Benih Konflik Di Bumi Papua

Benih Konflik Di Bumi Papua

Akar dari konflik Papua ini sederhana, yaitu: Barat (baca: Judeo-Christian) tidak ridhô tanah Papua Barat itu dikuasai oleh RI yang mayoritas Muslim. Titik.

Adapun berbagai alasan seperti: perbedaan ras lah, bukan wilayah Majapahit lah, dlsb, itu semua hanyalah artificial saja alias tidak penting.

Seharusnya, ketika Papua itu sah berintegrasi dengan RI di tahun 1969, maka ada 2 langkah penting yang wajib dilakukan, yaitu:

  • Islâmisasi Papua, dan.
  • Pemerataan pembangunan dengan bagi hasil bumi yang layak dan adil.

Jika dua hal itu dilakukan, maka saya yakin takkan ada konflik seperti sekarang ini terjadi.

Kenapa…?

Karena apa yang mau dikonflikkan? Jelas Islâm itu adalah agama yang ramah dan penuh kasih-sayang dalam persaudaraan. Sedangkan perut yang kenyang dan kehidupan yang layak, jelas tidak akan membuat manusia jadi beringas.

Tetapi tidak… itu tak terjadi…

Rezim OrBa pada 70an dan 80an itu dikuasai oleh klik “Jendral Merah” didikannya si Pendeta Jesuit, Josephus Beek. Jendral-jendral Merah itu haus darah dan sangat membenci Islâm. Sehingga kita tahu sendiri yang diberi kesempatan berkembang itu justru da‘wah dari agama Nashrônî. Lihat saja, mereka sampai punya maskapai penerbangan perintis yang jelas-jelas diberinamanya “Misionaris” di sana!

Padahal, Misionaris di sana tak pernah memanusiakan OAP (Orang Asli Papua) dengan sebenar-benarnya. Heran? Tak perlu! Memangnya Misionaris itu memanusiakan orang Indian di Amrik? Memangnya Misionaris itu memanusiakan orang Aborigine di Aussie? Atau suku-suku asli Afrika? Tidak!

Sejarah mencatat bahwa kerjaannya kaum Judeo-Christian di Amrik itu adalah membunuh-bunuhi orang Indian. Lalu setelah orang Indian lemah, mereka kurung orang Indian itu di “Indian Reservation”. Lalu dikasih minuman keras, di-encourage untuk hobby madat. Akhirnya kita lihat kini kaum Indian, ras pejuang yang pemberani itu, jadi lemah, retjehan dan terpinggirkan saja.

Baca Juga:  Fatwa Kongres Ulama Palestina Tahun 1935: Haram Menyerahkan Tanah Palestina Kepada Israel

Oya, dulu kaum Judeo-Christian itu membangun Amrik, tambang-tambangnya, perkebunan-perkebunannya, rel-rel kereta apinya, awalnya itu semua memakai tenaga budak dari Afrika. Iya, budak dari Afrika yang mana aslinya adalah orang-orang merdeka yang diculik secara zhôlim dari kampung-kampungnya, lalu dikirim dengan kapal yang kondisinya sangat memilukan sehingga banyak yang tewas di perjalanan, kemudian dijual di Amrik sebagai property.

Begitu juga di Aussie, teman saya menceritakan kakeknya yang hidup di awal Abad XX di Aussie kalau sehabis misa di hari Ahad siang, mereka biasa pergi “berburu”. Apa yang diburu? Aborigine! Iya, you read it clearly, Aborigine! Karena orang Aborigine itu tidaklah dianggap manusia oleh kaum Judeo-Christian itu. Baru pada tahun 1967 orang Aborigine itu “dimanusiakan” secara UU, yang mana sebelumnya mereka hanya termasuk “native wildlife” bersama dengan Kangguru, Wombat, dan Platypus.

Heran…?

Tak perlu heran! Sebab bukankah di dalam agama Yahûdi itu orang yang non-Yahûdi dianggap hanyalah “ghoyyim” (sub-human), sedangkan dalam agama Nashrônî orang yang non-Nashrônî malah dianggap “domba yang tersesat”. Begitulah doktrin agama Judeo-Christian itu.

Maka tak heran jika seorang da‘i pernah menceritakan bahwa OAP pedalaman itu tadinya baunya busuk sekali. Kenapa? Karena oleh Misionaris, OAP itu disuruh membaluri tubuh mereka dengan lemak babi. Iya, lemak babi! Karena katanya para Misionaris itu akan menjauhkan mereka dari penyakit. Gila kan…???

Sebagaimana juga yang terjadi di Amrik, di Papua kaum Judeo-Christian itu membuat OAP jadi suka mabuk-mabukan. Ditambah lagi mereka membangkitkan sentimen rasisme terhadap kaum pendatang yang secara level ekonomi memang lebih baik. Tak cukup sampai di situ, kaum Judeo-Christian juga memunculkan sentimen keagamaan sehingga kita saksikan di tahun 2015 terjadi pembakaran Masjid di Tolikara, dan di tahun 2016 ada surat edaran yang meminta penghentian pembangunan Masjid dan Musholla serta larangan memakai jilbab.

Baca Juga:  Meluruskan Persepsi Tentang Kejadian di Tanah Sam (Bagian 2)

Itulah benih yang ditebar oleh kaum Judeo-Christian, yang disemai oleh kuffâr lokal, dan disirami oleh para Zindiq. Benih yang kini telah tumbuh jadi pohon, dan berbuah buah yang sangat beracun dan mematikan!

Lalu solusinya apa…?

Apa yang bisa diharap dari rezim ToGog ini…???

Nothing…!!!

Rakyatnya tercekik asap KarHutLa, si ToGog malah santai ngevlog bareng cucunya. Rakyatnya dibantai, si ToGog santai sepedaan bareng bininya. Baginya cuma pencitraan yang penting, malah yang dipikirnya adalah urusan naik tahta sehingga minta upacara memahkotainya yang dipercepat walaupun ribuan orang pengungsi sedang terlunta-lunta di Bandara Wamena.

Adapun opsi mengirim pasukan tempur elite untuk menumpas OPM bagi si ToGog Raja Utang itu bukanlah opsi feasible, karena ia amat sangat takut akan “bad image” di mata Dunia Internasional.

Sebaliknya, opsi mengirimkan BANci SERem apalagi lebih tak mungkin lagi, sebab walaupun sudah latihan fisik dan tempur à la militer, yang namanya banci itu ya tetap saja banci.

Lalu bagaimana dong…?

Ya hanya dua, yaitu:

  • Biarkan konflik horizontal antar suku terjadi, atau
  • Biarkan ada “Laskar Jihâd 2.0”.

Dan bagi kita kaum Muslimîn, jangan pernah sekali-kali lupa akan peringatan dari Allôh Robbul-‘Âlamîn ﷻ, yaitu: Yahûdi dan Nashrônî (Judeo-Christian) itu selama-lamanya tidak akan pernah ridhô kepada kaum Muslimîn sampai kita mengikuti millah mereka.

That’s my one dollar (kalau two cents terlalu mengecilkan ya?).

نسأل الله السلامة والعافية

Bagikan Artikel:

==========================================

Yuks!, perbanyak amal jariyah dengan ikut berpartisipasi dalam upaya meningkatkan kualitas dakwah islamiyah bersama Pesantren Bina Insan Kamil, salurkan donasi terbaik Antum melalui rekening:

Bank Syariah Indonesia
7000 7555 00
a/n Bina Insan Kamil Pramuka

Kode Bank: 451

Konfirmasi Transfer:
https://wa.me/6282298441075 (Gita)

Ikuti juga konten lainnya di sosial media Pesantren Bina Insan Kamil:
Instagram: https://www.instagram.com/pesantrenbik
Fanspage: https://www.facebook.com/pesantrenbik
YouTube: https://www.youtube.com/c/PesantrenBIK

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *