Hanya Pencegah Kerusakan yang Akan Selamat

Hanya Pencegah Kerusakan yang Akan Selamat

Dalam Al-Qur`an diabadikan kisah-kisah umat terdahulu di mana mereka dibinasakan oleh Allah lantaran kezaliman dan kerusakan yang mereka buat di muka bumi. Hanya mereka yang berusaha mencegah kemungkaran dan melarang perusakan yang akan diselamatkan. Termasuklah para Nabi karena merekalah yang terdepan dalam mencegah kejahatan seraya melakukan perbaikan.

Allah Ta’ala berfirman:

فَلَوْلَا كَانَ مِنَ الْقُرُوْنِ مِنْ قَبْلِكُمْ اُولُوْا بَقِيَّةٍ يَّنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِى الْاَرْضِ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّنْ اَنْجَيْنَا مِنْهُمْ ۚوَاتَّبَعَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مَآ اُتْرِفُوْا فِيْهِ وَكَانُوْا مُجْرِمِيْنَ ١١٦ وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرٰى بِظُلْمٍ وَّاَهْلُهَا مُصْلِحُوْنَ ١١٧

  1. Maka, mengapa tidak ada di antara generasi sebelum kamu sekelompok orang yang mempunyai keutamaan yang melarang (berbuat) kerusakan di bumi, kecuali sebagian kecil, yaitu orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka? Orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.
  2. Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim sedangkan penduduknya berbuat perbaikan.

Dalam dua ayat mulia ini Allah Ta’ala memberi peringatan kepada kita kalau ingin selamat dari murka Allah maka jadilah orang yang mencegah kejahatan dan jadilah juru perbaikan. Ketika murka Allah datang maka siapapun bisa terkena dampaknya termasuk orang-orang shaleh sekalipun. Tapi kalaupun mereka terdampak maka itu menjadi dampak yang baik. Ketika orang zalim dan kafir dihukum dengan bencana yang ada maka bagi orang beriman itu menjadi penambah pahala dan penghapus dosa.

Ini pula yang disebutkan dalam surah Al-A’raf ayat 165:

فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖٓ اَنْجَيْنَا الَّذِيْنَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوْۤءِ وَاَخَذْنَا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا بِعَذَابٍۢ بَـِٔيْسٍۢ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ

  1. Maka, setelah mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang mencegah (orang berbuat) keburukan dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim azab yang keras karena mereka selalu berbuat fasik.

Artinya, ketika turun murka Allah, maka hanya orang-orang yang tadinya berusaha mencegah kemungkaranlah yang akan diselamatkan oleh Allah.

Baca Juga:  Sikap Moderat Ahlu Sunnah Atsariyah Dalam Pemberdayaan Rasionalitas Islam.

Tapi, ketika orang-orang shalih tidak mau mengingatkan bahaya dosa dan kemaksiatan di tengah Masyarakat, maka merekapun akan mendapatkan dosa pula dan layak dihukum di dunia maupun di akhirat lantaran keengganan mereka mencegah kemunkaran, sebagaimana yang menimpa orang shalih di kalangan Bani Israil yang tidak mau berusaha maksimal mencegah kemungkaran. Akibatnya mereka dilaknat dengan lisan Nabi mereka sendiri sebagaimana dalam surah Al-Maidah ayat 78:

لُعِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ عَلٰى لِسَانِ دَاوٗدَ وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۗذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَ

  1. Orang-orang yang kufur dari Bani Israil telah dilaknat (oleh Allah) melalui lisan (ucapan) Daud dan Isa putra Maryam. Hal itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.

Rasulullah saw bersabda,

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْمُنْكَرَ لَا يُغَيِّرُونَهُ، أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابِهِ

“Sesungguhnya orang-orang ini bila telah melihat kemungkaran tapi mereka tidak mengubahnya maka dikhawatirkan Allah akan meratakan azab-Nya.” — (HR. Abu Daud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi).

Jadi, azab Allah tidak hanya akan menimpa orang-orang yang berbuat maksiat tapi juga orang alim yang membiarkan dan tidak ada usaha untuk mengubahnya.

Adanya orang yang menyeruh ke jalan Allah menggalakkan amal shalih dan mencegah segala bentuk kemungkaran akan menjadi penghalang turunnya azab Allah, minimal kepada orang itu sendiri. Abu Bakar ra pernah berkata, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian meletakkan ayat ini bukan pada tempatnya,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا عَلَيْكُمْ اَنْفُسَكُمْ ۚ لَا يَضُرُّكُمْ مَّنْ ضَلَّ اِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۗ

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.” — (QS. Al-Maidah [5]: 105).

Sungguh aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda,

Baca Juga:  Syarat Taat pada Pemimpin Kajian Mafhum Mukhalafah Dalam Hadits Mu’awiyah dan Ummu Hushain Ahmasiyyah

«إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ، أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابٍ»

“Sesungguhnya bila orang-orang melihat ada orang yang zalim dan tidak mengambil dari tangannya maka dikhawatirkan Allah akan meratakan azab-Nya (kepada semua orang) lantaran itu.” (HR. At-Tirmidzi, no. 3057, Abu Daud, no. 4338, Ibnu Majah, no. 4005).

Dalam salah satu riwayat Abu Daud redaksinya adalah,

«مَا مِنْ قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي، ثُمَّ يَقْدِرُونَ عَلَى أَنْ يُغَيِّرُوا، ثُمَّ لَا يُغَيِّرُوا، إِلَّا يُوشِكُ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ مِنْهُ بِعِقَابٍ»

“Tidak ada seorangpun yang hidup di tengah kaum yang berbuat maksiat dan mereka sanggup mengubahnya tapi mereka tidak mengubahnya, maka dikhawatirkan Allah akan meratakan siksa-Nya kepada mereka semua.”

Bahkan siksa ini akan ditimpakan oleh Allah sebelum mereka mati sebagaimana dalam hadits dari Jarir, Rasulullah saw bersabda,

«مَا مِنْ رَجُلٍ يَكُونُ فِي قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي، يَقْدِرُونَ عَلَى أَنْ يُغَيِّرُوا عَلَيْهِ، فَلَا يُغَيِّرُوا، إِلَّا أَصَابَهُمُ اللَّهُ بِعَذَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَمُوتُوا»

“Setiap orang yang berada di satu kaum terdapat maksiat pada mereka lalu mereka mampu mengubahnya tapi tidak juga mereka ubah, maka Allah akan menimpakan azab kepada mereka sebelum mereka mati.” — (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah).

Dalam semua riwayat ini adanya ancaman dari Rasulullah SAW kepada masyarakat yang tidak berusaha mencegah kezaliman dan kemungkaran yang terjadi di kalangan mereka. Azab Allah akan turun kepada mereka meski banyak di antara mereka yang shalih dan bertakwa. Bila tidak ada kegiatan amar makruf dan nahyu mungkar, sehingga maksiat merajalela maka azab Allah juga akan menimpa mereka yang bertakwa tapi tidak mau mencegah kemungkaran itu.

Ustadz Anshari Taslim, Lc.
Mudir Pesantren Bina Insan Kamil – DK Jakarta

Bagikan Artikel:

==========================================

Yuks!, perbanyak amal jariyah dengan ikut berpartisipasi dalam upaya meningkatkan kualitas dakwah islamiyah bersama Pesantren Bina Insan Kamil, salurkan donasi terbaik Antum melalui rekening:

Bank Syariah Indonesia
7000 7555 00
a/n Bina Insan Kamil Pramuka

Kode Bank: 451

Konfirmasi Transfer:
https://wa.me/6282298441075 (Gita)

Ikuti juga konten lainnya di sosial media Pesantren Bina Insan Kamil:
Instagram: https://www.instagram.com/pesantrenbik
Fanspage: https://www.facebook.com/pesantrenbik
YouTube: https://www.youtube.com/c/PesantrenBIK

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *