Di tengah pandemi ini, kesulitan terjadi di semua lini. Bahkan pencarian santri baru yang akan menjadi penggerak roda kegiatan dakwah pun mengalami hambatan. Sempat tertunda beberapa bulan, namun Alhamdulillah, atas izin Allah penerimaan santri baru Pesantren Bina Insan Kamil (BIK) telah selesai dengan berisikan santri-santri baru pilihan.
Sebelum resmi menjadi santri, calon-calon santri yang telah dinyatakan lolos seleksi harus melalui satu tahap terakhir dari pesantren, yaitu program orientasi yang dikenal dengan HOPES (Hari Orientasi Pesantren). Sempat tertunda karena adanya PPKM, HOPES terlaksana pada hari Sabtu dan Ahad, 4-5 September 2021 bertempat di Villa MaCenning, Bogor. Peserta dari calon santri yang hadir berjumlah 18 orang ikhwan dan akhwat mengikuti serangkaian acara yang telah disiapkan panitia. Tujuan inti HOPES ini adalah untuk pengenalan visi dan misi dakwah yang dibawa oleh Pesantren BIK kepada santri baru sehingga dapat menguatkan niat, mensinergikan misi dan menyelaraskan visi antara santri dan pesantren BIK.
Hari pertama dibuka dengan pembukaan HOPES oleh ketua panitia dan ketua HAMAS (Himpunan Mahasantri Pesantren BIK). Acara ringan ini ditandai dengan pengenalan dari masing-masing santri. Materi inti pertama disampaikan oleh Ustadz Zainal Muttaqin selaku ketua Yayasan Bina Insan Kamil Pramuka dan juga pengampu pelajaran Fiqih Sosial. Ustadz Zainal memaparkan tentang “Ideologi Dakwah” yang diusung Pesantren BIK tentunya berbasis Al-Quran dan Sunnah. Materi kedua dibawakan oleh Ustadz Anshari Taslim (mudir Pesantren BIK dan juga sebagai pengajar Fiqih Ibadah) yang bertemakan “Manhaj dan Prinsip Dakwah BIK” sesuai dengan metode ahlus sunnah wal jamaah. Tidak lupa acara diselingi dengan games ringan untuk mencairkan suasana.
Materi ketiga tentang “Internalisasi Nilai” disampaikan oleh Ustadz Fairuz (pengajar pelajaran Aqidah). Acara yang berlangsung malam hari ini dibuat seru oleh Ustadz dengan meminta para santri dalam kelompok melakukan praktik simulasi dari alat-alat yang telah disiapkan, dan diambil pelajaran dan hikmahnya dari praktik tersebut. Setelah materi inti selesai, acara dilanjutkan dengan malam keakraban antara santri baru dan santri lama. Calon santri baru diberikan kesempatan untuk memasak dan makan malam bersama, untuk membangun soliditas dan solidaritas antar santri. Sebagai penutup hari pertama, acara diakhiri dengan sharing session dari santri lama tiap angkatan.
Hari kedua HOPES diawali dengan qiyamul lail, materi muhasabah dari Ustadz Mustaqim (pengajar bahasa Arab) dan sholat Subuh berjamaah. Saat fajar menyingsing, peserta HOPES mengikuti instruktur melakukan senam ringan dan dilanjutkan dengan kegiatan outbound. Peserta sangat antusias mengikuti acara pagi hari ini diantaranya balon berbaris, oper tepung dan mencari jalan. Selain hiburan, kegiatan ini membuat semua santri menjadi lebih saling mengenal satu sama lain.
Materi keempat dibimbing oleh Ustadz Hilal (pengampu pelajaran Sosiologi Dakwah) dengan tema “Amal Jama’I”. Materi yang dibawakan menggunakan game yang menyenangkan namun sarat makna dan memiliki nilai kebersamaan yang tinggi dalam menggapai tujuan bersama. Setelah itu acara dilanjutkan dengan sosialasi HAMAS dan Kafalah Dakwah (Sayap kemanusiaan dari Yayasan BIK). Ini dimaksudkan agar para santri baru dapat terlibat aktif disamping kegiatan pelajaran, ikut terjun ke lapangan dalam dakwah marjinal maupun kegiatan kerelawanan.
Sebelum materi terakhir, terdapat bonus materi dari Dokter Fahmi Sp.OG selaku pemilik Villa MaCenning mengenai sosialisasi Sistem Reproduksi Wanita. Hal ini untuk menambahkan wawasan kesehatan khususnya untuk santri akhwat. Materi inti kelima disampaikan oleh Ustadz Mustaqim dengan tema “Sosialisasi Sistem Belajar di BIK”. Salah satu yang disampaikan adalah peraturan pesantren yang harus ditaati oleh santri.
Ashar tiba, semua bersiap untuk sholat berjamaah, dan kemudian melakukan beres-beres persiapan untuk pulang. Acara penutup diakhiri dengan mars santri, ikrar santri dan doa penutup. Alhamdulillah kegiatan HOPES selesai dan peserta telah sah menjadi santri Pesantren BIK.
Semoga tongkat estafet dakwah ini terus berjalan tidak berhenti untuk membangkitkan nilai-nilai dan prinsip Islam di kehidupan kita dimulai dari diri sendiri, masyarakat dan bangsa.
“Dakwah itu menghadapi masyarakat, bukan membelakangi masyarakat. Dakwah itu memperbarui masyarakat, bukan membuat masyarakat baru. Dakwah itu mengatasi keadaan, bukan meratapi kenyataan” (Buya Hamka)