Menelaah kisah perjalanan da‘wah Nabiyullôh Mûsâ عليه الصلاة و السلام dan Hârûn عليه السلام terhadap Fir‘aun, maka akan kita temukan banyak sekali faidah tentang interaksi antara orang-orang yang berjalan di atas kebenaran berhadapan dengan para pendukung dari rezim penguasa yang zhôlim yang berjalan di atas kebâthilan.
Dari faidah kisah Nabî Mûsâ, maka akan kita dapatkan bahwa ada 4 kelompok manusia yang menjadi pendukung utama (sokoguru) dari rezim yang zhôlim, yaitu:
- Hâmân – yang merupakan representasi dari menteri (teknokrat), yaitu orang pintar / kuat yang jadi pendamping / backing rezim.
- Tukang sihir – yang merupakan representasi preman bayaran rezim yang melancarkan tipu daya untuk menerror manusia.
- Qôrûn – yang merupakan representasi para Taipan yang menjadi penyandang dana rezim.
- Bal‘am ibn Bâ‘urô’ – yang merupakan representasi dari ‘ulamâ’ sû’ (jahat lagi khianat).
L’histoire se repete, sejarah itu berulang, itu sudah Sunnatullôh.
Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan semua kisah para rosûl Kami ceritakan kepadamu, adalah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang berîmân” [QS Hûd (11) ayat 120]
Di dalam ayat suci yang lain, kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sungguh-sungguh pada kisah-kisah mereka (para nabî dan ummat mereka) itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat.” [QS Yûsuf (12) ayat 111].
Jadi penting bagi kita, Ummat Islâm, untuk mempelajari dan mengenali shifat dari keempat jenis manusia, karena mereka itu akan terus ada sepanjang masa untuk menjadi pendukung (sokoguru backing) dari “Rezim Fir‘aun”.
Kata Kholîfah ‘Alî ibn Abû Thôlib رضي الله عنه sebagaimana dinukil oleh Imâm al-Ghozali dalam Ihyâ’ ‘Ulûmuddîn:
لَا تَعْرِف الْحَقَّ بِالرِّجَالِ ، اعْرِفْ الْحَقَّ ، تَعْرِفْ أَهْلَهُ
“Janganlah mengenali kebenaran berdasarkan nama individu-individu. Akan tetapi kenalilah kebenaran itu sendiri, otomatis kamu akan mengenali siapa yang ada di pihak yang benar.”
Semoga dengan mengenali kebâthilan kita diberi oleh الله hidayah untuk menjauhi dan memerangi, sehingga kita termasuk dari orang yang beruntung.
Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا
“Dan siapa saja yang mena’ati Allôh dan Rosûl-Nya, maka mereka itu akan (dikumpulkan) bersama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allôh, yaitu: para nabî, para shiddîqîn, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shôlih, dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” [QS an-Nisâ’ (4) ayat 69]
Mari kita telaah satu per satu sokoguru dari Rezim Fir‘aun tersebut…
Sokoguru ke-1 | Hâmân
Nama Hâmân ini disebutkan sebanyak 6x di dalam al-Qur-ân.
Siapakah Hâmân…?
Hâmân adalah seorang menteri utama (grand vizier) dalam rezimnya Fir‘aun, sekalgus juga jendral dari pasukannya Fir‘aun, dan juga pendeta tinggi dalam agamanya Fir‘aun. Singkatnya, Hâmân adalah “tangan kanan” dari Fir‘aun. Kalau di Zaman Now, Hâmân ini direpresentasikan oleh para teknokrat (orang pintar / orang kuat di sisi sang diktator) yang jadi menteri, team staff ahli / penasihat, dan petinggi pasukan centengnya. Intinya, mereka adalah “yes can do man” bagi para diktator.
Perhatikan…
Ketika Fir‘aun penasaran dengan siapa Robb-nya Mûsâ dan Hârûn yang dida‘wahkan sebagai Maha Tinggi yang ada di Langit, maka Fir‘aun bukannya datang kepada Mûsâ mencari keterangan, tetapi ia malah menantang dan menyombongkan dirinya dengan memerintahkan Hâmân untuk membangunkan menara yang tinggi baginya agar ia bisa melihat Robb-nya Mûsâ dan Hârûn itu.
Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengisahkan:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا هَامَانُ ابْنِ لِي صَرْحًا لَّعَلِّي أَبْلُغُ الْأَسْبَابَ ۞ أَسْبَابَ السَّمَاوَاتِ فَأَطَّلِعَ إِلَىٰ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ كَاذِبًا ۚ وَكَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ ۚ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِي تَبَابٍ
“Dan Fir‘aun berkata: “Wahai Hâmân, bangunkanlah untukku sebuah menara yang tinggi hingga aku bisa sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu Langit, hingga aku dapat melihat tuhan yang disembah oleh Mûsâ, dan sungguh aku memandangnya sebagai seorang pendusta!”. Demikianlah dijadikan Fir‘aun memandang baik perbuatannya yang buruk itu, dan ia dihalangi dari jalan (yang benar), sedangkan tipu-daya Fir‘aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian!” [QS Ghofir / al-Mu’min (40) ayat 36-37].
Fir‘aun itu kâfir terhadap Nabî Mûsâ عليه الصلاة و السلام dan risalah yang dibawanya, bahkan menyombongkan dirinya sebagai satu-satunya tuhan bagi menteri-menterinya sendiri. Fir‘aun bersikeras minta dibangunkan menara yang tinggi agar ia bisa melihat Robb-nya Mûsâ dan Hârûn. Bahkan Fir‘aun dengan sinisnya menuduh Nabî Mûsâ dan Hârûn عليهما السلام termasuk dari para pendusta.
Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengisahkan:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَل لِّي صَرْحًا لَّعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَىٰ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
“Dan Fir‘aun berkata: “Wahai pembesar kaumku, aku tak mengetahui adanya tuhan bagi kalian selain dari diriku. Maka dari itu wahai Hâmân, bakarlah untukku tanah liat, kemudian bangunkanlah untukku menara yang tinggi supaya aku dapat naik melihat tuhannya Mûsâ, dan sungguh aku benar-benar yakin bahwa ia (Mûsâ) termasuk dari para pendusta!”” [QS al-Qoshosh (28) ayat 38].
Fir‘aun itu karena kebodohannya berpikir bahwa ia akan mampu melihat Robbul ‘Âlamîn yang Maha Tinggi di Langit apabila ia melakukannya dari puncak menara yang tinggi. Maka ia memerintahkan Hâmân, yang seharusnya adalah seseorang yang cerdas, menguasai ‘ilmu engineering, untuk membangunkan megaproyek menara yang tinggi baginya.
Namun ternyata kepiawaian Hâmân menguasai ‘ilmu engineering atau ‘ilmu-‘ilmu duniawi lainnya, tidak digunakan di tempat yang benar. Hâmân malah memperturutkan hawa nafsu Fir‘aun membangun mega proyek menara tinggi yang sebenarnya adalah suatu kesia-siaan yang nyata dan sangat merugikan…!
Dari ayat suci ini juga kita ketahui bahwa ternyata bangunan-bangunan di Mesir kuno di zaman Fir‘aun-nya Nabî Mûsâ itu bukanlah terbuat dari batu-batu yang dipotong dari gunung / bukit seperti dipersangkakan oleh orang-orang Barat, akan tetapi dari tanah liat yang dibakar (sejenis bata).
Adapun pada Zaman Now, kita pun melihat para “Fir‘aun Wanna Be” yang megalomaniac-nya sangat mirip dengan Fir‘aun di zamannya Nabiyullôh Mûsâ عليه الصلاة و السلام, di mana persamaan Fir‘aun dengan para penguasa yang zhôlim diktator di Zaman Now adalah:
Sama-sama ingkar terhadap Kitâbullôh (al-haq),
Sama-sama zhôlim dan menyombongkan diri.
Para diktator penguasa yang zhôlim itu semua memiliki para pembantu / pembesar yang terdiri dari orang-orang yang seharusnya pintar dan menguasai ‘ilmu, tetapi sayangnya malah memperturutkan saja keinginan bodoh dari junjungannya tersebut.
Di Zaman Now, para teknokrat itu cuma iya-iya saja terhadap apapun pernyataan / keinginan dari penguasa diktator yang zhôlim. Bahkan walaupun pernyataan / keinginan junjungannya itu sangat absurd sekalipun, tetap saja mereka iya-iya saja membenarkannya, bahkan dengan pembenaran yang tak masuk di akal sehat sekalipun.
Itulah penjelasan kenapa sering terlihat ada orang-orang yang seharusnya “pintar”, punya gelar “PhD”, “duktuur”, bahkan “professor” sekalipun, yang ternyata malahan menjadi ikut-ikutan jadi bodoh ketika telah berada di sisi penguasa diktator yang zhôlim.
Lalu bagaimana akhiran kisah dari Hâmân itu?
Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengisahkan:
وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُم مُّوسَىٰ بِالْبَيِّنَاتِ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ
“Dan juga Qôrûn, Fir‘aun, dan Hâmân. Dan sungguh-sungguh telah datang kepada mereka Mûsâ dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) Bumi, dan tidaklah mereka orang-orang yang terluput (dari kehancuran itu)!” [QS al-‘Ankabût (29) ayat 39].
Hâmân dibinasakan tenggelam bersama dengan Fir‘aun dijepit dinding air laut yang sangat keras…!
Demikian, semoga dapat dipahami – والله أعلمُ بالـصـواب – Insyâ’Allôh bersambung ke Bagian Kedua
نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ