Meluruskan Persepsi tentang Kejadian di Tanah Sam (Bagian 3)

Meluruskan Persepsi Tentang Kejadian di Tanah Sam (Bagian 3)

Melanjutkan dari Bagian 2

Tanya: Bagaimana dengan Türkiye?
Jawab: Türkiye itu adalah “the 3rd major player” yang meskipun secara geografis negaranya sendiri tak berada di kawasan Timur Tengah. Walaupun sama-sama Sunni, namun Türkiye dan KSA ternyata memiliki “mutual distrust” dan “historical prejudices” yang terus membayangi hingga sampai di masa kini. KSA sampai saat ini masih dibayang-bayangi “sakit hati” penghancuran Negara Suȕdiyy (Dīrìyyah) I pada tahun 1818 oleh Ibrōhīm ibn Muḥammad (Ibrahim Pasha), pemimpin pasukan Daulah Ùṭmāniyyah), dan berhasil menangkap Amir Muḥammad ibn Saȕd ibn Àbdul-Àzīz Ālu Suȕd (cicit dari Muḥammad ibn Saȕd, pendiri Negara Suȕdiyy I). Muḥammad ibn Saȕd ini kemudian dieksekusi di Konstantinopel dengan cara dipancung, lalu batok kepalanya ditembakkan sebagai proyektil meriam. Adapun sebaliknya, lepasnya kota Makkah dan Madīnah pada 1925-1926, lalu wilayah Ḥijāz pada 1927, dari Daulah Ùṭmāniyyah ke tangan Àbdul-Àzīz Ālu Suȕd (pendiri Negara Suȕdiyy III) merupakan tamparan yang sangat keras bagi Türkiye.

Invasi Amrik ke Iraq pada 2003 (Second Gulf War) sangat mengubah balance of power di kawasan Timur Tengah, namun justru malah mendekatkan hubungan antara KSA dengan Türkiye. Ini karena keduanya memiliki satu tujuan yang sama (common objective), yaitu: membendung pengaruh Iran di Iraq.

Kemudian Arab Spring pada 2010/2011 semakin membuka kesempatan bagi Türkiye untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah.

CATATAN: di dalam hubungan internasional yang berlaku itu adalah “Ḥukum Rimba”, siapa yang kuat maka ia adalah yang menguasai. Ḥukum Internasional hakikatnya tidak memiliki kekuatan riil memaksa negara-negara di Dunia untuk tunduk & patuh. Dengan demikian, tidak mengherankan apabila Türkiye memberikan dukungan kepada gerakan al-Ikhwān al-Muslimīn di Mesir dan Tunisia.

Tanya: Bagaimana dengan hubungan antara KSA & Türkiye?
Jawab: KSA melihat kebijakan politik Türkiye di bawah Recep Tayyip Erdoğan dan AKP (Adalet ve Kalkınma Partisi)nya sebagai ancaman bagi stabilitas politik di kawasan Teluk (terdiri dari: KSA, Bahrain, Uni Emirat Arab (UAE), Kuwait, Oman, dan Qoṭr), oleh karena itu KSA berusaha sekuat mungkin membendung pengaruh “Islām Politik” (baca: al-Ikhwān al-Muslimīn).

Pada 2017 terjadi “Qatar Diplomatic Crisis” yang dimulai dengan KSA, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir, secara bersamaan memutuskan hubungan bilateral mereka dengan Qoṭr. Negara-negara tersebut melarang pesawat udara yang terdaftar di Qoṭr dan kapal-kapal Qoṭr untuk menggunakan wilayah kedaulatan mereka melalui udara, darat, dan laut. KSA juga melakukam penutupan Salwā Cross yang merupakan perlintasan darat satu-satunya Qoṭr, sehingga secara de-facto terjadi blokade terhadap Qoṭr. Negara-negara tersebut memutus hubungan ekonomi dengan Qoṭr dengan alasan bahwa Qoṭr melindungi tokoh-tokoh al-Ikhwān al-Muslimīn dan melakukan aksi terror. Keberpihakan Türkiye terhadap Qoṭr pada krisis itu ikut menambah persepsi negative atas Türkiye bagi KSA. Krisis Diplomatik Qoṭr ini berakhir pada Januari 2021 menyusul resolusi antara pihak KSA dengan Qoṭr.

Baca Juga:  Fatwa Kongres Ulama Palestina Tahun 1935: Haram Menyerahkan Tanah Palestina Kepada Israel

Kemudian terjadi pula pembunuhan terhadap Jamal Khashoggi di Konsulat Jendral KSA di Istanbul pada Oktober 2018. Pihak Türkiye langsung menuduh bahwa otoritas KSA berada di balik pembunuhan tersebut, dan CIA pun juga menyimpulkan bahwa MbS memerintahkan pembunuhan terhadap Khashoggi. Peristiwa tersebut menciptakan ketegangan diplomatik antara Amrik dengan KSA, termasuk adanya suara-suara keras di dalam negeri Amrik agar Amrik memutuskan hubungan diplomatik dengan KSA.

Tanya: Jadi memang ada pertarungan rebutan pengaruh antara KSA dengan Türkiye?
Jawab: Iya, sangat jelas bahwa pada periode 2017-2021 terjadi eskalasi persaingan perebutan pengaruh antara Riyāḍ dengan Ankara. Namun sekali lagi ini bukan soal manhaj apalagi àqīdah seperti yang didakwakan oleh kaum PENDAKU Salafiyy di Nusantara yang mengekor pada kaum PENDAKU Salafiyy Madāḳilah (pengikutnya Robī` ibn Hādī al-Madḳoliyy) di KSA.

Türkiye mendukung pemerintahan Government of National Accord (GNA) di Libya yang juga didukung oleh PBB. Sebaliknya, KSA bersama dengan Mesir, UAE, Sudan, Sūriyā, Ḥizbuṡ-Ṡaiṭōn, dan Wagner Group, mendukung faksi LNAnya Ḳolīfah Bilqāsim Ùmar Ḥaftar (seorang mantan jendral Libya semasa rezim Muàmar al-Qożżāfiyy yang telah menjadi warga negara Amrik). Karena dukungan KSA inilah mengapa Ḳolīfah Ḥaftar didukung pula oleh milisi PENDAKU Salafiyy Madāḳilah.

Tanya: Bagaimana dengan hubungan Türkiye & Isra-Hell?
Jawab: Meski Erdoğan mengatakan bahwa Türkiye telah memutus hubungan dengan Isra-Hell semenjak begundal Yahūdiyy-Zionist melakukan genosida terhadap warga Palestina di Ġazzah – Erdoğan mengatakan: “We, as the Republic of Türkiye, have currently severed all relations with Israel!” – namun misi diplomatik Türkiye di Tel Aviv dan misi diplomatik Isra-Hell di Ankara masih tetap berjalan. Hubungan dagang kedua negara juga masih tetap berlangsung. Hal itu membuat pihak oposisi dan rakyat Türkiye mengkritik keras Erdoğan karena dinilai lebih memprioritaskan kepentingan ekonomi daripada dukungan terhadap Palestina.

Ketidakpuasan tersebut berefek pada Pemilu Türkiye pada Maret 2024 lalu di mana untuk pertama kalinya AKPnya Erdoğan gagal menjadi pemenang utama (dari sejak berdirinya partai tersebut tahun 2001). Sebagian pendukung AKP beralih memilih Yeniden Refah Partisi (YRP) yang memposisikan diri sebagai pembela hak-hak rakyat Palestina. Akibatnya, posisi Erdoğan di dalam negerinya jadi cukup rentan.

Selain itu ada kubu Sekuler Kemalis yang tergabung dalam Cumhuriyet Halk Partisi (CHP) yang pada Pemilu Maret 2024 lalu untuk pertama kalinya semenjak 1977 berada di urutan pertama popular vote. Lalu ada issue separatisme Kurdi yang belum terselesaikan. Belum lagi perekonomian Turkiye yang memburuk dan disertai pula dengan jatuhnya nilai tukar Türk Lirası (₺ / TRY). Ditambah pula konflik internal di dalam tubuh militer Türkiye yang sudah berlangsung lama yang menyebabkan para petinggi militer fokus ke “inner enemies”, termasuk berusaha mendapatkan kekuasaan dari Lembaga Eksekutif.

Baca Juga:  Meluruskan Persepsi Tentang Kejadian di Tanah Sam (Bagian 1)

Tanya: Bagaimana efek dari Ṭoufānil-Aqṣō terhadap hubungan Suȕdiyy & Türkiye?
Jawab: Proses pembukaan hubungan diplomatik antara KSA & Isra-Hell sebelum 7 Oktober 2023 sebenarnya sebagaimana telah disinggung di atas, berjalan baik dan lancar, tentunya dengan pra-syarat: terbentuknya Negara Palestina (ini statement DuBes KSA untuk UK saat interview dengan BBC).

Bisa dikatakan bahwa Àmaliyah Ṭoufānil-Aqṣō adalah “bessing in disguise” sebab ia mampu menghentikan proses normalisasi tersebut – setidaknya untuk sementara waktu, because we have no idea what will happen once Don Trump (with his idea named Abraham Accords) is on helm of Amrik once more.

Tanya: Bagaimana dengan koloni pemukim illegal Yahūdiyy-Zionist yang bernama Isra-Hell?
Jawab: Isra-Hell sebenarnya sudah dalam posisi nyaman karena memiliki “tetangga yang baik”, yaitu: Baṡār al-Fasād, si teacher’s pet yang tidak menyusahkan Yahūdiyy-Zionist, meskipun ia membantu Ḥizbuṡ-Ṡaiṭōn dalam pengadaan persenjataan, namun Baṡār tidak rusuh dan melakukan hal semisal:

  • Menuntut pengembalian Golan Heights, atau
  • Membantu Mujāhiddīn menyerang dalam koloni pemukim illegal Yahūdiyy-Zionist Isra-Hell, apalagi untuk
  • Melakukan serangan langsung militer terhadap Isra-Hell.

Sesekali memang begundal Yahūdiyy-Zionist akan melakukan serangan udara secara terbatas ke wilayah Sūriyā, misalnya menghancurkan konvoi pengiriman senjata yang dikirim oleh Baṡār ke untuk Ḥizbuṡ-Ṡaiṭōn di Lebanon. Namun hanya sekedar itu saja, sebab tidak ada alasan bagi Isra-Hell untuk menurunkan Baṡār dari kursi kekuasaannya. Isra-Hell cukup membiarkan orang-orang di Sūriyā saling bertempur (Iran, Ḥizbuṡ-Ṡaiṭōn, rezim Baṡār vs Mujāhiddīn Sūriyā vs IS vs Kurdi, dlsb) sepanjang mereka tak mengganggu Isra-Hell secara nyata dan besar-besaran.

Lalu terjadilah Àmaliyah Ṭoufānil-Aqṣō oleh Ḥ4M4S pada 7 Oktober 2023 yang disusul kemudian dengan Fatḥu Dimaṡq oleh Hai-ah Taḥrīr aṡ-Ṡām pada 7 Desember 2024…

Ini menjadikan perubahan besar pada strategi hubungan internasional antara Türkiye dengan Sūriyā, sebab apabila Komandan Abū Muḥammad al-Jaulaniyy (Aḥmad Ḥusain aṡ-Ṡarà) berhasil menstabilkan keadaan dalam negeri Sūriyā, maka kemungkinan besar Türkiye bisa memperkuat hubungan diplomatik yang mana efeknya adalah:

  • Türkiye bisa memulangkan 3,2juta orang pengungsi Sūriyā di Türkiye yang selama ini cukup membebani perekonomian Türkiye.
  • Türkiye bisa membuka hubungan dagangan yang baik karena rakyat Sūriyā butuh membangun kembali negerinya yang porak poranda dan hancur perekonomiannya. Akibat pertempuran selama 13 tahun.
  • Serta tentunya Türkiye bisa membantu faksi Mujāhiddīn dengan lebih leluasa.

Kita berharap dan berdoa kepada Allōh ﷻ semoga dengan menguatnya poros Türkiye – Sūriyā – Qoṭr ini akan menjadi babak dari fase keruntuhan koloni pemukim illegal Yahūdiyy-Zionist Isra-Hell.

Demikian, semoga dapat dipahami.

M Arsyad Syahrial SE, MF
Pengamat Ekonomi dan Pergerakan Islam
Alumni RMIT University, Melbourne, Australia

Bagikan Artikel:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *