Adalah Curt Paul Richter -seorang Psychobiologist dari Amrik keturunan dari imigran Jerman- yang pertama kali meneliti korelasi antara perjuangan dan harapan. Richter yang awalnya kuliah di Technische Hochschule (Jerman) namun karena keluarganya pindah ke Amrik setelah pecahnya Perang Dunia I, mencoba melanjutkan di Harvard di mana ia belajar Biologi di bawah William E Castle, namun karena kekurangpengalamannya Castle lantas menyarankan Richter pindah ke bidang Psikologi di bawah EB Holt dan Robert Yerkes. Richter lulus dari Harvard pada tahun 1917 dan melanjutkan studi Psikologinya di Johns Hopkins University di bawah John Watson.
Pada tahun 1950-an, Richter melakukan eksperimen yang mungkin terlihat sangat kejam dengan tikus jinak dan tikus liar. Richter mengambil selusin tikus jinak, memasukkannya ke dalam toples yang diisi air setengah penuh, dan mengamati tikus-tikus itu tenggelam. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa lama mereka berenang sebelum menyerah lalu tenggelam. Tikus pertama, catat Richter, berenang dengan penuh semangat di permukaan hanya dalam waktu singkat, lalu menyelam ke dasar, dan mulai berenang di sepanjang dinding kaca. Dua menit kemudian, ia mati. 2 tikus lainnya dari dua belas itu mati dengan cara yang hampir sama. Namun, yang menarik, 9 tikus yang tersisa tidak menyerah secepat itu, mereka berenang selama beberapa belas menit sebelum akhirnya menyerah dan mati.
Kemudian datang giliran tikus liar, yang terkenal dengan kemampuan berenangnya. Tikus-tikus yang digunakan Richter ini baru saja ditangkap dan sangat buas serta agresif. Satu per satu, ia menjatuhkan mereka ke dalam air, dan satu per satu, mereka mengejutkannya: dalam hitungan menit setelah dimasukkan ke air, semua tikus mati.
“Apa yang membunuh tikus-tikus ini?”, tanya Richter. “Mengapa semua tikus liar yang buas dan agresif mati seketika ketika dicelupkan, sementara hanya sebagian kecil dari tikus jinak yang mengalami hal serupa?”
Jawabannya hanya dalam satu kata: HARAPAN.
“Situasi yang dialami tikus-tikus ini tampaknya bukanlah situasi yang menuntut perlawanan atau pelarian — melainkan situasi tanpa harapan.”, tulis Richter.
“Tikus-tikus itu berada dalam keadaan yang tak dapat mereka lawan … mereka tampaknya benar-benar menyerah.”
Richter lalu mengubah eksperimennya, ia mengambil tikus-tikus lain yang serupa dan memasukkannya ke dalam toples. Namun kali ini tepat sebelum mereka diperkirakan akan mati tenggelam, ia mengangkat mereka, memegangnya sebentar, lalu memasukkannya kembali ke dalam air.
“Dengan cara ini…” tulis Richter “tikus-tikus itu dengan cepat belajar bahwa situasinya ternyata tidaklah benar-benar tanpa harapan.”
Intervensi kecil ini membawa dampak besar. Tikus-tikus yang mengalami jeda singkat “penyelamatan” ini berenang jauh lebih lama dan bertahan jauh lebih lama (bahkan sampai 60 jam hingga 80 jam) dibandingkan dengan tikus-tikus yang dibiarkan begitu saja.
Mereka juga pulih hampir seketika. Ketika tikus-tikus itu menyadari bahwa mereka tak sepenuhnya binasa, bahwa situasinya belumlah benar-benar hilang harapan, bahwa mungkin akan ada tangan yang akan menolong — singkatnya, ketika mereka memiliki alasan untuk terus berenang — mereka benar-benar terus berenang. Tikus-tikus itu tak menyerah, dan tak membiarkan diri mereka tenggelam.
Tentu saja, ada sangat banyak perbedaan antara manusia dengan tikus, akan tetapi ada satu kesamaan mencolok, yaitu: “Semua butuh alasan untuk terus BERJUANG, dan alasan itu adalah HARAPAN”.
📌 Mungkin itulah yang dimaksud pada firman Allōh ﷻ:
أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلِكُمۖ مَّسَّتۡهُمُ ٱلۡبَأۡسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّـهِۗ أَلَآ إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّـهِ قَرِيبٌ
“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Syurga padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rosūl dan orang-orang yang berīmān yang membersamainya berkata: “Kapankah datang pertolongan Allōh?”. Ingatlah, sungguh-sungguh pertolongan Allōh itu dekat.” QS. Al-Baqoroh:214
Pertolongan Allōh ﷻ itu adalah harapan yang pasti, namun ia bukan hanya dalam bentuk menang pertempuran, atau menang peperangan, akan tetapi pertolongan Allōh ﷻ itu lebih besar dari semuanya itu karena orang-orang yang berjuang di jalan Allōh ﷻ itu mulia di Dunia dan mulia di Āḳirot.
Semua pejuang kemerdekaan itu ketika melawan penjajah negerinya sebenarnya kalah secara persenjataan, kalah secara keuangan, sedangkan yang mereka punya hanyalah satu, yaitu HARAPAN KEMERDEKAAN negerinya dan itu adalah TIDAK BISA dikalahkan.
Lihatlah sejarah bagaimana George Washington memimpin rakyat Amrik berperang melawan Kolonialisme Inggris, dan mereka punya semboyan: “Give me liberty, or give me death!” – Patrick Henry (23 March 23 1775).
Lihatlah sejarah bagaimana Soekarno – Hatta memimpin bangsa Indonesia berperang melawan Kolonialisme Belanda, dan kakek-kakek kita dulu punya semboyan:
“Merdeka atau Mati!” – Bung Tomo (10 November 1945)
Lihatlah sejarah bagaimana Hồ Chí Minh memimpin bangsa Vietnam berperang melawan Kolonialis Prancis lalu Amrik, dan mereka punya semboyan “Không có gì quý hơn độc lập, tự do!” (tiada yang lebih berharga daripada kemerdekaan dan kebebasan) – Hồ Chí Minh (2 September 1945)
Maka demikian pula Mujāhiddīn ḤAMAS, mereka punya semboyan:
“اللـه غايتنا ، والرسول قدوتنا ، والقرآن دستورنا ، والجهاد سبيلنا ، والموت في سبيل اللـه أسمى أمانينا”
“Allōh tujuan kami, Rosūl adalah teladan kami, al-Qur-ān adalah Konstitusi kami, jihād adalah jalan kami, dan mati di jalan Allōh adalah cita-cita tertinggi kami.”
Semboyan yang hanya bisa dipahami oleh hati-hati yang berīmān dengan keīmānan yang benar yang melihat tujuan dan harapan perjuangan adalah Allōh ﷻ dan Hari Āḳirot.
BUKAN hati-hati yang tertutupi dari hidayah karena nifaq dan ṡubhāt àqīdah sesat Neo Murji-ah yang melihat hanya semata keduniawian belaka.
M. Arsyad Syahrial SE, MF
Pengamat Ekonomi dan Pergerakan Islam
Alumni RMIT University, Melbourne, Australia