Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah bicara tentang metode muwazanah dalam menimbang apa yang harus dilakukan seorang muslim ketika menghadapi dua atau beberapa pilihan.
Ini berdasarkan kaidah fiqih yang sudah sangat terkenal yaitu kaidah maslahat mudharat.
Di sini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menegaskan,
فَعَلَيْك بالموازنة فِي هَذِه الاحوال والاعمال الْبَاطِنَة وَالظَّاهِرَة حَتَّى يظْهر لَك التَّمَاثُل والتفاضل وتناسب احوال اهل الاحوال الْبَاطِنَة لِذَوي الاعمال الظَّاهِرَة لَا يسما فِي هَذِه الازمان الْمُتَأَخِّرَة الَّتِي غلب فِيهَا خلط الاعمال الصَّالِحَة بِالسَّيِّئَةِ فِي جَمِيع الاصناف لنرجح عِنْد الازدحام والتمانع خير الخيرين وندفع عِنْد الِاجْتِمَاع شَرّ الشرين
“Maka hendaklah anda melakukan muwazanah (menimbang baik dan buruk) dalam keadaan zahir dan batin seperti ini. Apalagi di masa sekarang yang sering kali tercampur amal baik dan amal buruk dalam tiap perkara.”
Maka pada saat tercampurnya dua hal yg berlawanan kita harus memilih mana yang lebih baik diantara dua yang baik, atau yang kurang buruknya di antara dua yang buruk.”
Selanjutnya beliau bicara tentang pemimpin,
ونقدم عِنْد التلازم تلازم الْحَسَنَات والسيئات مَا ترجح مِنْهَا فَإِن غَالب رُؤُوس الْمُتَأَخِّرين وغالب الامة من الْمُلُوك والامراء والمتكلمين وَالْعُلَمَاء والعباد واهل الاموال يَقع غَالِبا فيهم لِك
واما الماشون على طَريقَة الْخُلَفَاء الرَّاشِدين فليسوا اكثر الْأمة وَلَكِن على هَؤُلَاءِ الماشين على طَريقَة الْخُلَفَاء ان يعاملوا النَّاس بِمَا امْر الله بِهِ وَرَسُوله من الْعدْل بَينهم واعطاء كل ذِي حق حَقه واقامة الْحُدُود بِحَسب الامكان اذ الْوَاجِب هُوَ الامر بِالْمَعْرُوفِ وَفعله وَالنَّهْي عَن الْمُنكر وَتَركه بِحَسب الامكان فَإِذا عجز اتِّبَاع الْخُلَفَاء الرَّاشِدين عَن ذَلِك قدمُوا خير الخيرين حصولا وَشر الشرين دفعا وَالْحَمْد لله رب الْعَالمين
“Pada saat harus menuntut konsekuensi maka pertimbangan konsekuensi baik dan buruklah yang harus dilakukan. Sebab, kebanyakan para pemimpin, ummat, ulama, umara, tokoh, orang-orang kaya akan mengalami hal tersebut.”
Mereka yang menempuh jalannya para khalifah rasyidin tidaklah banyak jumlahnya. Tapi mereka hendaknya memperlakukan manusia dgn adil sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya. Memenuhi hak setiap orang, menegakkan hukum had, menegakkan amar makruf dan nahi munkar sebisa mungkin.
Kalau tidak ada yang bisa seperti khulafa` rasyidun maka hendaknya mereka menggunakan pertimbangan menghasilkan yang terbaik di antara dua pilihan baik, atau menolak yang terburuk di antara dua pilihan buruk.”
Kitab Al-Istiqamah jilid 2 hal. 167-168.