Siapa yang tidak kenal Abu Abdullah Al-Qurthubi sang penulis Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur`an dan Syihabuddin Al-Qarafi pembesar madzhab Maliki penulis Tanqih Al-Fushul dan Adz-Dzakhirah?
Tapi tetap saja ada pernik menarik dan lucu dari kisah hidup para ulama ini. Seperti yang diceritakan oleh penulis Sejarah biografi para ulama, Shalahuddin Khalil bin Aybak Ash-Shafadi dalam kitabnya Al-Wafi bil Wafayat jilid 2 hal. 87, saya ceritakan ulang secara makna:
Ceritanya mereka berdua lagi masuk satu kampung dan mau singgah di suatu kampung. Tiba-tiba ketemu orang di jalanan dan bilang, “Wahai Tuan, jangan masuk kampung itu, di situ banyak jin.”
Dengan gagahnya bak sang pemberani Al-Qarafi berkata kepada anak-anak buahnya (ghilman), “Udah masuk aja, jangan pedulikan omong kosong model begituan.”
Sesampainya di sana mereka singgah di bangunan tua, lalu mereka pergi ke masjid jami’ kampung itu sementara anak-anak buah mereka mempersiapkan tempat istirahat.

Kemudian mereka berdua datang kembali dan duduk di tikar yg telah disiapkan.
Begitu mereka tinggal berdua di bangunan itu tiba-tiba terdengar suara keras seekor kambing dari dalam khiristan (semacam lemari buffet), dan tak lama keluar kepala kambing jantan dari situ.
Al-Qarafi yang tadi dengan berani mengajak masuk langsung gemetaran, sementara Al-Qurthubi langsung sigap memegang tanduk kambing yg meronta keras dan makin berontak itu. Al-Qarafi bukannya membantu malah ketakutan, Al-Qurthubi tak berhenti sambil membaca berbagai ayat dan zikir salah satunya ayat:
آالله أذن لكم أم على الله تفترون
“Apakah Allah yang mengizinkan kalian ataukah kalian hanya mengadakan kedustaan atas nama Allah?” (Qs. Yunus : 59).
Tak lama datang anak kecil yang tadi membawa tali dan pisau lalu berkata kepada Al-Qurthubi, “Eh syekh… syekh.., biarin aja, lepasin.”
Lalu dia dengan tenang datang ke kambing itu, menyeretnya, mengikatnya lalu menyembelihnya. Melihat itu mereka berkata, “Eh afa-afaan ini (Wan Abud mode on)?!”
Anak itu menjawab, “Tadi sebelum syekh berdua datang saya melihat kambing ini dan langsung membelinya dari pemiliknya untuk kita jadikan makan siang kita, lalu saya taro di dalam lemari buffet (khrstan) ini.”
Mendengar itu Al-Qarafi yang tadinya sudah ciut kembali pulih dan menggagah lagi sambal berkata, “Ngga ada terimakasih buat loe tong! Kenapa ngga dari tadi kamu bilang, hampir aja akal kami terbang gara-gara kambing itu.”
=========
Moral story, tetap waspada jangan meremehkan tapi jangan pula paranoid.
Jin memang ada, bisa menjelma menjadi apa saja, tapi jangan semua hal dikira karena jin.
Oh ya satu lagi, surah Yunus ayat 59 itu bisa dijadikan bacaan ruqyah buat yang dikira kerasukan.
Ustadz Anshari Taslim, Lc.
Mudir Pesantren Bina Insan Kamil – DK Jakarta