Ruhnama

Ruhnama oh Ruhnama

“Barangsiapa mengkhatamkan buku ini 3x maka dia dijamin masuk Surga. Sebab saya sudah meminta Allah melakukannya”, Ujar Saparmurat Niyazov, diktator Turkmenistan yang mengaku agamanya adalah Islam.

Negara pecahan Uni Soviet selalu memiliki cerita yang aneh-aneh.

Salah satunya Turkmenistan. Saat merdeka dari USR, Kekuasaan negara itu jatuh ke tangan Saparmurat.

Ia jadi pemimpin bukan atas pilihan rakyat atau lantaran punya prestasi. Saparmurat berkuasa karena ketika negara itu masih di bawah Soviet ia menjabat bos partai Komunis cabang Turkmenistan.

Sejarahnya komunis memang menciptakan kalangan elitnya sendiri. Pembesar-pembesar partai Komunis ibarat bos besar bila dibandingkan dengan kelompok kapitalis.

Setelah naik sebagai presiden, Dengan pedenya Saparmurat menggelari dirinya “Turkmenbashi”, Alias pemimpin besar Turkmen. Seolah ia menjadi pemimpin karena punya jasa besar.

Untuk menegaskan gelar tersebut patung-patung emas dirinya yang megah dibangun di seantero negeri. Saking borosnya biaya bikin patung emas, Keuangan negara sampai boncos.

Namun kekonyolan itu belum seberapa dibanding buku berjudul Ruhnama atau Buku Ruh/Jiwa yang ia tulis itu tadi.

Isinya berupa puisi karangannya sendiri atau nukilan yang dia anggap keren. Curhatan absurd yang ia tuangkan ketika sedang galau. Sejarah bangsa Turkmen. Mitologi keagungan. Kisah hidup dirinya dan keluarganya. Kutipan-kutipan Sufisme. Serta ajaran kebatinan yang ia sukai.

Bagi orang normal, Baru buka halaman awal saja pasti geleng-geleng kepala. Di halaman pertama Saparmurat langsung mengklaim saat menulis Ruhnama ia diberi ilham oleh Allah.

Tidak hanya menulisnya. Saparmurat dengan kekuasaannya mewajibkan kultus pada Ruhnama. Ia membangun mitos bahwa buku halu itu melebihi kitab suci.

Segala lini pendidikan diwajibkan mengajarkan Ruhnama. Toko buku wajib memajangnya. Tes SIM. Para pegawai negeri dan guru serta murid-muridnya. Semuanya menjadikan Ruhnama sebagai materi yang diujikan meskipun ga nyambung dengan bidang yang ditempuh.

Baca Juga:  Sudan Di Persimpangan Jalan (Analisa Politik Sudan)

Dalam halusinasinya, Saparmurat ingin bukunya itu menjadi pedoman hidup bagi seluruh rakyat. Bahkan ia pernah mengirim bukunya ke luar angkasa agar menjadi satu-satunya buku yang ada di langit sebagai tanda kemuliaan buku itu.

Dengan pemikiran demikian, Campuran antara narsistik. Megalomaniak. Lugunya orang tak berpendidikan. Dan kediktatoran ala Korea Utara, Ia masih sempat membangun masjid bernama Turkmenbashi dengan biaya lebih dari 100.000.000 USD!.

Bangunan yang ia namakan masjid itu sebetulnya tak lebih dari kuil. Sebab selain ayat-ayat Al Qur’an, Kaligrafi bertuliskan kutipan-kutipan dari buku Ruhnama juga terpampang dan bercampur disitu.

Saking bercampurnya, Banyak masyarakat Turkmenistan mengira semuanya merupakan nukilan ayat-ayat Al Qur’an atau antara keduanya adalah setara.

Gilanya Saparmurat, Pada satu dinding masjid (baca: kuil) ia tuliskan “Ruhnama adalah buku paling suci, Sedangkan Al-Qur’an adalah kitab Allah”.

Meski berulang kali diprotes para ulama, Saparmurat cuek saja tak menggubrisnya.

Dengan segala sikap kultus, Narsis dan kepedeannya itu, Kondisi rakyat di bawah kepemimpinannya tidak terurus.

Negara yang kaya raya dari gas alam melimpah ini hanya berkutat dalam perkara tidak penting seperti membuat-buat hari perayaan yang aneh-aneh.

Salah satu kekonyolan Saparmurat, Ia menciptakan satu hari libur bernama Melon.

Pada hari libur tersebut wajib diadakan perayaan yang menyertakan serta mengagungkan buah melon.

Ia mewajibkan hari libur serta perayaan itu tak lain hanya karena ia doyan banget melon!.

Satu saja kebaikan Saparmurat, Yaitu melarang rokok di seluruh negeri.

Tapi itupun baru ia perintahkan setelah divonis mengidap penyakit jantung akibat perokok garis keras.

Saparmurat mati terkena serangan jantung setelah menjabat selama 15 tahun, Dari tahun 1991 s/d 2006.

Baca Juga:  Saudi Dan Ikhwan, Born A King

Ia meninggalkan patung-patung dirinya dan patung-patung buku Ruhnama memenuhi negeri, Serta rakyat yang tidak terurus.

Barulah pasca kematiannya, Seizin Allah ekonomi Turkmenistan meningkat tajam, Kondisi negara mengalami perbaikan, Dan diam-diam banyak buku Ruhnama dibakar masyarakat yang muak.

Fathi Nasrullah
Pengamat Dunia Islam dan Aktivis Kemanusiaan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.