Bagi para relawan untuk menambah semangat coba tadabburi hadits ketiga dari Shahih Al Bukhari. Dan fokus pada hiburan Khadijah Radhiyallahu’anha kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang sedang ketakutan, sampai beliau mengatakan, “لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي” (Aku takut terhadap apa yang akan menimpa diriku).
Saat itulah Khadijah Radhiyallahu’anha menghibur, orang sepertimu tidak mungkin dihinakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala…. Kenapa? Ada lima sifat yang disebutkan dalam riwayat ini, dan sebenarnya itu masih kurang satu, atau dua sifat lagi.
- Engkau rajin bersilatur rahim, yaitu menghangatkan hubungan keluarga yang masih punya ikatan kekerabatan baik dari pihak ayah maupun ibu. Loyal dan royal kepada sanak famili hingga disenangi oleh kerabat jauh apalagi yang dekat.
- Tahmilul kall (engkau menanggung hidup orang yang tak berdaya). Kira-kira begitu tafsiran dari kata kall itu kalau kita simpulkan dari berbagai pensyarah hadits. Orang tua jompo kau bantu, yatim dan janda dhu’afa kau santuni dan seterusnya. itulah makna hamlul kall.
- Taksibul ma’dum. Bisa diartikan kau selalu memberikan sesuatu kepada orang yang membutuhkan di mana barang itu tidak ada pada orang selain pada dirimu. Atau, kau rela mendapatkan harta atau melakukan sesuatu demi kepentingan orang lain yang membutuhkan.
- Memuliakan tamu. Kalau ada tamu selalu dijamu dgn hangat baik materi maupun non materi. Sikap yang ramah, menyenangkan dan tak merasa tertekan.
- Tu’iinu ‘ala nawa`ib al haq. Nah ini dia. Kata Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, point ini mencakup semua yang telah disebutkan dan yang belum disebutkan. Bisa diartikan kamu selalu berperan aktif membantu setiap orang yang ditimpa musibah dalam dan dengan kebenaran. Semua yang punya masalah padahal dia berada di rel yang benar selalu kau tolong.
Orang yang seperti ini sifatnya tak mungkin dihinakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Demikian dalam riwayat Yahya bin Bukair dari Laits bin Sa’d disebutkan hanya lima ini, sedangkan dalam riwayat selain Yahya bin Khalid bin Bukair ini, seperti riwayat Syu’aib putra Laits yang ada dalam Shahih Muslim, dan riwayat Hajjaj bin Minhal dalam musnad Ahmad, menambahkan satu sift lagi yaitu “tashduqul hadits” (kau selalu jujur dalam ucapan).
Kemungkinan yang lupa adalah Yahya bin Bukair sebab meski dia gurunya Al-Bukhari, tapi ada yang menjarh-nya yaitu Abu Hatim dan An-Nasa`iy. Meski dia tetap terpercaya tapi kemungkinan lupa selalu ada. Satu sifat lagi yang disebut dalam riwayat hisyam bin Urwah adalah selalu melaksanakan amanah.
Perkataan Khadijah Radhiyallahu’anha ini mirip dengan perkataan Ibnu Daghinah yang juga ada dalam Shahih Al Bukhari, ketika membela Abu Bakar Radhiyallahu’anhu, dimana dia menyebutkan bahwa Abu Bakar Radhiyallahu’anhu itu orang yang memiliki kelima sifat di atas. Uniknya kisah Ibnu Daghinah itu sanadnya sama persis dengan sanad hadits nomor 3 Shahih Bukhari ini, artinya juga bersumber dari Yahya bin Khalid bin Bukair, sehingga ada kemungkinan lupanya Yahya menyebut “tashduqul hadits” karena tercampur dengan pernyataan Ibnu Daghinah. Tapi itu tak soal dan sepele.
Perkataan Khadijah Radhiyallahu’anha ini termasuk jenis sunnah taqririyyah, yaitu perkataan atau perbuatan orang lain yang didiamkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan berarti menyetujui.
Intinya, meneladani Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, untuk senantiasa menjadi orang baik berakhlak mulia yang gemar menolong, meski dirinya sendiri juga perlu ditolong. Senantiasa berpartisipasi aktif dalam kegiatan amal, bakti sosial, punya jiwa sosial yang tinggi dan seterusnya.