Di dalam al-Qur’an Allah Azza wajalla sering mengabarkan tentang adanya siksa bagi hamba-hambaNya yang zalim di hari kiamat kelak. Siksa itu terjadi di dalam kubur, di dalam neraka dan terjadi juga pada hari pembangkitan dan pengumpulan manusia dari kubur-kubur mereka.
Beragamnya siksa yang Allah Jalla wa’ala sebutkan, kadang membuat sebagian orang merasa bingung memahami ayat-ayat yang menjelaskan perkara itu, hingga kadang ada yang beranggapan bahwa terjadi kontradiksi antara satu ayat dengan ayat lainnya.
Misalnya, tentang kondisi manusia yang dibangkitkan pada hari kiamat. Terdapat beberapa ayat yang menyebutkan keadaan manusia pada saat itu dengan kondisi yang seolah bertolak belakang.
Misalnya, firman Allah Azza wajalla pada surah Qaf:
لَّقَدۡ كُنتَ فِي غَفۡلَةٖ مِّنۡ هَٰذَا فَكَشَفۡنَا عَنكَ غِطَآءَكَ فَبَصَرُكَ ٱلۡيَوۡمَ حَدِيدٞ
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam”. — QS. Qaaf:22
Firman Allah Azza wajalla pada surah al-Furqan:
يَوۡمَ يَرَوۡنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ لَا بُشۡرَىٰ يَوۡمَئِذٖ لِّلۡمُجۡرِمِينَ
“Pada hari mereka melihat malaikat dihari itu, tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa”. — QS. Al-Furqan:22
Firman Allah Azza wajalla pada surah at-Takatsur:
لَتَرَوُنَّ ٱلۡجَحِيمَ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيۡنَ ٱلۡيَقِينِ
“Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ´ainul yaqin”. — QS. At-Takatsur:6-7
Firman Allah Azza wajalla pada surah al-Kahfi:
وَرَءَا ٱلۡمُجۡرِمُونَ ٱلنَّارَ فَظَنُّوٓاْ أَنَّهُم مُّوَاقِعُوهَا وَلَمۡ يَجِدُواْ عَنۡهَا مَصۡرِفٗا
“Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling dari padanya”. — QS. Al-Kahfi:53
Ayat-ayat ini dan yang semisalnya menunjukkan bahwa orang-orang zalim akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan mampu melihat neraka, sebelum mereka memasukinya.
Perkara ini menjadi muskil dikarenakan adanya beberapa ayat yang menunjukkan bahwa orang-orang zalim akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan buta. Mislanya, firman Allah Azza wajalla pada surah Thaha:
قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرۡتَنِيٓ أَعۡمَىٰ وَقَدۡ كُنتُ بَصِيرٗا
“Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat”. — QS. Thaha:125
Juga firman Allah Azza wajalla dalam surah al-Isra:
وَمَن يَهۡدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلۡمُهۡتَدِۖ وَمَن يُضۡلِلۡ فَلَن تَجِدَ لَهُمۡ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِهِۦۖ وَنَحۡشُرُهُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمۡ عُمۡيٗا وَبُكۡمٗا وَصُمّٗاۖ
“Dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak”. — QS. Al-Isra:97
Oleh karena adanya keragaman ayat-ayat ini, kemusmkilan kadang dirasakan oleh sebagian kaum muslimin. Bahkan, ada yang beranggapan bahwa ayat-ayat tersebut antara satu dengan lainnya saling kontradiksi satu sama lainnya. Tapi, sebenarnya ayat-ayat tersebut tidaklah kontradiksi sama sekali.
Segala kondisi manusia yang disebutkan pada seluruh ayat di atas sebenarnya menunjukkan bahwa mereka semua sedang merasakan azab, baik yang dibangkitkan dalam keadaan buta maupun yang dibangkitkan dalam keadaan dapat melihat. Inilah titik temu semua ayat tersebut. (wallahu a’lam.)
Dengan kata lain, Allah Azza wajalla membuat hukuman yang berbeda-beda untuk orang-orang zalim. Ada yang dibangkitkan dalam keadaan buta matanya dan adapula yang dibangkitkan dalam keadaan mampu melihat.
Yang menguatkan hal ini adalah firman Allah Azza wajalla:
فإذا جَآءَتِ ٱلطَّآمَّةُ ٱلۡكُبۡرَىٰ يَوۡمَ يَتَذَكَّرُ ٱلۡإِنسَٰنُ مَا مَا سَعَىٰ وَبُرِّزَتِ ٱلۡجَحِيمُ لِمَن يَرَىٰ
“Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang, hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya lalu diperlihatkan neraka Jahim dengan jelas kepada setiap orang yang melihat”. — QS. An-Naziat:34-36
Huruf lam (ل) pada firman Allah liman yaraa (لمن يرى) adalah lam yang fungsinya lil ikhtishash. Maksudnya, huruf lam disitu posisinya untuk menjelaskan adanya kekhususan siksa untuk orang-orang tertentu. Sehingga dipahami bahwa ada yang diperlihatkan dan ada pula yang tidak diperlihatkan pada mereka siksa neraka, namun tetap mendapat siksa dalam bentuk lain wal’iyadzubillah.
Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah berkata:
وبرزت الجحيم يقول وأظهرت الجحيم وهي نار الله تعالى لمن يراها
“Firman Allah “Neraka diperlihatkan” Allah berfirman menjelaskan neraka Jahim ditampakkan. Ia adalah neraka Allah. Dan penampakkan neraka Jahim itu untuk orang-orang yang melihatnya.” — Ibnu Jarir ath-Thabari, Jaamiul Bayan ‘An Ta’wil al-Qur’an, Tahqiq Islam Manshur Abdul Hamid, Jilid 11, hal 384, Daar al-Hadits-Kairo, T. Cet, 1431 H
Sebagian ulama mengatakan bahwa siksa neraka hanya akan dilihat oleh orang-orang kafir dan tidak dilihat oleh orang-orang yang beriman.
Ketika menjelaskan ayat di atas, Imam al-Qurthubi rahimahullah menukilkan beberapa perkataan ulama yang mejelaskan tentang maknanya. Diantaranya adalah pengkhususan orang kafir yang mendapat siksa berupa diperlihatkan siksa neraka. Beliau berkata:
وقيل: المراد الكافر لأنه الذي يرى النار بما فيها من أصناف العذاب
“Dikatakan bahwa maksudnya adalah diperlihatkan kepada orang kafir, sebab orang kafirlah yang akan melihat neraka dan segala jenis azabnya”. — Al-Qurthubi, al-Jaami’ Liahkaam al-Qur’an, Tahqiq Dr. Hamid Ahmad ath-Thahir, Jilid 19, hal. 159, Daar al-Ghad al-Jadid-Kairo, Cet I, 1431 H
Imam asy-Syaukani rahimahullah berpendapat lain. Beliau rahimahullah berkata:
وقيل لمن يرى من الكفار لا من المؤمنين والظاهر أن تبرز لكل راء فأما المؤمن فيعرف برؤيتها قدر نعمة الله عليه بالسلامة منها وأما الكافر فيزداد غما إلى غمه وحسرة إلى حسرته
“Dikatakan bahwa makna firman Allah “Bagi yang melihatnya” yaitu bagi orang kafir saja, dan neraka Jahim tidak diperlihatkan kepada orang-orang beriman. Namun, yang zhahir (benar) adalah semuanya akan diperlihatkan bagi yang melihat. Bagi yang beriman, dengan melihatnya akan mengetahui kadar nikmat Allah kepada mereka berupa keselamatan dari neraka itu. Adapun orang-orang kafir, maka dengan melihatnya akan bertambah kesengsaaraannya dan penyesalannya.” — Asy-Syaukani, Fathul Qadir, hal 1584, Daar al-Ma’rifah-Beirut, cet V,1429 H
Dari beberapa penjelasan di atas, jelas bahwa ayat-ayat yang dianggap kontradiksi di atas tidak menunjukkan kontradiksi, melainkan menunjukkan bahwa Allah Azza wajalla akan membangkitkan manusia pada hari kiamat dengan kondisi yang berbeda-beda. Ada yang dibangkitkan dalam keadaan buta dan adapula yang dibangkitkan dalam keadaan bisa melihat.
Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah juga punya pendapat yang berbeda. Beliau menyinggung adanya perbedaan pendapat ulama dalam masalah ini dalam Miftah Daar as-Sa’adah miliknya.
Dalam pemaparan beliau, setelah menyajikan perbedaaan pendapat tersebut serta masing-masing hujjahnya, beliau menguatkan pendapat ulama yang mangatakan bahwa keadaan buta atau tidaknya manusia ketika dibangkitkan, berkaitan dengan keadaan pengumpulan manusia pada dua kali pengumpulan di hari kiamat.
Pengumpulan pertama yaitu pengumpulan tatkala mereka bangkit dari kubur menuju padang mahsyar. Pengumpulan kedua yaitu pengumpulan dari padang mahsyar menuju neraka. Pada saat pengumpulan pertama, mereka masih bisa melihat, mendengar, berbicara dan berdebat. Sedangkan pada saat pengumpulan kedua mereka buta, tuli dan bisu. Dan pada setiap pengumpulan memiliki keadaan yang berbeada, untuk menunjukkan keadlilan Allah Azza wajalla. (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Miftaah Daar as-Sa’adah, hal 64, Daar Ibni al-Jauzi-Kairo, cet I, 1433 H)
Dengan ini, jelas bahwa ayat-ayat Allah tidak mengalami kontradiksi.
Wallahu a’lam…
Oleh: Muhammad Ode Wahyu