sokoguru rezim fir'aun

Sokoguru Rezim Fir‘aun – Bagian Kedua

Kita lanjutkan tentang faidah dari 4 Sokoguru Rezim Fir‘aun agar dapat mengambil pelajaran bahwa sejarah itu berulang, there’s nothing new under the Sun… selalu ada 4 pendukung utama rezim penguasa yang zhôlim.

Adapun bagi yang belum membaca Bagian Pertama, maka silakan klik di sini!

Sokoguru ke-2 | Para Tukang Sihir

Siapa para tukang sihir itu?

Tukang sihir pada zaman Fir‘aun memang adalah tukang sihir / dukun yang memakai black magic dengan bantuan (‘ilmu yang diajarkan oleh) Syaithôn sekaligus juga menggunakan berbagai trick-trick teknis-mekanis tipuan silap mata. Jadi kira-kira mirip dengan sebagian oknum ilusionis pada Zaman Now.

Kenapa dikatakan sebagai sokoguru dari Rezim Fir‘aun?

Yaitu karena pada prinsipnya, para tukang sihir itu adalah:

⒜. Preman bayaran

Ketika Nabî Mûsâ عليه الصلاة و السلام mulai menda‘wahi Fir‘aun, maka para menteri-menteri Fir‘aun mendakwa dan memfitnah bahwa Nabî Mûsâ dan Nabî Hârûn عليهما السلام itu bermaksud hendak mendongkel kekuasaan Fir‘aun. Mereka lalu menyarankan agar Fir‘aun mengumpulkan para tukang sihir.

Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengisahkan:

قَالَ الْمَلَأُ مِن قَوْمِ فِرْعَوْنَ إِنَّ هَٰذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ ۞ يُرِيدُ أَن يُخْرِجَكُم مِّنْ أَرْضِكُمْ فَمَاذَا تَأْمُرُونَ ۞ قَالُوا أَرْجِهْ وَأَخَاهُ وَأَرْسِلْ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ ۞ يَأْتُوكَ بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ ۞ وَجَاءَ السَّحَرَةُ فِرْعَوْنَ قَالُوا إِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِن كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ ۞ قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ

“Pemuka-pemuka kaum Fir‘aun berkata: “Sungguh Mûsâ itu adalah ahli sihir yang sangat pandai, ia bermaksud hendak mengusir kamu dari negerimu!”. (Fir‘aun) Berkata: “Lalu apa yang hendak kalian sarankan?”. Jawab (mereka): “Tunda dulu berurusan dengan dia dan saudaranya, sementara kirimlah ke kota-kota beberapa orang untuk mengumpulkan dan agar mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai.”. Kemudian para ahli sihir itu datang kepada Fir‘aun, mereka bertanya: “Pastinya kami akan mendapatkan upah apabila kami yang menang?”. Jawab (Fir‘aun): “Iya, dan sungguh kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (denganku)!”.” [QS al-A‘rôf (7) ayat 109-114].

Nah, perhatikan perkataan para tukang sihir itu bahwa mereka meminta bayaran: “inna lanâ la ajron” – “pastinya kami akan dibayar dong?”. Jadi jelas para tukang sihir itu adalah preman bayaran.

Pertanyaannya: dibayar untuk apa?

⒝. Menciptakan pencitraan dan menerror manusia

Apa kaitannya para tukang sihir / dukun yang menggunakan black magic di zamannya Fir‘aun Now dengan tukang sihir di Abad XXI, abad yang dikenal dengan nama “The Information Age” ini?

Begini, selamanya yang namanya sihir (magic) dengan menggunakan ‘ilmu hitam ajaran Syaithôn (black magic) yang dipraktekkan oleh para dukun itu tetap akan ada selamanya dan digunakan oleh para penguasa diktator yang zhôlim di seluruh penjuru Dunia sampai dengan Hari Qiyâmat. Namun pada Zaman Now ini yang lebih dominan adalah sihir yang bukan dalam artian “black magic” yang dipraktekkan oleh para dukun, baik dengan bantuan Syaithôn maupun teknis-mekanis silap mata, akan tetapi suatu yang dikatakan oleh Baginda Nabî ﷺ termasuk bagian dari sihir juga.

Apakah itu…?

Perhatikan riwayat berikut ini…

Suatu ketika, ada dua orang laki-laki dari Timur yang datang ke Madînah dan mereka pun berpidato di tengah masyarakat, hingga karena kefasihan mereka dalam berpidato membuat orang-orang terpesona.

Kata Baginda Nabî ﷺ menanggapi hal itu:

إِنَّ مِنَ الْبَيَانِ سِحْرًا‏‏ أَوْ ‏إِنَّ بَعْضَ الْبَيَانِ سِحْرٌ

“Sungguh di antara bayan (penjelasan) itu adalah sihir.” atau “Sungguh sebagian dari bayan (penjelasan) itu adalah sihir.” [HR al-Bukhôrî no 5767; Abû Dâwud no 5007; at-Tirmidzî no 2028; Ahmad no 4422, 4981, 5039; Mâlik no 1901].

Maka kalau digabungkan antara kedua nash kisah tentang para tukang sihir dan hadîts bahwa sebagian dari perkataan yang mempesona adalah sihir, apa yang kita dapat aplikasikan ke dalam kehidupan Zaman Now?

Apalagi kalau bukan “media spinster”, yaitu para “spin doctors” yang memelintir dan memanipulasi berita demi keuntungan rezim yang membayarnya. Atau istilah kekinian untuk media sosial: “buzzers”.

Di mana letak persamaannya?

Perhatikan…

Nabî Mûsâ menantang Fir‘aun adu hujjah di depan umum untuk membuktikan siapa yang benar, di mana acara itu diadakan pada “hari raya” dan pada waktu “prime time” (waktu Dhuha) dengan maksud agar seluruh manusia bisa berkumpul menyaksikan adu hujjah itu.

Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengisahkan:

قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَن يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى

“Berkata (Mûsâ): “Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu adalah pada hari raya, dan hendaklah manusia dikumpulkan pada waktu Matahari telah sepenggalan naik.”” [QS Thô-Hâ (20) ayat 59].

Jadi menasihati penguasa secara terbuka di depan orang banyak, bahkan di waktu prime time, itu adalah sunnah dari para Nabî – sama sekali bukan su‘ûl adab apalagi bughôt.

Baca Juga:  Ketika Doa Tak Kunjung Terkabul

Kemudian ketika tiba waktu hari pertemuan tersebut…

Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengisahkan:

قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِمَّا أَن تُلْقِيَ وَإِمَّا أَن نَّكُونَ نَحْنُ الْمُلْقِينَ ۞ قَالَ أَلْقُوا ۖ فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ ۞ وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا يَأْفِكُونَ ۞ فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ۞ فَغُلِبُوا هُنَالِكَ وَانقَلَبُوا صَاغِرِينَ ۞ وَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ ۞ قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ الْعَالَمِينَ ۞ رَبِّ مُوسَىٰ وَهَارُونَ

“Para tukang sihir itu bertanya: “Wahai Mûsâ, kamukah yang akan melemparkan lebih dulu, ataukah kami yang akan melemparkan lebih dulu?”. Jawab (Mûsâ): “Lemparkanlah (lebih dulu)!”. Maka tatkala mereka melemparkan (tali-temali), mereka membayangkan di mata manusia dan menerror manusia, mereka mendatangkan sihir yang menakjubkan. Maka Kami wahyukan kepada Mûsâ: “Lemparkanlah tongkatmu!”, dan sekonyong-konyongnya tongkat itu menelan apa yang mereka sihirkan itu. Karena itu, nyatalah yang (siapa) benar dan sia-sialah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah dan jadilah mereka orang-orang yang terhina. Dan para tukang sihir itu serta merta tersungkur bersujud, mereka berkata: “Kami berîmân kepada Robb Semesta Alam, (yaitu) Robb-nya Mûsâ dan Hârûn!”” [QS al-A‘rôf (7) ayat 115-122].

Apa faidah dari kisah pada ayat suci di atas?

Pada saat hari raya, di mana manusia telah berkumpul menyaksikan adu hujjah antara Nabî Mûsâ dan para tukang sihir, maka Nabî Mûsâ kemudian mempersilahkan para tukang sihir itu untuk lebih dulu melancarkan sihir mereka dengan melempar tali-temali yang mereka persiapkan.

Menariknya, الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengatakan: “سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ” – mereka menyihir mata manusia → artinya: manusia-manusia terpukau penglihatannya karena melihat tali-temali tersebut berubah menjadi ular-ular yang merayap sangat cepat, padahal sungguh itu hanyalah ilusi / bayangan silap mata belaka.

Namun, ilusi itu bukan hanya menakutkan manusia yang melihatnya, tetapi lebih dari menakutkan, karena الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengatakan “وَاسْتَرْهَبُوهُم” – dan menerror mereka (manusia yang melihatnya) → sihir para tukang sihir itu ternyata bukan hanya menimbulkan ketakutan, tapi sudah bershifat terror…!

Bukan saja manusia terterror karena melihat ribuan tali temali itu berubah menjadi ular-ular yang bergerak-gerak menuju Nabî Mûsâ, bahkan Nabî Mûsâ عليه الصلاة و السلام pun melihatnya seperti itu, sehingga الله Subhânahu wa Ta‘âlâ menenangkan Nabî Mûsâ.

Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ:

فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُّوسَىٰ

“Maka Mûsâ merasa takut di dalam hatinya.” [QS Thô-Hâ (20) ayat 68].

Ini bukti bahwa seorang Nabiyullôh, Rosûl Ulul Azmi, adalah masih manusia biasa yang mempunyai rasa takut. Namun, الله pasti membela nabî / rosûl-Nya.

Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengisahkan:

قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنتَ الْأَعْلَىٰ ۞ وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا ۖ إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ ۖ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ

“Kami (Allôh) berkata: “Janganlah kamu takut, sungguh kamulah yang paling unggul! Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sungguh-sungguh apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya dari para tukang sihir (belaka), dan tidak akan menang tukang sihir itu dari manapun ia datang!”” [QS Thô-Hâ (20) ayat 69-70].

Ketika Nabî Mûsâ melemparkan tongkatnya, ternyata tongkatnya itu benar-benar berubah menjadi ular yang sangat besar dan berkaki kuat yang kemudian memakan tali-temali yang dibayangkan sebagai ular oleh para tukang sihir tersebut. Hal itu serta merta membuat para tukang sihir itu terperanjat, karena walaupun tali-temali itu berhasil mereka bayangkan di mata manusia sebagai ular-ular yang bergerak cepat dengan ganas sehingga menimbulkan terror di hati manusia, akan tetapi para tukang sihir itu tetap melihat tali-temali itu sebagai aslinya, yaitu “tali”.

Adapun tongkat Nabî Mûsâ yang dilemparkan itu benar-benar berubah menjadi ular sangat besar yang berkaki kuat. Para tukang sihir itu kaget karena yang mereka lihat betul-betul ular besar berkaki kuat, dan ular besar itu dengan cepat memakan seluruh tali-temali mereka itu sampai habis!

So, that was something they didn’t expect! It was beyond all of their knowledge.

Maka tersungkurlah para tukang sihir itu bersujud, dan mereka langsung mengakui kebenaran agama yang dibawa oleh Nabî Mûsâ عليه الصلاة و السلام.

Intinya, para tukang sihir, baik dari Zaman Old yang menggunakan black magic, maupun tukang sihir Zaman Now yang merupakan media spinster, kerjaannya sama saja, yaitu: menipu manusia menciptakan quasi-truth, semua demi pencitraan rezim yang membayarnya. Mereka tak segan menerror manusia agar takut terhadap rezim diktator yang zhôlim dengan narasi-narasi yang bershifat pertakut, ancaman, bahkan manipulasi kasus.

Baca Juga:  Kemenangan Kadang Memerlukan Kesabaran yang Melebihi Usia

Perhatikan saja kerja dari media spinster Zaman Now, para buzzer, baik dari BongORI yang mengatakan bahwa Ummat Islâm itu anti kebhinnekaan, SARA, memecah-belah, ekstrimis radikal. Sementara dari kalangan BongLAF suka menuduh khowârij kilâbunnâr dan bughôt, kepada orang-orang yang mereka anggap menentang kezhôliman dari penguasa yang mereka ulil amrikan.

Maka untuk melawan para “tukang sihir” di Zaman Now, lawanlah hanya dengan kebenaran, yaitu al-Qur-ân dan as-Sunnah yang dipahami secara benar. Tidak ada cara yang lain, dan alhamdulillâh kita saksikan pula ada beberapa nama besar media spinster / buzzer besar yang kini telah kembali ke jalan kebenaran.

Lanjut, apa kejadiannya ketika para tukang sihir itu menyadari kekeliruan mereka dan berîmân kepada Robbul ‘Âlamîn?

Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengisahkan:

قَالَ فِرْعَوْنُ آمَنتُم بِهِ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَمَكْرٌ مَّكَرْتُمُوهُ فِي الْمَدِينَةِ لِتُخْرِجُوا مِنْهَا أَهْلَهَا ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ ۞ لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَافٍ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ

“Fir‘aun berkata: “Apakah kalian berîmân kepadanya (Mûsâ) sebelum saya mengizinkan kalian? Sungguh ini adalah muslihat yang telah kalian rencanakan sebelumnya di dalam kota ini untuk mengeluarkan penduduknya darinya. Maka segera kalian ketahui (akibat perbuatan kalian ini)! Sungguh saya akan memotong tangan dan kaki kalian secara bersilangan, kemudian saya akan menyalib kalian semuanya!”” [QS al-A‘rôf (7) ayat 123-124].

قَالَ آمَنتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ ۖ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ ۖ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَىٰ

“Berkata (Fir‘aun): “Apakah kalian berîmân kepadanya (Mûsâ) sebelum saya mengizinkan kalian? Sungguh ia adalah pemimpin kalian yang mengajarkan sihir kepada kalian. Maka sungguh saya akan memotong tangan dan kaki kalian semua secara bersilang, dan sungguh saya akan menyalib kalian semua pada batang pohon kurma, dan sungguh kalian akan ketahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksaannya!”” [QS Thô-Hâ (20) ayat 71].

Ternyata Fir‘aun sangat marah karena para tukang sihir bayaran itu malah berîmân kepada Nabî Mûsâ karena menyaksikan kebenaran risalah yang dibawa oleh Nabî Mûsâ. Fir‘aun malah medakwa bahwa para tukang sihir itu malah bekerja sama dengan Nabî Mûsâ, sedangkan Nabî Mûsâ dituduh sebagai gurunya para tukang sihir tersebut.

Tak cukup sampai di situ, Fir‘aun memerintahkan agar para tukang sihir itu dipotong tangan dan kakinya secara bersilang timbal-balik, kemudian disalib sampai mati di pohon kurma!

Sadis sekali…!!!

Perilaku Fir‘aun itu ditiru oleh rezim diktator yang zhôlim di Zaman Now, yaitu suka mendakwa yang tidak-tidak berdasarkan tuduhan palsu, kemudian menghukum dengan cara yang sangat berlebihan dan di luar batas…!

Namun lihatlah apa jawaban dari para tukang sihir yang telah berîmân itu…

Kata الله Subhânahu wa Ta‘âlâ mengisahkan:

قَالُوا إِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا مُنقَلِبُونَ ۞ وَمَا تَنقِمُ مِنَّا إِلَّا أَنْ آمَنَّا بِآيَاتِ رَبِّنَا لَمَّا جَاءَتْنَا ۚ رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ

“(Para tukang sihir itu) Menjawab: “Sungguh-sungguh kepada Robb kami lah kami kembali. Sedangkan anda tidaklah membalas dendam kepada kami, hanya karena kami telah berîmân kepada ayat-ayat Robb kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami”. (Mereka berdo’a): “Wahai Robb kami, karuniakanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan muslim.”” [QS al-A‘rôf (7) ayat 125-126].

قَالُوا لَن نُّؤْثِرَكَ عَلَىٰ مَا جَاءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا ۖ فَاقْضِ مَا أَنتَ قَاضٍ ۖ إِنَّمَا تَقْضِي هَٰذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

“Mereka (para tukang sihir) berkata: “Kami sekali-kali takkan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mu‘jizat) yang telah datang kepada kami, dan dari (Robb) Yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah apapun yang hendak kamu putuskan. Sungguh kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di Dunia ini semata.”” [QS Thô-Hâ (20) ayat 72].

Ternyata para tukang sihir itu setelah melihat kebenaran dan diberi hidayah oleh الله Subhânahu wa Ta‘âlâ, maka mereka berîmân dan sama sekali tidak takut akan ancaman hukuman brutal dari sang diktator lalim. Bahkan mereka yakin dengan bahwa dosa-dosa mereka selama ini berbuat sihir akan الله ampuni begitu mereka disiksa dan dibunuh oleh Fir‘aun.

Maka demikian lah hendaknya menda‘wahi para “tukang sihir Zaman Now” alias para buzzer, yaitu da‘wahi terus dengan kebenaran, fakta dan data yang benar.

Buzzer bukan dilawan dengan meme murahan apalagi informasi palsu, tapi lawanlah dengan kebenaran, yaitu: al-Qur-ân dan as-Sunnah dengan pemahaman yang benar. Lawanlah buzzer dengan fakta dan kerja nyata.

Demikian, semoga dapat dipahami – والله أعلمُ بالـصـواب – insyâ’Allôh bersambung ke Bagian ketiga.

نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *