan ikut berpartisipasi dalam upaya meningkatkan kualitas dakwah islamiyah bersama Pesantren Bina Insan Kamil, salurkan donasi terbaik Antum melalui rekening:

Bank Syariah Indonesia
7000 7555 00
a/n Bina Insan Kamil Pramuka

Kode Bank: 451

Konfirmasi Transfer:
https://wa.me/6282298441075 (Gita)

Ikuti juga konten lainnya di sosial media Pesantren Bina Insan Kamil:
Instagram: https://www.instagram.com/pesantrenbik
Fanspage: https://www.facebook.com/pesantrenbik
YouTube: https://www.youtube.com/c/PesantrenBIK

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *