Banjir Nabiyy Nūḥ

Banjir Nabiyy Nūḥ

Dahsyatnya hujan menyebabkan banjir kita dengar dari cerita dari saudara dan teman-teman di Sumatera. Bahwa hujan tak berhenti-berhenti berlangsung dari hari Senin yang bahkan sampai sekarang, dan kalaupun “berhenti” maka itu tetap dalam keadaan gerimis. Maka mau tak mau kita pasti akan terbayang betapa dahsyatnya banjir di masa sang Rosūl Pertama, Nabiyy Nūh عليه السلام.

Mungkin banyak dari kita yang mendengar bahwa hujan pada masa Nabiyy Nūh itu tak berhenti selama 40 hari (walau ini berdasarkan pada riwayat Isrō-īliyyat), namun ada yang sering terlewatkan, yaitu: bahwa air ketika itu tak hanya turun dari langit, akan tetapi juga memancur dari dalam bumi.

Kata Allōh ﷻ di dalam firman-Nya:

فَأَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡهِ أَنِ ٱصۡنَعِ ٱلۡفُلۡكَ بِأَعۡيُنِنَا وَوَحۡيِنَا فَإِذَا جَآءَ أَمۡرُنَا وَفَارَ ٱلتَّنُّورُۙ فَٱسۡلُكۡ فِيهَا مِن كُلٍّ زَوۡجَيۡنِ ٱثۡنَيۡنِ وَأَهۡلَكَ إِلَّا مَن سَبَقَ عَلَيۡهِ ٱلۡقَوۡلُ مِنۡهُمْۖ وَلَا تُخَٰطِبۡنِى فِى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ۖ إِنَّهُم مُّغۡرَقُونَ

(arti) “Lalu Kami wahyukan kepadanya: “Buatlah kapal di bawah pengawasan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami datang dan tannūr (sumur –pent) telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam (kapal) itu sepasang-sepasang dari setiap jenis, juga keluargamu, kecuali orang yang lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa àżāb) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan-Ku tentang orang-orang yang ẓōlim, sungguh-sungguh mereka itu akan ditenggelamkan!”” — QS. al-Mu’minūn (23) ayat 27

Perhatikan bahwa air itu Allōh ﷻ datangkan dari 2 arah, dari langit dan dari bumi.

Perbandingannya…?

Kata Allōh ﷻ tentang air dari dalam bumi:

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَمۡرُنَا وَفَارَ ٱلتَّنُّورُ …

(arti) “Hingga apabila perintah Kami datang, dan tannūr (sumur –pent) telah meluapkan air …” — QS. Hūd (11) ayat 40

Juga firman-Nya:

Baca Juga:  Meluruskan Persepsi Tentang Kejadian di Tanah Sam (Bagian 2)

وَفَجَّرۡنَا ٱلۡأَرۡضَ عُيُونًا فَٱلۡتَقَى ٱلۡمَآءُ عَلَىٰٓ أَمۡرٍ قَدۡ قُدِرَ

(arti) “Dan Kami jadikan bumi menyemburkan mata-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga (meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan.” — QS. al-Qomar (54) ayat 12

Sementara tentang hujan di masa Nabiyy Nūh itu hanya disebutkan secara eksplisit di dalam 1 ayat saja, yaitu firman-Nya:

فَفَتَحۡنَآ أَبۡوَٰبَ ٱلسَّمَآءِ بِمَآءٍ مُّنۡهَمِرٍ

(arti) “Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.” — QS. al-Qomar (54) ayat 11

Jadi 2 berbanding 1, lebih banyak air dari dalam bumi dibanding air hujan…!

Pasti terpikir, “Kok bisa air dari dalam bumi lebih banyak dari hujan?”

Well…

Jadi pada tahun 2014, 3 orang ìlmuwan peneliti Geologi, yaitu: Graham Pearson (Universitas Alberta), Steve Jacobsen (Universitas Northwestern), dan Brandon Schmandt (Universitas New Mexico), menemukan kandungan air yang sangat banyak di dalam Mantel Bumi.

Para ìlmuwan itu menemukan:

  1. Mineral yang bernama “Ringwoodite” yang mengandung air sekitar 1,5% dari beratnya yang merupakan bukti nyata bahwa zona transisi di Mantel Bumi (kedalaman 410-660kM) mengandung air.
  2. Adanya kantong magma di kedalaman ≈ 640kM yang merupakan tanda adanya air yang terperangkap dalam batuan panas di mana itu adalah bukti adanya “samudra raksasa” di Mantel Bumi yang terperangkap secara global.

Perlu diingat bahwa “samudra raksasa” itu bukanlah seperti lautan cair yang kita kenal, karena air di kedalaman tersebut tidak berbentuk cairan seperti danau atau sungai bawah tanah (seperti di film Journey to the Center of the Earth). Air tersebut terperangkap di dalam struktur kristal mineral batu (Ringwoodite) – kira-kira mirip seperti air yang terserap dalam spons namun spons-nya itu sangat-sangat keras.

Baca Juga:  Kenangan Terhadap Palestina, Syaikhul Mujahidin Dr Abdullah Azzam - Taqabbalahullah Minas Syuhada

Adapun yang membuat kita merinding adalah para ìlmuwan memperkirakan jumlah air yang terperangkap di Mantel Bumi itu mencapai 3x lipat volume seluruh samudra di permukaan bumi…!

Sebagai perbandingan, apabila seluruh es yang menutupi daerah Kutub Utara dan Kutub Selatan mencair kemudian seluruh awan yang ada turun sebagai hujan, maka permukaan laut akan naik setinggi ≈ 66 s/d 70 Meter.

Sedangkan kalau seluruh air yang ada di dalam Mantel Bumi itu yang keluar… maka tak terbayangkan kengeriannya.

Jadi banjir bandang yang terjadi semasa Nabiyy Nūh itu benar-benar sama sekali bukan “legenda”, akan tetapi sangat riil… tentu prosesnya bagaimana secara ìlmiyyah kita belum tahu. Sungguh Allōh ﷻ itu Maha Kuasa atas segala sesuatunya.

Kita berdoa:

ٱللَّهُمَّ احْفَظْنَا وَادْفَعْ عَنَّا ٱلْبَلَاءَ وَٱلْوَبَاءَ وَٱلزَّلَازِلَ وَٱلْمِحَنَ وَسَائِرَ ٱلْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ

(arti) “Wahai Allōh, lindungilah dan jauhkan kami dari balā’, wabah, gempa, cobaan, dan segala fitnah yang tampak maupun yang tersembunyi.”

Ayo mari kita bantu saudara-saudari kita di Atjeh, SumUt, dan SumBar yang sedang kesusahan akibat bencana banjir & tanah longsor.

M. Arsyad Syahrial SE, MF
Pengamat Ekonomi dan Pergerakan Islam
Alumni RMIT University, Melbourne, Australia

Bagikan Artikel:

==========================================

Yuks!, perbanyak amal jariyah dengan ikut berpartisipasi dalam upaya meningkatkan kualitas dakwah islamiyah bersama Pesantren Bina Insan Kamil, salurkan donasi terbaik Antum melalui rekening:

Bank Syariah Indonesia
7000 7555 00
a/n Bina Insan Kamil Pramuka

Kode Bank: 451

Konfirmasi Transfer:
https://wa.me/6282298441075 (Gita)

Ikuti juga konten lainnya di sosial media Pesantren Bina Insan Kamil:
Instagram: https://www.instagram.com/pesantrenbik
Fanspage: https://www.facebook.com/pesantrenbik
YouTube: https://www.youtube.com/c/PesantrenBIK

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *