Ibnu Abdil Barr menceritakan bahwa Abdullah bin Abdul Aziz Al-Umari Al-Abid menulis surat kepada Malik bin Anas untuk lebih giat beramal dan menyendiri, karena dia tidak suka kegiatan Malik yg menyibukkan diri dengan dunia ajar mengajar dan berkumpulnya orang padanya.
Lalu Malik bin Anas (Imam Darul Hijrah) ini menulis surat balasan kepada Abdullah,
“Sesungguhnya Allah itu telah membagi amal sebagaimana membagi rejeki. Betapa banyak orang yg Allah anugerahkan kekuatan untuk shalat, tapi kurang dari aspek puasa. Ada pula yg Allah anugerahkan kekuatan untuk bersedekah tapi kurang dalam hal puasa. Ada pula yg Allah anugerahkan kesempatannya untuk berjihad tapi dari sisi shalat (sunnah -penerj) dia tak terlalu menonjol.
Menyebarkan ilmu merupakan salah satu amal terbaik, dan aku ridha dgn apa yg Allah anugerahkan kepadaku dan aku tidak merasa bahwa apa yg kulakukan saat ini nilainya lebih rendah dari apa yg kau laksanakan.
Tapi aku berharap kita berdua mendapat nilai kebaikan. Hendaklah masing-masing kita ridha dgn apa yg telah Allah anugerahkan kepadanya. Wassalam.” — Lihat: At-Tamhid jilid 7 hal. 185
Demikian kira-kira isi balasan Malik yang diceritakan Ibnu Abdil Barr berdasarkan hafalannya karena buku asli yg berisi pernyataan Malik itu hilang pada saat dia menulis buku ini (buku At-Tamhid).
Begitulah, masing-masing orang Allah anugerahkan kesempatan dan kemampan berbeda-beda. Ada yang Allah anugerahkan keahlian di bidang agama sehingga dia bisa mengajar, ada yang Allah anugerahkan kelebihan harta sehingga dia bisa jadi penopang dakwah dgn infaqnya, ada yang Allah berikan kekuatan fisik dan keberanian hingga dia bisa berjihad. Bila dia rela dan memanfaatkan apa yg dianugerahkan Allah padanya maka dia tetap bisa memperoleh nilai sama dengan orang lain.
Maka jangan berkecil hati bagi yang tak punya ilmu, tak punya harta, tak punya tenaga, dia tetap bisa menjadi manusia terbaik dengan kesabarannya menghadapi semua kekurangan atau musibah, sehingga bisa jadi keikhlasannya menerima itu semua malah dinilai lebih tinggi oleh Allah daripada yg beramal tapi terkotori oleh riya`.
Selain itu kita juga tak boleh menganggap yang ahli di bidang tertentu lebih baik daripada yang ahli di bidang lain, karena semua harus bersinergy dan semua orang dianugerahkan Allah apa yang terbaik untuknya.
Inilah penjelasan dari hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
من أنفق زوجين في سبيل الله نودي في الجنة يا عبد الله هذا خير فمن كان من أهل الصلاة نودي من باب الصلاة وإن كان من أهل الجهاد دعي من باب الجهاد ومن كان من أهل الصدقة دعي من باب الصدقة وإن كان من أهل الصيام دعي من باب الريان”
فقال أبو بكر يا رسول الله ما على من يدعى من هذه الأبواب من ضرورة فهل يدعى أحد من هذه الأبواب كلها قال “نعم وأرجو أن تكون منهم”
“Siapa yg memberi nafkah sepasang harta di jalan Allah maka di surga nanti dia akan dipanggil, “Wahai hamba Allah, ini yg terbaik!” Siapa yg merupakan ahli shalat (sangat rajin shalat sunnah -penerj) maka dia akan dipanggil dari pintu shalat, siapa yg ahli jihad maka dia akan dipanggil dari pintu jihad, siapa yang ahli sedekah maka dia akan dipanggil dari pntu sedekah, kalau dia ahli puasa (sunnah -penerj) maka dia akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan.”
Mendengar itulah berkatalah Abu Bakar, “Wahai Rasulullah, tidaklah ada keharusan untuk dipanggil dari pintu-pintu tersebut, lalu apakah ada orang yg dipanggil dari semua pintu?”
Rasulullah menjawab, “Ya ada, dan aku harap kau termasuk diantara mereka (yg dipanggil dari semua pintu).” — HR. Malik, Bukhari dan Muslim
Ustadz Anshari Taslim, Lc.
Mudir Pesantren Bina Insan Kamil – DKI Jakarta
Tanya Ustad : saya bermaksud mau ngajarin baca Quran ke seorang jamaah masjid karena dia meminta nya, saya pun setuju, tapi calon murid saya itu ternyata sdh diambil salah oleh salah seorang ustad di masjid itu.
Pertanyaan nya ; apakah saya tetap mendapat pahala setiap kali ustad tsb mengajar jamaah tadi.