Sudan Ada Di Persimpangan Jalan Analisa Politik Sudan

Sudan Di Persimpangan Jalan (Analisa Politik Sudan)

3 Presiden Dalam Tempo 2 Hari.

Setelah Tumbangnya Omar Basyir dari tampuk kekuasaan pada hari kamis 11 april 2019 kondisi politik di sudan tidak kunjung stabil. Demo yang bermula di akhir bulan desember 2018 menuntut pengendalian harga roti, ketersediaan bensin dan perbaikan kesejahteraan itu berubah menjadi aksi menuntut mundur presiden Omar Basyir yg telah berkuasa selama hampir 3 dekade. Demo yang sempat mereda selama beberapa bulan itu kembali memuncak di awal bulan april 2019, bertepatan dengan momentum peringatan kudeta 6 april 1985. Kudeta yang kala itu berhasil menjatuhkan presiden jafar numeiri dari tampuk kekuasaan.

Tuntutan demonstran pun terpenuhi. Basyir lengser dan militer segera mengambil alih pemerintahan selama masa transisi yang ditetapkan 2 tahun. Jendral Awwad bin auf yang menjabat sebagai Mentri Pertahanan didaulat menjadi presiden transisi militer. Ternyata pengangkatan awwad bin auf tidak direspon positif oleh demonstran khususnya Serikat Pekerja Profesional Sudan (Sudanese Professionals Association) yang menjadi motor dalam demo tersebut. Mereka menolak awwad dan menyebutnya sebagai “Antek Basyir”. Awwad bin auf dinilai memiliki track record yang buruk ketika memimpin operasi militer di darfur untuk membasmi pemberontak. Ia juga disinyalir adalah tangan kanan omar basyir. Masa kepemimpinan awwad hanya berlangsung satu hari. Jumat malam, 12 april 2019 awwad secara resmi mengundurkan diri dan diangkatlah Jendral Abdul Fattah Burhan menjadi presiden masa transisi militer yang sebelumnya menjabat sebagai KASAD. Track record burhan relatif lebih bersih dari awwad. Dia tidak memiliki catatan hitam dalam operasi militer di daerah manapun. Dia juga bukanlah orang dekat omar basyir.

Pengangkatan burhan disambut suka cita oleh masyarakat luas. Pawai dengan membawa bendera sudan semarak di seantero penjuru sudan terutama di ibukota khartoum. Namun pawai kebahagiaan itu hanya berlangsung singkat. pasca pelantikan burhan, SPA kembali membuat statement penolakan. Mereka bersikukuh akan terus melakukan aksi di depan kompleks kantor Militer sudan hingga kepemimpinan diserahkan kepada sipil.

Formalisasi syariat dalam sendi bernegera di sudan.

Dekade 80-90an adalah masa keemasan sudan dalam memformilkan syariat ke dalam bentuk undang-undang negara. Di penghujung pemerintahan numeiri syariat islam mulai diterapkan dalam sendi kehidupan bernegara, walau jafar numeiri sendiri dikenal dekat dengan kalangan sosialis ba’tsi dan komunis. Minuman keras dilarang dan hudud mulai ditegakkan. Terlebih pasca kudeta 1989 yang mengantarkan omar basyir sebagai presiden. Kudeta yang dinakhodai oleh Alm. Hasan Turobi itu memanfaatkan koalisi kekuatan aktivis islam dengan berbagai macam afiliasinya, khususnya gerakan ikhwanul muslimin krena hasan turobi ketika itu adalah salah satu pimpinannya yang dikemudian hari secara resmi keluar dari gerakan IM. Sehingga kudeta tersebut dikenal dengan nama kudeta gerakan islam. Undang-undang perbankan islam berhasil disahkan. Aktivitas dakwah berkembang pesat, kantor Dewan zakat menjangkau seluruh pelosok negeri. KUHAP, KUHP atau kitab undang-undang lainnya bernafaskan syariat islam.

Baca Juga:  Saudi Dan Ikhwan Dari Kemesraan Sampai Perseteruan

Awal Bencana.

1997 amerika menjatuhkan sanksi kepada sudan dengan PEMBOIKOTAN EKONOMI krena dituduh menjadi negara pelindung teroris dan terlibat dalam kejahatan kemanusiaan di darfur. Sudan terkucilkan dari perdagangan internasional. Pergerakan ekonomi melambat. Pembangunan pun stagnan. Namun, Sudan memiliki sumber daya alam yang melimpah. Minyak, Emas, Uranium, Hewan ternak serta pertanian menjadi komoditas utama. Walau berada dalam tekanan, namun sudan tetap berusaha menggandeng beberapa negara dan pihak swasta untuk berinvestasi dan melakukan perdagangan dengan sudan. diantaranya negara cina, rusia, perusahaan turki dan qatar. nilai tukar pon sudan hampir setara dolar amerika ketika itu.

Tahun 2011 Sudan selatan resmi memisahkan diri melalui jalur referendum. Kala itu lebih dari 50% pemasukan negara bersumber dari minyak. Sedangkan ladang minyak tersebut mayoritasnya berada di daerah selatan yang telah memisahkan diri. Dengan berpisahnya sudan selatan menjadi pukulan hebat bagi perekonomian sudan di masa depan.

Akibat pemboikotan ekonomi amerika, maka perekonomian di sudan dikuasai oleh taipan-taipan yang dekat dengan kekuasaan. Sehingga budaya korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi penyakit laten. bobroknya rezim, kegagalan dalam melakukan kebijakan ekonomi serta hilangnya ladang minyak mengantarkan sudan menuju jurang kemiskinan. Nilai tukar pon sudan pada tahun 2011 sebelum selatan berpisah adalah 3 pon sudan untuk satu dolar amerika. setahun setelahnya menjadi 5 pon sudan untuk satu dolar amerika. angka itu terus merosot tajam hingga pada pertengahan tahun 2018 satu dolar amerika bernilai 40 pon sudan. kini nilainya sudah menyentuh angka 60.

Faksi-Faksi Dalam Masa Transisi.

Setidaknya ada 3 faksi besar yang sedang berlaga dalam masa transisi di sudan.

Pertama adalah Anasir-anasir deep state yang telah lama bercokol dan menikmati hasil kekayaan bumi sudan. Ini dicerminkan dengan anasir-anasir militer dan anasir partainya basyir, NCP (National Congress Party). Krena mereka inilah yang selama ini mendapat akses untuk melakukan ekspansi bisnis dan mengeruk kekayaan sudan.

Kedua, ialah Gerakan Islam yang sejak awal mengawal agar syariat islam tegak di bumi sudan. Faksi ini terdiri dari ikhwanul muslimun, Salafi dan Sufi. Yang kemudian hizbul ummah partai besutan sodiqul mahdi pemimpin tarekat anshar ikut bergabung dalam gerbong ini.

Perlu dicatat bahwa omar basyir dan alm. hasan turobi telah resmi keluar dari gerakan ikhwanul muslimin. Dan ikhwanul muslimin sendiri memiliki partai dengan nama yang sama dan menyatakan menjadi oposisi pada rezim omar basyir pasca pemilu terakhir di tahun 2016.

Ketiga adalah Kalangan Liberal dan komunis. Faksi ini direpresentasikan oleh Partai Komunis sudan, Partai Republik dan SPA. SPA sendiri diduga kuat merupakan kepanjangan dari gerakan Rakyat Sudan selatan yang menjadi inisiator berpisahnya sudan selatan.

Baca Juga:  Apa Yang Sebenarnya Terjadi Di Perang Suriah?

Skenario Dalam Perebutan Kekuasaan.

SPA yang mewakili kelompok liberal dan komunis sedari awal bersikukuh agar merekalah yang menjadi suara penentu dalam peralihan kekuasaan di sudan. Dengan dalih bahwa suara mereka ini adalah suara rakyat dan demonstran yang menginginkan perubahan. Walau pada faktanya SPA tidak lain hanyalah memanfaatkan kemarahan rakyat atas rezim basyir untuk kemudian mengambil keuntungan pasca tumbangnya basyir. Isu yang dikembangkan adalah kemunduran sudan tidak lain karena ulah aktivis gerakan islam dan syariat islam. Maka diantara butir misi yang mereka perjuangkan adalah terpisahnya agama dalam kehidupan bernegara. Isu etnis arab dan afrika juga kerap mereka mainkan. Kelompok ini juga menggandeng milisi pemberontak (janjawed) yang pernah bertempur dengan rezim omar basyir selama puluhan tahun.

SPA mendapat dukungan dari uni eropa dan uni africa juga beberapa partai oposisi. Melalui tekanan-tekanan diplomatik, Pemerintahan Transisi Militer didesak agar segera menyerahkan kepemimpinan kepada sipil yang pada hal ini sipil diidentikan dengan SPA selaku aktor utama kudeta.

Pemerintahan militer sendiri disinyalir masih dalam kendali omar basyir dan deep state, namun dengan wajah baru. Mundurnya basyir dari tampuk kekuasaan dengan “menyerah” kepada para demonstran patut dicurigai. Apakah itu manuver atau ia dikhianati oleh orang dekatnya. Pemerintah militer sendiri mendapat dukungan dari saudi dan emirat. Ben salman dan ben zaid segera menyokong sudan dengan jutaan dolar amerika. hal itu sebagai imbalan atas keteguhan militer sudan untuk tetap ikut bertempur di yaman.

Saudi dan emirat tentunya memiliki kepentingan dengan bercokolnya militer dalam tampuk kekuasaan. Mereka nampaknya akan mengadopsi apa yg telah mereka kerjakan di mesir dengan naiknya assisi. Dengan militer berkuasa diharapkan tidak akan mengganggu kepentingan mereka dan tidak membangkitkan semangat arab spring jilid 2 ke negera kerajaan tersebut.

Adapun faksi gerakan islam akan berhadap-hadapan denga SPA yang akan mensukulerkan dan meliberalisasi sudan. Faksi ini akan melakukan aksi tandingan pada senin esok dengan jargon “Aksi Bela Syariat” yang bertujuan menjadi penyeimbang dari SPA. diantara tokoh yg terlibat adalah Prof Musthofa Idris (Mantan rektor Universitas Khartoum), syekh abdul hay yusuf (salah satu ulama dan tokoh salafi yang disegani), Kholifah Syekh Wad Badr dari unsur tarekat sufi dan sodiqul mahdi pemimpin hizbul ummah.

Faksi Gerakan islam ini bertujuan agar nilai islam yg telah membumi di negeri sudan tetap abadi dan tidak dihapuskan.

Maka, bisa disimpulkan bahwa pertempuran perebutan kekuasaan di sudan itu adalah di antara 3 faksi tersebut.

Oleh Habli Robbi Waliyya.
(Mahasiswa pasca sarjana universitas al-quranul karim madani sudan)

Bagikan Artikel:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *