selebriti-langit-uwais-al-qarni

Selebriti Langit; Uwais al-Qarny

Oleh: Sela A.*

“Ibuuu…..”

Jawab anak-anak kompak dengan wajah penuh antusias.

Sore ini Jakarta menjadi sangat basah. Deras hujan mengguyur hampir semua sudut kota. Tapi hari Ahad adalah hari yang selalu menyenangkan. Beberapa saat sebelum turun hujan, anak-anak Karanganyar berkumpul untuk mengaji. Rumah hijau kediaman Ibu Ipah di salah satu sudut Kota Jakarta yang padat itu menjadi saksi tentang anak-anak yang penuh semangat menyetor bacaan iqro’ dan mengkaji wawasan Islami.

Hari ini mereka mendengar kisah tentang seorang selebriti langit. Ya, seorang tabi’in yang tidak masyhur di bumi tapi namanya disebut oleh penduduk langit. Dialah Uwais al-Qarni.

Suasana menjadi hening saat mereka mendengar kisah teladan itu. Kak Sela memulai ceritanya dengan menanyakan hadits Rasulullah tentang bakti. “Apakah kalian tahu kepada siapa pertama kali kita harus berbakti?”

“Ibuuu…..” Jawab anak-anak kompak dengan wajah penuh antusias.

“Betul sekali. Berapa kali besarnya bakti kita pada ibu dibanding ayah?”

Beberapa dari mereka menjawab, “Tiga kali kak, karena ibu sudah mengandung, melahirkan, dan merawat kita.”

MasyaaAllah, begitu mudahnya mereka menjawab pertanyaan itu.

Kak Sela pun melanjutkan ceritanya. Semua mendengarkan dengan seksama. Terlihat kagum saat mendengar perjuangan Uwais menunaikan bakti pada sang ibu. Tiba-tiba,

“Ah, masa’ sih..?” Irul menyeletuk.

Semua langsung tertawa. Ya, dia memang yang paling muda di antara anak-anak yang lain hingga tiap tingkah dan celetukannya acap kali menghadirkan tawa.

Cerita tentang Uwais diakhiri dengan tanya jawab seputar sang tokoh. Suasana mendadak riuh saat mereka berebut menjawab. Hanya demi mendapat sebungkus permen atau sebatang beng-beng tapi semangat mereka bak meruntuhkan sebuah benteng. Bahkan walaupun hujan menyambut langkah kecil mereka saat pulang, wajah mereka tetap berhias tawa riang.

Hadiah bukanlah tujuan utama, karena yang dituju adalah keridhoan-Nya. Semoga dari selembar iqro’ yang mereka baca, huruf-huruf Hijaiyah yang mereka eja, dan sekeping kisah teladan yang mereka dengar bisa menambah ghiroh mereka untuk belajar. Dan terus meningkatkan kecintaan mereka kepada Islam.

Baca Juga:  Dauroh Relawan Pengajar, Sadar Belajar Untuk Mengajar

*Penulis adalah santri Pesantren BIK yang aktif membina di Pengajian Anak-anak Karanganyar Sawah Besar.


Yuks!, perbanyak amal jariyah dengan ikut berpartisipasi dalam upaya meningkatkan kualitas dakwah islamiyah bersama Pesantren Bina Insan Kamil, salurkan donasi terbaik Antum melalui rekening:

Bank Syariah Indonesia
7000 7555 00
a/n Bina Insan Kamil Pramuka

Kode Bank: 451

Konfirmasi Transfer:
https://wa.me/6282298441075 (Admin)

Ikuti juga konten lainnya di sosial media Pesantren Bina Insan Kamil:
Instagram: https://www.instagram.com/pesantrenbik
Fanspage: https://www.facebook.com/pesantrenbik
YouTube: https://www.youtube.com/c/PesantrenBIK
Website: https://pesantrenbik.com

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Bagikan Artikel:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *