Konsep Tauhid Ibnu Taimiyah dan Pengaruhnya di Indonesia

Konsep Tauhid Ibnu Taimiyah dan Pengaruhnya di Indonesia

Judul Buku: Konsep Tauhid Ibnu Taimiyah dan Pengaruhnya di Indonesia
Penulis: Prof. Dr. KH. Amal Fathullah Zarkasyi, MA.
Penerbit: Darussalma University Press

Buku ini ditulis oleh KH Amal Fathullah yang sekarang menjadi pimpinan pondok modern Darus Salam Gontor Ponorogo. Buku setebal 328 halaman dan diterbitkan di pondok Gontor sendiri yaitu penerbit Darus Salam University Press tahun 2010 M.

Berisi 4 bab isi dan diakhir bab penutup. Pada setiap bab selalu diakhir pasal Analisa kritis yang menjadi kekhasan buku ini untuk menilai paparan sebelumnya pada diri Ibnu Taimiyah baik pribadi, data historis maupun konsep.

Pada bagian pertama dipaparkan biografi Ibnu Taimiyah dan bagaimana peran serta perjuangannya menyebarkan konsep akidah salafiyyah. Disertai pula berbagai kontroversi dan penentangan yang dihadapi. Penulis juga membahas beberapa tuduhan kepada Ibnu Taimiyah antara lain masalah tajsim dan juga tuduhan persaksian Ibnu Bathuhah yang kemudian dimentahkan oleh Syekh Bahjah Al-Baithar.

Pada bab kedua dibahas metode dan sumber Ibnu Taimiyah dalam menetapkan akidah. Ada 5 dasar metode Ibnu Taimiyah dalam hal ini menurut penulis yaitu:

  1. Berpegang teguh kepada nash agama
  2. Bersandar kepada akal sesuai kemampuannya
  3. Menolak takwil kalami yang dianggap mengarah kepada ta’thil shifat
  4. Mendahulukan dalil naqli daripada dalil ‘aql
  5. Metode fitrah untuk menetapkan adanya pencipta dan keesaan-Nya.

Analisa kritis penulis membenarkan semua metode ini dan menyetujuinya sebagai metode kembali kepada akidah salaf yang cirinya adalah berpegang pada nash dan menegasikan pertentangannya dengan akal sehat.

Prof. Dr. KH. Amal Fathullah Zarkasyi, MA.

Pada bab kedua merupakan bahasan inti menganalisa pemikiran dan konsep tauhid Ibnu Taimiyah yang memperkenalkan kembali trilogy tauhid yaitu tauhid uluhiyyah, rububiyyah dan asma` was shifaat. Diskursus kritis yang sering dibahas pada biografi Ibnu Taimiyah juga dibahas di sini, terutama pada permasalah shifat Allah yang berhubungan dengan perseteruan Ibnu Taimiyah dan kalangan Asya’irah.

Baca Juga:  Jalan Cinta Para Pejuang

Selanjutnya dibahas pula bagaimana konsep dan usaha Ibnu Taimiyah memerangi bid’ah dalam akidah. Salah satu yang disoroti adalah kritik Ibnu Taimiyah terhadap tashawwuf yang menyimpang terutama aliran hulul dan ittihad dan tokohnya Al-Hallaj dan Ibnu ‘Arabi.

Pada bagian Analisa kritis penulis sepakat dengan hamper semua metode Ibnu Taimiyah tapi menuliskan sedikit kritik terhadap kurang obyektifnya penilaian terhadap Al-Hallaj yang dianggap memang di beberapa tempat di bukunya mengatakan wihdatul wujud tapi di tempat lain seakan menegasikan itu. Menurut penulis Ibnu Taimiyah hanya menyoroti yang menetapkan saja tanpa memperhatikan yang menafikan. Makanya pembelaan At-Taftazani misalnya disebutkan bahwa ungkapan Ibnu Arabi itu adalah majaz hiperbolik semata.

Penulis juga menganalisa masalah tawassul kepada orang mati di mana Ibnu Taimiyah tidak membolehkan itu. Penulis mengungkapkan pandangan ulama yang kontra dan meski tidak tegas tapi sepertinya penulis cenderung pada pendapat yang membolehkan.

Pada bab keempat adalah bagaimana pengaruh dan masuknya pemikiran Ibnu Taimiyah secara khusus dan salafiyyah secara umum ke Indonesia. Penulis menyatakan bahwa Gerakan salafiyyah pertama kali masuk ke nusantara adalah ke kerajaan Mataram Jawa dibawa orang Arab pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab ke keraton Yogyakarta. Dilanjutkan dengan munculnya tiga orang haji dari Sumatera Barat yang kemudian membentuk gerakan padri.

Sebelumnya penulis juga membagi aliran salafiyyah yang masuk ke nusantara dengan aliran wahhabiyyah dari Arab Saudi dan aliran Mesir yang dipelopori oleh gerakan Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh yang dibawa ke Singapura oleh Haji Thahir Jalaluddin, lalu ada Syekh Jamil Jambek dan Syekh Abdullah Ahmad di Padang Panjang dan Buya Abdul Karim Amrullah (ayah Buya Hamka). Kedua aliran ini membawa nafas akidah yang sama tapi beda dalam metode penyebaran.

Baca Juga:  Islam Liberal 101

Terakhir dipaparkan organisasi dan Lembaga yang terpengaruh konsepsi tajdid maupun akidah Ibnu Taimiyah dan di situ disebutkan, Al-Irsyad, Muhammadiyyah, PERSIS dan pondok modern Gontor sendiri.

Sebagai pimpinan pondok Gontor tentunya keterangan penulis adalah rujukan utama dan sumber primer untuk membuktikan masuknya pengaruh Ibnu Taimiyah ke dalam pondok pesantren yang terbukti dengan beberapa buku bahan kurikulum yang merujuk kepada buku-buku Ibnu Taimiyah.

Ustadz Anshari Taslim, Lc.
Pimpinan Pesantren Bina Insan Kamil Jakarta.

11 September 2022.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *