“Jadi sewaktu saya masih di dalam kandungan mamak saya divonis keguguran. Janin yang dikandungnya tidak berkembang dan telah mati. Lantas mamak saya datang ke seorang habib dan meminta doa. Habib pun memberikan nasihat dan menyuruh mamak saya untuk membaca ayat tertentu yang kemudian ditulisnya. Ternyata ayat tersebut adalah 2 ayat dalam surat maryam”.
(إِذۡ قَالَتِ ٱمۡرَأَتُ عِمۡرَ ٰنَ رَبِّ إِنِّی نَذَرۡتُ لَكَ مَا فِی بَطۡنِی مُحَرَّرࣰا فَتَقَبَّلۡ مِنِّیۤۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡعَلِیمُ)
(فَلَمَّا وَضَعَتۡهَا قَالَتۡ رَبِّ إِنِّی وَضَعۡتُهَاۤ أُنثَىٰ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا وَضَعَتۡ وَلَیۡسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلۡأُنثَىٰۖ وَإِنِّی سَمَّیۡتُهَا مَرۡیَمَ وَإِنِّیۤ أُعِیذُهَا بِكَ وَذُرِّیَّتَهَا مِنَ ٱلشَّیۡطَـٰنِ ٱلرَّجِیمِ)
(Ingatlah), ketika istri Imran berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
Maka ketika melahirkannya, dia berkata, “Ya Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal Allah lebih tahu apa yang dia lahirkan, dan laki-laki tidak sama dengan perempuan. ”Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk.”
[Surat Ali ‘Imran 35-36]
“kedua ayat ini pun mamak saya baca setiap harinya. Dibacanya sembari memahami arti dan berharap kepada Allah SWT. Hingga lahirlah bayi yang divonis telah mati dalam kandungan tersebut”.
Kurang lebih begitulah penjelasan yang disampaikan oleh Ustadz Abdus Somad ketika ditanya oleh salah seorang penanya terkait dengan kesitiqomahan beliau dalam berdakwah. Ketika itu beliau sedang mengisi dalam sebuah acara “Satu Jam Bersama UAS” di sekertariat PIP PKS Sudan.
“Ternyata setelah saya cari dalam buku-buku tafsir arti kata “محررا” sebagaimana Penggalan kata dalam 2 ayat yang selalu mamak saya baca ketika mengandung ialah bermakna Menjadi pelayan Masjidil Aqso. Itulah yang menjadi motivasi terbesar saya dalam mengemban tugas menjadi juru dakwah ini. Sebagaimana siti maryam yang juga menjadi pelayan setia masjidil aqso krena ibunya yang bernama hannah bernazar ketika mengandungnya”.
“Saya ini sudah mati dalam kandungan. Namun Allah beri saya kehidupan. Tidak lain tidak bukan agar supaya saya ini jadi seorang pelayan-NYA”. tutup UAS.
Oleh : Habli Robbi Waliyya