Kok bisa? Iya ini adalah hasil tadabbur dari hadits Nabi saw:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh jalan yang di dalamnya dia menuntut ilmu maka Allah akan mempermudah jalan baginya ke surga.” — HR. Muslim dari Abu Hurairah, dan riwayat senada dari Abu Bakrah dalam Shahih Al-Bukhari
Lalu bandingkan dengan hadits lain dari Anas bin Malik RA, Rasulullah saw bersabda,
قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ
“Ikatlah ilmu itu dengan buku.”
Hadits ini dishahihkan oleh Syekh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah, no. 2026 di sana beliau menyebutkan semua jalur penguatnya, tapi yang pasti shahih adalah versi riwayat muquf atau hanya perkataan Anas bin Malik. Wallahu a’lam.
Kata buku atau kitab dalam hadits ini, bisa berarti buku yang siap dibaca, atau kalau dalam dunia pendidikan adalah buku panduan ajar, bisa pula berarti mencatat Pelajaran yang diberikan guru di kelas atau majlis.
Kata menempuh jalan yang di dalamnya dia menuntut ilmu bermakna luas. Dia mencakup kegiatan apapun yang dengan itu kita bisa menuntut ilmu. Baik berjalan dalam arti sebenarnya, menempuh perjalanan ke sekolah, apalagi dengan berbagai rintangan yang ada, juga jalan maknawi seperti berusaha mendapatkan fasilitas belajar. Fasilitas belajar itu salah satunya dan termasuk yang paling penting adalah buku.
Hampir bisa dipastikan semua kita yang belajar baik yang formal maupun yang tidak, mendapatkan ilmu dari buku. Keterangan guru adalah kunci untuk membuka pemahaman dari apa yang kita baca dari buku Pelajaran. Selanjutnya pengembangan dan pengayaan materi harus didapatkan dari membaca, tidak mungkin setiap saat hanya mendengar dan bertanya kepada guru.
Maka dari itulah buku merupakan elemen paling penting dalam menuntut ilmu dan bisa dipastikan tidak ada orang yang bisa pintar tanpa membaca. Maka dengan ini, dapat disimpulkan bahwa membeli buku dengan tujuan membacanya supaya memperoleh ilmu terutama ilmu agama termasuk ke dalam hadits menempuh jalan untuk menuntut ilmu yang akan dipermudah jalannya ke surga.
Mengeluarkan uang untuk membeli buku termasuk infaq fii sabilillah yang tentunya akan diganti oleh Allah baik di dunia maupun di akhirat sesuai dengan kebijakan Allah tentang bentuk penggantiannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗ ۚوَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ
“Suatu apa pun yang kamu infakkan pasti Dia akan menggantinya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki.” — QS. Saba`:39
Herannya banyak orang rela mengeluarkan dana besar untuk membeli barang yang hanya bersifat hiasan atau sekedar memenuhi hoby, tapi merasa berat dan mahal bila harus membeli buku. Di sinilah seorang mukmin harus bisa mengalahkan hawa nafsu dan mendahulukan tindakan sesuai ilmu dan dalil agama, agar uang uang dia keluarkan tidak sia-sia malah bermanfaat untuk kehidupan dunia dan pastinya menghasilkan pahala di akhirat.
Jadi, jangan merasa rugi karena telah mengeluarkan uang untuk membeli buku, karena dia juga akan bersaksi di akhirat sebagai bentuk belanja di jalan Allah. Maka niatkan mencari Ridha Allah dengan menuntut ilmu dan mengamalkan hadits di atas ketika membeli buku.
Ustadz Anshari Taslim, Lc.
Mudir Pesantren Bina Insan Kamil – DK Jakarta